Payung Lukis Juwiring menyerbu Korea Selatan dari Thailand - WisataHits
Jawa Tengah

Payung Lukis Juwiring menyerbu Korea Selatan dari Thailand

Klaten – Siapa sangka payung hias dari Desa Tanjung, Juwiring, Klaten sudah merambah pasar internasional. Tepatnya di negara Thailand di negeri ginseng Korea Selatan. Hal ini tentunya menjadi dasar untuk percaya diri mengisi salah satu stand pameran UMKM yang digelar beberapa waktu lalu di halaman kantor pemerintahan Klaten dalam rangka HUT Klaten ke-218.

“Awalnya di desa kami, kerajinan payung tradisional berkembang sejak zaman penjajahan Belanda. Bahannya adalah kertas, yang digunakan untuk keperluan penguburan. Namun seiring berjalannya waktu berkembang menjadi payung kreatif yang biasa digunakan untuk dekorasi,” jelas Direktur BUMDes Tanjung Haryadi, Sabtu (30/7).

Selain itu, Haryadi menjelaskan, proses pengerjaan lukisan Payung terdiri dari beberapa bagian. Pekerjaan setiap bagian dilakukan oleh pengrajin yang berbeda. Itu hanya terkait dengan jumlah pengrajin yang fokus padanya Diploma Ada 10 orang melukis payung di Desa Tanjung.

“Untuk bahan payung lukis ini, kami menggunakan kain Peles. Biasanya juga digunakan untuk membuat kasur lantai. Bisa juga menggunakan kain mori. Sedangkan batang payungnya dari bambu,” kata Haryadi.

Ia mengungkapkan, setiap perajin dapat menyelesaikan pembuatan 50 payung lukis dalam satu hari. Tentu saja dalam berbagai ukuran mulai dari diameter 50 cm hingga 2,5 meter. Kain payung yang dicat itu kemudian dicat sedemikian rupa sehingga dilukis dengan pola dan warna yang begitu mencolok sehingga menarik perhatian pemirsa.

“Karena dicat, payung yang dicat ini bukan sekadar hiasan. Tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun hujan, masih bisa dipakai karena kuat sekali,” ujarnya.

Payung dicat dari Juwiring bukan sekadar hiasan. Namun juga digunakan untuk hiasan di sejumlah tempat wisata. Terutama sebagai penghias halaman dalam kantor pemerintahan Kabupaten Klaten dan gedung paripurna DPRD Klaten dalam rangka HUT Klaten ke-218.

“Harga payung lukis sendiri sekitar Rp 50.000 untuk diameter 50 cm. Sedangkan yang berdiameter 2 meter bisa mencapai Rp 1 juta,” ujarnya.

Kini Haryadi menghadapi masalah bahwa jumlah perajin lukis payung di desanya semakin menyusut setiap tahunnya. Mengingat anak muda di desa tersebut kurang tertarik dengan kerajinan ini karena dianggap rumit untuk proses produksinya. Meski demikian, pihaknya akan terus berupaya melestarikan lukisan payung tersebut agar bisa tetap eksis di tengah gempuran payung modern.

Lukisan payung terkenal sebagai salah satu potensi Klaten yang mendapat penghargaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pada 28 Juli lalu. Diharapkan dengan perlindungan yang diberikan, tidak ada pihak yang mengklaim karya kreatif tersebut.

“Ini bisa menambah semangat kami untuk mempromosikan produk Klaten. Selain itu, perajin harus inovatif agar dikenal luas,” jelas Bupati Klaten Sri Mulyani. (ren/bendungan)

Source: radarsolo.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button