Orang Jogja wajib tahu! Inilah arti dari 4 prasasti yang melekat pada Tugu Jogja - WisataHits
Jawa Tengah

Orang Jogja wajib tahu! Inilah arti dari 4 prasasti yang melekat pada Tugu Jogja

Orang Jogja wajib tahu!  Inilah arti dari 4 prasasti yang melekat pada Tugu Jogja

Harianjogja.com, JOGJA—Tugu Jogja atau Tugu Pal Putih merupakan salah satu ikon Kota Gudeg. Sebuah monumen putih tinggi menjulang dengan ujung runcing keemasan selalu menjadi magnet bagi wisatawan untuk berfoto.

Tugu Jogja atau Tugu Golong Gilig yang dibangun pada tahun 1756 ini terletak di persimpangan Jalan Margo Utomo (dulu Jalan Mangkubumi), Jalan AM Sangaji, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan P Diopnegoro.

Tugu yang merupakan simbol persatuan raja dan rakyat ini berbentuk persegi dan bagian atasnya lancip. Bentuk ini berubah setelah runtuh setelah gempa 1867. Tugu ini dulunya berbentuk golong (silinder) dan gilig (lingkaran).

Tugu Jogja saat ini memiliki empat prasasti di empat sisi. Menurut laporan kratonjogja.id, keempat prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa dan dibingkai dalam kotak emas mendokumentasikan proses pembangunan kembali Tugu Jogja.

Di sisi barat terdapat prasasti bertuliskan “YASAN DALEM IKANG SINUHUN KANJENG SULTAN HAENGKUBUWANA KAPING VII”. Prasasti ini menunjukkan bahwa tugu tersebut didirikan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII.

Baca juga: Ini dia… Wisata di Solo Instagramable, Ada yang Pasaran!

Di sisi timur tertulis “INGKANG MANGAYUBAGYA KARSA DALEM KANJENG TUWAN RESIDHEN Y. MULLEMESTER”. Prasasti ini menyatakan bahwa Y. Mullemester, warga Yogyakarta saat itu, menyambut baik pembangunan tugu tersebut. Pernyataan itu menunjukkan bahwa pemerintah Belanda tidak terlibat dalam pendanaan.

Sebelah selatan “WIWARA HARJA MANGGALA PRAJA, KAPING VII SAPAR ALIP 1819”. Wiwara Harja Manggala Praja adalah pertengkaran yang menandai selesainya pembangunan tugu Golong Gilig yang baru. Wiwara berarti pintu gerbang dan merupakan singkatan dari angka sembilan. Harja artinya kemakmuran, singkatan dari nomor satu. Mangagala berarti pemimpin dan melambangkan angka delapan. Sementara praja berarti tanah, itu melambangkan nomor satu.

Bisa diartikan bahwa perjalanan menuju gerbang kemakmuran dimulai dari para pemimpin negara. Sengkalan ini mengacu pada angka 1819, sesuai dengan tahun yang tertulis di bawahnya. Di atas tulisan itu terdapat lambang padi dan kapas bertuliskan HB VII, serta lambang mahkota Belanda di bagian atasnya. Lambang ini merupakan lambang resmi yang digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VII.

Di sisi utara terdapat tulisan “PAKARYANIPUN SINEMBADAN PATIH DALEM KANJENG RADEN ADIPATI DANUREJA IKANG KAPING V. KAUNDHAGEN DENING TUWAN YPF VAN BRUSSEL. PILIHAN WATERSTAT”. Prasasti ini menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan tugu diarahkan oleh Patih Danurejo V (1879-1899) dan arsitektur tugu dirancang oleh YPF Van Brussel, seorang pejabat di Dinas Pengairan Belanda yang bertugas di Yogyakarta.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button