Nikmati hipnotis musik sufi era Rumi - WisataHits
Jawa Timur

Nikmati hipnotis musik sufi era Rumi

LATIEF Bolat menghipnotis penonton yang menikmati konser tunggalnya di Museum Panji di Tumpang, Minggu sore (9/11) lalu. Musisi sufi ini mengusung slogan “Suara Penyembuhan Turki Kuno” dan mahir menghadirkan nada-nada magis dengan nafas Islami.

Seniman Turki itu juga menyanyikan puisi. Dwi Cahyono, pemilik Museum Panji menjelaskan, alat musik yang dibawakan Latief mengusung gaya musik sufi dari era Jalaluddin Rumi.

Saatnya juga menghadirkan interpretasi musik dari puisi karya sastra filsuf Persia itu. “Mudah-mudahan musik Turki kuno ini bisa membawa inspirasi,” jelasnya. Selain itu, musik Turki otentik dengan nafas sufi jarang ditampilkan di ruang publik.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Purwoto yang juga hadir mengaku terkesan dengan konsep museum dan konser internasional. “Kami sangat mendukung acara seperti ini. Terutama tempat di museum yang luar biasa ini. Kabupaten Malang tidak banyak tempat yang didesain seperti ini. Museum Panji di Jalur Bromo Tengger Semeru. Ada museum budaya etnik yang belum terkoneksi,” kata Purwoto kepada Jawa Pos Radar Malang di Museum Panji.

Menurutnya, Museum Panji perlu terkoneksi menjadi satu paket wisata yang lengkap. Hidup di alam di Bromo Semeru. Ini termasuk desa wisata Ngadas dan Klakah Hut. Menurutnya, wisatawan harus menikmati sajian budaya di lokasi yang representatif.

“Ini seharusnya menjadi yang terakhir kalinya di sini untuk menikmati persembahan budaya. Itu sebelum para turis kembali ke penginapan. Maunya nanti, museum ini belum selesai. Selain itu, museum ini juga bercerita tentang Kabupaten Malang, cerita Panji,” kata Purwoto. (sirip/tidak)

LATIEF Bolat menghipnotis penonton yang menikmati konser tunggalnya di Museum Panji di Tumpang, Minggu sore (9/11) lalu. Musisi sufi ini mengusung slogan “Suara Penyembuhan Turki Kuno” dan mahir menghadirkan nada-nada magis dengan nafas Islami.

Seniman Turki itu juga menyanyikan puisi. Dwi Cahyono, pemilik Museum Panji menjelaskan, alat musik yang dibawakan Latief mengusung gaya musik sufi dari era Jalaluddin Rumi.

Saatnya juga menghadirkan interpretasi musik dari puisi karya sastra filsuf Persia itu. “Mudah-mudahan musik Turki kuno ini bisa membawa inspirasi,” jelasnya. Selain itu, musik Turki otentik dengan nafas sufi jarang ditampilkan di ruang publik.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Purwoto yang juga hadir mengaku terkesan dengan konsep museum dan konser internasional. “Kami sangat mendukung acara seperti ini. Terutama tempat di museum yang luar biasa ini. Kabupaten Malang tidak banyak tempat yang didesain seperti ini. Museum Panji di jalur Bromo Tengger Semeru. Ada museum budaya etnik yang belum terkoneksi,” kata Purwoto kepada Jawa Pos Radar Malang di Museum Panji.

Menurutnya, Museum Panji perlu terkoneksi menjadi satu paket wisata yang lengkap. Hidup di alam di Bromo Semeru. Ini termasuk desa wisata Ngadas dan Klakah Hut. Menurutnya, wisatawan harus menikmati sajian budaya di lokasi yang representatif.

“Ini seharusnya menjadi yang terakhir kalinya di sini untuk menikmati persembahan budaya. Itu sebelum para turis kembali ke penginapan. Maunya nanti, museum ini belum selesai. Selain itu, museum ini juga bercerita tentang Kabupaten Malang, cerita Panji,” kata Purwoto. (sirip/tidak)

Source: radarmalang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button