Menjelang Imlek, para pengrajin Kampung Lentera Jodipan kembali kebanjiran pesanan dari luar negeri - WisataHits
Jawa Timur

Menjelang Imlek, para pengrajin Kampung Lentera Jodipan kembali kebanjiran pesanan dari luar negeri

Menjelang Imlek, para pengrajin Kampung Lentera Jodipan kembali kebanjiran pesanan dari luar negeri

Seorang perajin mengerjakan lampion di Kampung Lampion, Jalan Juanda Gang 5, Desa Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Selasa (10/1/2023). (Tidak)

READMALANG.COM – Kemeriahan perayaan Imlek saat ini tidak hanya dirasakan oleh warga Tionghoa saja tetapi hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Namun, kebebasan merayakan Imlek di Indonesia menjadi peran penting bagi Presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur atas jasa-jasanya menghapus diskriminasi.

Selain menyaksikan kemegahan berbagai atraksi seni budaya Tionghoa seperti barongsai hingga Wayang Potehi, para pelaku industri kreatif juga berbagi mata pencaharian seperti

Lampion yang akan dibuat di Jalan Juanda Gang 5, Desa Jodipan, Kecamatan Blimbing ini, merupakan pesanan dari pembeli yang terus meningkat jelang perayaan Imlek 2023 yang berlangsung pada 22 Januari mendatang.

Seorang pekerja menyiapkan rotan sebagai bahan baku lampion di Kampung Lampion, Jalan Juanda Gang 5, Desa Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Selasa (10/1/2023). (Tidak)

Salah satu pengrajin lampion, Ahmad Syamsuddin mengatakan, pesanan tahun ini meningkat hingga 40 persen dibanding merebaknya pandemi dua tahun lalu.

“Penjualan lampion kini mulai membaik karena hampir tidak ada pesanan di masa pandemi kemarin akibat minimnya perayaan Imlek yang tidak terbuka,” ujarnya, Selasa (10/1/2023).

Meski belum pulih sepenuhnya, tambah Ahmad Syamsuddin, pesanan mulai naik sekitar dua bulan lalu.

“Pesanan mencapai hampir 6.000 buah, dari Malang, Jakarta dan juga luar negeri yaitu ke Italia,” jelasnya.

Lampion dijual mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 5 juta per buah. Bentuknya sederhana, kain merah atau kuning yang direkatkan untuk menutupi bingkai bulat dari rotan dengan diameter berbeda, lengkap dengan rumbai di lubang di bagian bawah.

“Harga Rp 5 juta dibuat khusus karena biasanya berbentuk karakter, seperti Imlek tahun ini shio kelinci, jadi bentuknya kelinci,” jelasnya.

Ahmad menjelaskan, pembangunan lampion di Desa Jodipan ini melibatkan sedikitnya 17 orang yang merupakan anggota keluarga dan tetangga. Sebelum pandemi, desa ini dikenal sebagai penghasil lampion yang sangat produktif.

Ia berharap pencabutan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini terus mendongkrak permintaan lampion yang diproduksinya.

Sementara itu, Hasan, perajin lainnya menambahkan, di era sebelum pandemi, produksi lampion tidak hanya dilakukan menjelang Imlek saja.

“Tetapi juga pada momen-momen tertentu seperti menjelang puasa dan Hari Raya, serta Natal dan Tahun Baru oleh beberapa pengelola tempat wisata di Malang, rumah dan restoran dengan nuansa oriental atau Jepang sebagai ornamennya,” jelasnya.

Selain pasar dalam negeri, pesanan juga merambah negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris dan Belanda.

Namun dampak pandemi kemarin dirasakannya, salah satunya adalah lonjakan harga komoditas.

“Terutama rotan yang mengalami kenaikan lebih dari 50 persen, jelas berdampak pada harga jual lampion,” ujarnya.

Senada dengan Ahmad Syamsuddin, Hasan juga berharap tahun ini menjadi awal kebangkitan ekonomi bagi para pelaku UMKM seperti warga desa Jodipan ini. (Tidak)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button