Kunjungi Museum PETA, Ketua MPR RI dukung pembuatan film sejarah - WisataHits
Jawa Barat

Kunjungi Museum PETA, Ketua MPR RI dukung pembuatan film sejarah

klik berita.com, Bogor – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendukung rencana Ketua Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA) Tinton Soeprapto membuat film tentang perjuangan PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin oleh Supriyadi, seorang perwira di Daidan (tingkat Batalyon), melawan Jepang pendudukan di Blitar pada 14 Februari 1945. Melalui film ini, generasi muda negara dapat belajar tentang perjuangan PETA sebagai cikal bakal TNI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, penegakan dan pertahanannya. YAPETA berencana membahas pembuatan film tersebut dengan Wakil Presiden RI ke-11 Boediono, putra daerah Blitar, serta berbagai pihak terkait lainnya.

“Tidak banyak yang tahu bahwa Tinton Soeprapto bukan hanya seorang pebalap legendaris yang mengharumkan nama Indonesia, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan memori kolektif perjuangan bangsa Indonesia melalui perannya sebagai Ketua YAPETA, yang di dalamnya terlibat pendirian dan pelestarian Museum dan Tugu Pembela Tanah Air (PETA). Museum dan Memorial PETA diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 18 Desember 1995 dan menampilkan kurang lebih 14 diorama, 14 relief dan ratusan koleksi otentik senjata, foto, dan memorabilia yang menggambarkan perjuangan PETA,” kata Bamsoet saat berkunjung ke Museum PETA dan Peringatan di Bogor pada Rabu (22/03/08).

.

Turut hadir manajemen YAPETA, antara lain Ketua Tinton Soeprapto, dan Sekretaris Ning Zulaicha. Dirgo Purbo juga hadir mewakili generasi PETA selanjutnya, putra Letnan Jenderal (purn) Purbo Suwondo.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan ini menyatakan bahwa diorama yang dipamerkan di Museum dan Monumen PETA telah mendapat persetujuan dari para founding fathers seperti Soekarno. , Hatta, KH Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantara , KA Suryomentaram dan Gatot Mangkoepradja mencita-citakan berdirinya PETA tahun 1943, pembentukan batalyon PETA di Jawa, Madura dan Bali tahun 1944 sampai terpilihnya Jenderal Soedirman sebagai Panglima Panglima Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 12 November 1945.

Koleksi senjata PETA meliputi pistol Mauser dari Jerman cal 7,63 MM dari tahun 1896, PM Owen dari Australia, Parabellum 1941 cal 9 MM, Madzen Medium Machine Gun dari Denmark, cal 7,7 MM dari tahun 1915 dan Machine Gun Weight dari Amerika Kal 12,7 MM pada tahun 1933. Selain itu, juga ada memorabilia dari Pamoe Rahardjo yang merupakan ajudan Presiden Soekarno, pedang dari Letnan Satu Oshindai, pedang dari Chudancho Soejatmo, pedang dari Gyugun Sumatra dan seorang samurai -Pedang Daidanco R .Mohamad Mangoendiprodjo,” jelas Bamsoet.

.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Penegakan Hukum, Hubungan Pertahanan dan Keamanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia menyatakan, meski pengelolaan museum dan tugu PETA kini berada di bawah Dinas Sejarah Angkatan Darat, masih perlu bantuan dari pemerintah melalui jalur lintas departemen. Seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ekonomi Kreatif dan Pariwisata, Kementerian Pertahanan dan didukung oleh Pemerintah Kota Bogor.

“Sehingga Museum dan Memorial PETA dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ikon wisata sejarah unggulan Indonesia. Dapat dijadikan sebagai tempat menarik yang menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri. Sehingga mereka bisa belajar tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya terkait dengan cikal bakal lahirnya TNI,” pungkas Bamsoet.

(Kontributor: Arif)

Source: www.klikwarta.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button