Menghidupkan kembali potensi seni di Kota Kediri, Pemkot menggelar lomba tari kontemporer - WisataHits
Jawa Timur

Menghidupkan kembali potensi seni di Kota Kediri, Pemkot menggelar lomba tari kontemporer

SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI – Rangkaian HUT Kota Kediri 1.143 tahun dilanjutkan dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah Lomba Tari Kontemporer 2022 yang akan digelar pada Minggu (9/10/2022) di panggung Kawasan Wisata Gua Selomangleng.

Lomba Tari Kontemporer 2022 menampilkan 13 kelompok tari dari komunitas, sekolah, kampus dan sanggar yang berbasis di kota Kediri. Peserta dibatasi untuk usia minimal 16 tahun dan setiap tarian menampilkan cerita dan pesan tentang Kediri.

Kegiatan ini dihadiri oleh Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar; Kepala Disbudparpora Kediri, Zachrie Ahmad; Kepala SMA/SMK Kota Kediri dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kediri Raya Sri Rahayu.

Walikota mengungkapkan kekagumannya kepada peserta lomba tari kontemporer. “Para penarinya keren. Sebelum mereka tampil, mereka berlatih di sana terlebih dahulu. Dengan begitu, semua potensi terlihat,” kata Abu Bakar.

Abu Bakar menjelaskan: Tari kontemporer adalah cara merespon perkembangan zaman. Tentunya dari dulu hingga sekarang, tarian ini pasti memiliki pesan yang berbeda. Namun, sangat disayangkan bila tari kontemporer tidak dihadirkan atau dipamerkan.

Akibatnya, pesan yang terkandung dalam tarian tersebut tidak tersampaikan kepada masyarakat umum. Wali Kota Kediri yang biasa disapa Mas Abu juga mengatakan, banyak tempat bagus di Kota Kediri yang bisa digunakan untuk mementaskan tarian.

Misalnya di taman-taman kota Kediri. Sanggar tari di kota Kediri bisa menggunakan tempat-tempat tersebut. Karena ketika tarian hanya ditampilkan untuk membuka acara, sepertinya ada yang kurang.

“Saya meminta semua studio untuk pamer bersama. Saya membantu memberikan pencahayaan yang baik dan sound system yang bagus. Nanti akan kita pindahkan ke media sosial agar bisa dilihat semua orang dan bisa menjadi hiburan,” ujarnya.

Pesan untuk komunitas adalah bahwa Anda mungkin menyukai budaya orang lain, tetapi identitas Anda adalah budaya Anda sendiri. “Mari kita belajar tentang budaya orang lain dan budaya kita sendiri. Sehingga kita memahami bahwa budaya kita beragam, laku dan layak dilihat oleh seluruh dunia,” ujarnya. ****

Source: surabaya.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button