Konsumsi BBM bersubsidi berkurang • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Konsumsi BBM bersubsidi berkurang • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai berlaku. Di DIJ, konsumsi BMM bersubsidi mengalami penurunan. Sementara itu, konsumsi BBM nonsubsidi meningkat tajam.

Bastro Galih Nugroho, Divisional Manager Communications and CSR PT Pertamina Patra Niaga Region Jawa Tengah, mengatakan penggunaan BBM bersubsidi berdasarkan data dari 4-6 September cenderung menurun. “Tapi belum bisa dilihat secara komprehensif karena baru sebentar,” ujarnya kepada Radar Jogja kemarin (7/9).

Data penurunan konsumsi tersebut dijelaskan dengan membandingkan data yang sama pada bulan Agustus dan September. Perbandingan tersebut mengungkapkan data konsumsi pertalite di DIJ mengalami penurunan sebesar 18 persen. Dari rata-rata harian 1.563 kiloliter per hari menjadi 1.285 kiloliter per hari.

Demikian pula, bahan bakar solar bersubsidi telah mengurangi konsumsi. Ditemukan jumlah konsumsi turun 28 persen. Dari 448 kiloliter per hari menjadi 323 kiloliter per hari.

Penurunan konsumsi BMM bersubsidi berbanding terbalik dengan penggunaan beberapa jenis BBM nonsubsidi. Seperti Pertamax Turbo yang meningkat 150 persen. Dexlite mengalami peningkatan 177 persen. “Pertamax turun 11 persen dan Pertamina Dex trennya stabil,” katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Bank Indonesia perwakilan DIJ, Rifat Pasha, mengatakan perkembangan inflasi di Kota Jogja melebihi tingkat menengah dan nasional Jawa. Laju inflasi di Jawa sebesar 4,46 persen year-on-year (yoy). Sementara itu, inflasi nasional sebesar 4,94 persen year-on-year. Namun berdasarkan data hingga Juli 2022 mencapai 5,7 persen year-on-year di kota Jogja. Jadi, menurut dia, hal itu menunjukkan tanda pengendalian inflasi yang cukup ketat. “Makanan pokok yang membawa banyak bobot mempengaruhi inflasi di DIJ,” katanya.

Menurutnya, di Kota Jogja ada pola kenaikan harga kebutuhan pokok (bapok) setiap hari besar keagamaan dan libur panjang. Karena kota Yogyakarta merupakan tujuan wisata. Kunjungan wisatawan juga meningkatkan jumlah permintaan bapok. “Dan musim sekolah baru, karena Jogja adalah kota pelajar. Kami mengharapkan sekitar 400.000 siswa di Yogyakarta. Itu juga berpengaruh pada jumlah permintaan,” katanya.

Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan kenaikan harga BBM memicu inflasi. Kontribusi inflasi akibat kenaikan harga pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen. Sementara harga solar diperkirakan berkontribusi 1,04 persen terhadap inflasi. Kontribusi inflasi terhadap kenaikan pertalite dan solar diperkirakan sebesar 1,97 persen.
Bahkan, pada Juli 2022, inflasi mencapai 5,2 persen yoy. “Kenaikan harga BBM bersubsidi membawa inflasi utama menjadi 7,17 persen yoy. Bandingkan dengan inflasi tahun 2021, hanya di kisaran 3 persen year-on-year,” jelasnya.

Pakar Pusat Studi Ekonomi (PUSTEK) UGM menyatakan inflasi sebesar 7,17 persen akan memperburuk daya beli dan konsumsi masyarakat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi 5,4 persen yang diperjuangkan dengan susah payah akan turun. Selain itu, inflasi sebesar 7,17 persen akan menaikkan harga kebutuhan pokok yang akan menambah beban masyarakat. “Terutama yang miskin,” kata Fahmy.

Masyarakat miskin yang belum pernah menikmati BBM bersubsidi karena tidak memiliki kendaraan bermotor juga harus berkorban akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. “Menurut penelitian, BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Jadi lebih baik fokus pada penanganan. Jangan mencari jalan mudah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi,” ujarnya. (tebal/bah)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button