Kisah masyarakat Karasa mempelajari Kitab Kuning, dari pesantren hingga hotel berbintang - WisataHits
Jawa Barat

Kisah masyarakat Karasa mempelajari Kitab Kuning, dari pesantren hingga hotel berbintang

Merdeka.com – Merdeka.com – Pengkajian Kitab Kuning umumnya berlangsung di pondok pesantren, rumah guru, madrasah atau bahkan masjid. Di Garut, Jawa Barat, Asosiasi Karasa atau Kajian Rutin Malam Selasa menaikkan tingkat pengajian kitab kuning di salah satu hotel bintang lima di kawasan Cipanas, Tarogong Kaler.

Jamaah pengajian memadati hotel di Odong-Odong dengan kendaraan pribadi. Para pria, yang mengenakan sarung dan buku, tampak cerdas namun tetap sopan saat memasuki ballroom hotel.

H Kandar, 45 tahun, salah seorang warga Karasa, mengatakan pengajian kitab kuning dilakukan di rumah Ajengan atau ustadz di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Tarogong Kaler, Al-Halim. Nama gurunya adalah Ajengan A Maki Muhyiddin.

Awalnya hanya sedikit orang yang mengaji sambil belajar di rumah guru. “Yang rutin diulas setiap Selasa malam adalah Kitab Kuning Syekh Ahmad bin Muhammad bin Atha’illah As-Sakandari, Al-Hikam dan beberapa kitab lainnya,” kata Kandar, Kamis (13/10).

Seiring berjalannya waktu, Kandar menjelaskan, jumlah jemaah yang mengikuti pengajian terus bertambah hingga ratusan orang. Saat ini, sedikitnya jumlah jemaah haji telah mencapai lebih dari 500 orang, yang berasal dari berbagai profesi dan sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Banyaknya orang yang mengaji dan mengaji Kitab Kuning, diakui Kandar, cukup mengejutkannya. Namun, ternyata pertunangan mereka dipicu oleh perkembangan era digital dan segalanya menjadi mudah, juga dalam hal menuntut ilmu.

“Mereka bilang mencari sesuatu di internet itu mudah, jadi membaca langsung Kitab Kuning ini perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Namun ternyata masih banyak orang yang perlu mempelajari Kitab Kuning ini, namun mereka bingung harus mempelajarinya untuk siapa, karena beberapa alasan. Kalau karena malu dan lain-lain, dan Karasa, maka itu keputusan masyarakat,” jelasnya.

Pengajian yang diikuti jemaah diketahui berkonsep Bandungan atau menyimak isi buku dan penjelasannya. Namun tidak jarang jemaah menanyakan langsung penjelasan yang berkaitan dengan kekinian.

Lanjut membaca

Selain bertambahnya jumlah anggota masyarakat yang mengikuti pengajian kitab kuning, Kandar mengatakan pengajian kitab kuning juga dilakukan di salah satu ballroom hotel berbintang di kawasan objek wisata Cipana.

“Tujuannya semata-mata untuk Syiar dan keinginan masyarakat sebagai wujud syukur dalam memperingati kelahiran Nabi Besar, makhluk terbesar Nabi Muhammad SAW, yang perlu dirayakan di tempat yang lebih nyaman,” katanya.

Sementara itu, Ajengan A Maki Muhyiddin mengatakan, pengajian rutin Selasa malam sebenarnya sudah dimulai sejak 2015.

“Awalnya hanya sebatas tajwid, salat dan membaca Al-Qur’an. Di sini jemaah meminta agar bacaannya diisi dengan kajian kitab kuning yang berkaitan dengan Fiqh dan Tasawuf. Sekarang komunitasnya sudah mencapai ratusan orang, beberapa orang saja,” jelas Maki.

Mempelajari Kitab Kuning, kata Maki, merupakan tradisi lama yang perlu dilestarikan karena sangat penting dalam masyarakat saat ini. Dibalik dunia yang semakin modern dan digital, mempelajari Kitab Kuning tetap memiliki nilai waktu tersendiri.

“Jangan mengira Kitab Kuning itu kuno, sebenarnya apa yang dibicarakan mungkin masih relevan sampai sekarang. Tentu prinsipnya tetap menjaga dan memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik,” katanya. [cob]

Source: id.berita.yahoo.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button