Keseruan menjelajahi situs bersejarah Palabuhanratu - WisataHits
Jawa Timur

Keseruan menjelajahi situs bersejarah Palabuhanratu

sukabumi

Berbicara tentang sejarah sepertinya tidak ada habisnya, banyak cerita masa lalu yang tersimpan dalam catatan masa lalu, yang tentu saja tidak sepenuhnya dikenal sebagai narasi yang bisa diwariskan kepada anak cucu kita. Termasuk sejarah lokal kota itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, Yayasan Dapuran Kipahare dan Komunitas Sadar Wisata (Masata) menyelenggarakan tur singkat “Tour De Wijnkoopsbaai‘. Tur pemulihan satu hari ini juga melibatkan masyarakat dan siswa sekolah dasar di Palabuhanratu.

“Ini adalah wisata sejarah Palabuhanratu yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Sukabumi De Wijnkoopsbaai “Palabuhanratu adalah nama lain dari Palabuhanratu pada zaman penjajahan, perlu diketahui bahwa peradaban Palabuhanratu sudah berkembang jauh sebelum adanya kota Sukabumi,” kata Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman Firmansyah. detikJabar, Minggu (18.9.2022).

Tour De Wijnkoopsbaai'.  Tur pemulihan satu hari ini juga melibatkan masyarakat dan siswa sekolah dasar di Palabuhanratu.Tour De Wijnkoopsbaai’. Tur pemulihan satu hari ini juga melibatkan masyarakat dan siswa sekolah dasar di Palabuhanratu. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

“Tujuan wisata ini untuk edukasi masyarakat dan pelajar, yang kedua untuk rekreasi dan narasi sejarah bagi pemandu wisata yang nantinya akan menjelaskan kepada wisatawan,” lanjut Irman.

Perjalanan dimulai di Anjungan Palabuhanratu, rombongan dibubarkan oleh Bupati Sukabumi, Marwan Hamami. Peserta tour menaiki Queen’s Tour Bus yang akan membawa anda ke sejumlah tempat bersejarah di Palabuhanratu.

“Tempat-tempat yang kami kunjungi mulai dari pendopo, sebagai pusat perencanaan kota kuno, ada pendopo, Alun-Alun, masjid dan sebagainya. Kemudian kami menuju Jembatan Bagbagan, jembatan kabel baja itu karya arsitektur yang fenomenal, karena dulu ada jalur ekonomi yang kami sebut Jalur Gula,” jelas Irman.

Menurut Irman, Jembatan Bagbagan disebut juga Kabelbrug Tjimandiri atau Hangbrug Tjimandiri karena melintasi Sungai Cimandiri. Jembatan ini dibangun pada tahun 1914 oleh BOW (Karya yang dapat dibuka Burgelijk). Diketahui, jembatan tersebut beberapa kali rusak diterjang banjir.

Saat itu pada tahun 1918 jembatan kabel sedang dipesan oleh beberapa kontraktor termasuk bengkel FA Becker & Co Surabaya dan pada November 1923 jembatan baru selesai dibangun setelah gagal diresmikan pada tahun sebelumnya.

Setelah Bagbagan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kampung Benteng yang berada di kawasan desa Jayanti dimana berdiri sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1712. Dari sana perjalanan dilanjutkan menuju kawasan PLTU Palabuhanratu.

“Bangunan PLTU ini dulunya bekas lapangan terbang pada masa Perang Dunia II. Dari tempat ini kemudian ada Gua Lalay, tempat yang ditemukan oleh orang Eropa pada masa awal. Gua ini bersebelahan dengan Lalay atau kelelawar karena keunikannya yang terkenal keluar pada sore hari dan lokasinya dekat dengan pantai. Peneliti Jerman Junghunn sempat melakukan penelitian di tempat ini,” kata Irman.

Selain situs ini, rombongan juga melakukan perjalanan ke Gadobangkong berdasarkan narasi sejarah bahwa situs tersebut merupakan situs pelabuhan modern pertama pada tahun 1800.

Lokasi Gadobangkong sendiri dekat dengan kawasan pasar ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPNP) Palabuhanratu. “Dari situ menjadi pelabuhan internasional yang banyak diminati kapal asing dan kapal besar, namun kemudian ditutup dan menjadi pelabuhan perikanan,” imbuh Irman.

Tour De Wijnkoopsbaai'.  Tur pemulihan satu hari ini juga melibatkan masyarakat dan siswa sekolah dasar di Palabuhanratu.Tour De Wijnkoopsbaai’. Tur pemulihan satu hari ini juga melibatkan masyarakat dan siswa sekolah dasar di Palabuhanratu. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Perjalanan kemudian berakhir di Tenjoresmi atau di wisma. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Istana Kepresidenan. Bangunan di atas batu yang pembangunannya diprakarsai oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.

“Dibangun oleh Presiden Soekarno selain SBH (Samudera Beach Hotel) karena ini salah satu tempat favoritnya, sebut saja rumah tebing atau rumah di atas tebing. Dari gedung ini kita bisa melihat Teluk Palabuhanratu di sebelah kanan dan kiri. Pada zaman Bung Karno, ruangan ini menjadi favorit karena bisa melihat Teluk Palabuhanratu secara utuh,” kata Irman.

“Kami di Yayasan Dapuran Kipahare bersama Masata, alhamdulillah mendapat dukungan penuh dari Pemkab Sukabumi dan melakukan Tour De Wijnkoopsbaai Ini merupakan bagian dari perayaan HUT ke-152 pemerintahan Sukabumi, selain dukungan dari Bupati Sukabumi juga sejumlah instansi yang mendukung kegiatan ini,” pungkas Irman.

(ya/ya)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button