Kemiskinan masih menjadi PR terbesar DIY - WisataHits
Yogyakarta

Kemiskinan masih menjadi PR terbesar DIY

Kemiskinan masih menjadi PR terbesar DIY

tanpa judul

Krjogja.com – Yoga – Garis kemiskinan dalam perbaikan rumah masih tinggi, sehingga mewujudkan kesejahteraan rakyat menjadi masalah besar dan pekerjaan rumah. Untuk itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pariwisata, meningkatkan produktivitas pertanian, dan mendorong penekanan inflasi.

“Masalah dan pekerjaan rumah yang besar tidak lain adalah angka kemiskinan yang masih tinggi di sektor DIY. Jadi analisis kami, pertama, kontribusi sektor industri menurun, seperti B. Pengolahan yang menurun sehingga mempengaruhi pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor ini,” kata Wakil Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) DÀIY Rifat Pasha di Yogyakarta, Kamis (19/1/2023).

Rifat mengatakan analisis kedua, mayoritas penduduk miskin adalah petani, di mana nilai tukar naik, kemudian yang ketiga adalah ukuran kemiskinan terkait konsumsi yang cenderung rendah. Toh, wisata perbaikan rumah masih berbasis wisata massal atau mass tourism, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi lebih kecil, sehingga harus difokuskan pada quality tourism atau wisata berkualitas.

“Kami menyoroti bahwa secara makroekonomi, gambaran keseluruhan ekonomi DIY 2022 adalah positif di tengah risiko global yang tinggi. Terlihat pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan III 2022 masih luar biasa, mencapai 5,8 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional dan Pulau Jawa,” ujarnya.

Hal itu, kata Rifat, didorong oleh ekonomi massa yang luar biasa seperti pariwisata BNN dan pembelajaran tatap muka (PTM) penuh. Pada kuartal keempat tahun 2022, ekonomi do-it-yourself diperkirakan masih tumbuh positif dari perspektif QTQ, meskipun dengan besaran tahunan yang lebih rendah dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2022.

“Kami membaca bahwa perekonomian DIY masih tumbuh positif. Padahal, karena faktor global dan momentum pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut, inflasi kita masih relatif tinggi di atas rata-rata nasional dan rata-rata Pulau Jawa. Selain itu, respon kebijakan pemerintah dengan menyesuaikan harga BBM menjadi faktor pendorong inflasi, ditambah listrik, angkutan udara, dan beras,” jelasnya.

Selain itu, Rifat menekankan bahwa setidaknya 63 persen kesengsaraan ekonomi perbaikan rumah ditopang oleh konsumsi, meskipun pertumbuhan konsumsi perbaikan rumah masih di bawah nasional yang tumbuh sekitar 5 persen. Artinya, penggerak perekonomian DIY adalah orang luar seperti turis dan pelajar, yang tercatat sebagai ekspor jasa. Artinya, konsumsi kelas menengah di sini harus ditingkatkan.

“Tantangan di tahun 2023, ketidakpastian global masih tinggi termasuk penguatan dolar AS. Diperkirakan inflasi berangsur-angsur menurun pada paruh kedua 2023, namun dorongan domestik masih kuat, sehingga besarannya tidak sebesar tahun 2022,” pungkasnya. (ira)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button