Kampung Pecinan Surabaya menjadi tujuan wisata bagi masyarakat - WisataHits
Jawa Timur

Kampung Pecinan Surabaya menjadi tujuan wisata bagi masyarakat

Pecinan SURABAYA – Kawasan ini menjadi saksi peradaban masyarakat Tionghoa pada masa penjajahan Belanda.

Wartawan: Mohammad Zainal Arif

SURYAMALANG.COM, SURABAYA – Wisata Pecinan (WKP) kini menjadi salah satu tempat wisata yang dapat menjadi destinasi populer bagi warga kota Surabaya dan sekitarnya.

Memasuki desa yang resmi dibuka pada 10 November 2020 lalu, pengunjung terpukau dengan keindahan berbagai mural bernuansa budaya Tionghoa di dinding desa.

Mural yang menggambarkan budaya Tionghoa ini biasanya digunakan pengunjung sebagai spot selfie yang populer.

Selain itu, rumah penduduk juga dicat dengan warna merah dan emas yang merupakan simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Bahkan ada ratusan lampion yang dipasang warga di langit-langit desa. Pada malam hari, WKP terlihat seperti Pecinan.

Kepala WKP Djoyo mengatakan, pihaknya mengajak warga desa di Jalan Kapasan Dalam Gang 2 untuk bersama-sama mempercantik desa.

“Dampak pandemi Covid-19 itulah yang mendorong kami untuk meresmikan WKP ini karena banyak warga yang kehilangan pekerjaan dan kami ingin mereka mendapatkan penghasilan melalui keberadaan WKP ini,” ujarnya.

Bagaimana tidak, banyak warga yang akhirnya menjadi gerbang wisata bagi pengunjung yang mampu berjualan souvenir, sehingga pendapatan UMKM mereka meningkat berkat kehadiran pengunjung WKP.

Bukan tanpa alasan banyak pengunjung yang tertarik mengunjungi kampung ini, mengingat kampung ini memiliki bangunan-bangunan eksotik yang memiliki nilai sejarah tinggi, terutama keberadaan masyarakat Tionghoa dan kota Surabaya di masa lalu.

“Daerah ini menjadi saksi peradaban masyarakat Tionghoa pada masa penjajahan Belanda. Ada beberapa situs bersejarah di kawasan tersebut yang masih kuat hingga saat ini. Salah satunya adalah gudang kayu berusia 200 tahun,” katanya.

Selain itu, ada juga Kelenteng Boen Bio yang dibangun dengan gaya arsitektur khas Tionghoa dan dibangun oleh ahli bangunan dari Tiongkok. Kuil ini hanya untuk pengikut agama Konfusian murni.

Hiasan di Kelenteng Boen Bio memiliki makna dan tujuan simbolis berupa harapan atau doa.

Contohnya lereng licin di gapura candi menuju pintu tengah candi.

“Tangga memiliki arti bahwa orang yang ingin hidup suci tidaklah mudah,” pungkasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button