Jelajahi labirin peti mati Ardjo Kliwon Jemparingan di Desa Wisata Gedongkiwo - WisataHits
Yogyakarta

Jelajahi labirin peti mati Ardjo Kliwon Jemparingan di Desa Wisata Gedongkiwo

Jelajahi labirin peti mati Ardjo Kliwon Jemparingan di Desa Wisata Gedongkiwo

tanpa judul

Sudut-sudut kota Yogyakarta dengan segala kekhasannya memang menawarkan pengalaman yang berbeda bagi setiap orang yang mengunjunginya. Salah satu hal menarik muncul di Desa Gedongkiwo, Kementerian Mantrijeron Kota Yogyakarta yang saat ini sedang diupgrade untuk menawarkan pengalaman baru bagi wisatawan yang datang untuk menjelajah.

Anton Subiyanto, Ketua Pokdarwis dan Desa Wisata Gedongkiwo, salah satu penggagas iklim wisata bergulir di kawasan tak jauh dari kompleks Tamansari dan pojok Beteng Kulon. Anton mengungkapkan para penggiat pariwisata di Gedongkiwo sudah mulai memetakan potensi yang ada di kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir, dan ternyata banyak hal menarik dan unik yang ditemukan.

“Ada banyak hal yang bisa ditemukan di sini (Gedongkiwo), seperti B. Ikat celup tradisional ibu saya, yang dia berikan kepada desainer terkenal seperti Pura Pakualaman. Kemudian pabrik tahu tradisional, labirin jalanan yang harmonis hingga wisata jemparingan. Selain itu, kami juga memiliki mural sepanjang 200 meter yang bisa diisi oleh siapa saja dengan gambar-gambar menarik, seperti seni publik,” katanya saat diwawancarai, Minggu (18 September 2022).

Di Gedongkiwo, wisatawan dapat menjelajahi labirin jalan-jalan yang harmonis, yaitu gang-gang sempit yang hanya dapat menampung sepeda motor atau sepeda. Jalur-jalur ini memiliki sejarah panjang tentang bagaimana kesepakatan antar warga membuat jalan untuk akses bersama.

Dari waktu ke waktu jalan-jalan kecil ini muncul, yang panjangnya terus bertambah. Pasalnya, orang tua terdahulu mewariskan tanah tersebut kepada generasi berikutnya, yang kemudian dibagi-bagi untuk disepakati mengambil bagian sedikit demi sedikit untuk membangun jalan akses.

“Dulu, warga memberikan kemudahan bagi peti-peti mati yang hendak dikuburkan. Ini adalah yang paling mendasar dari semua manusia dan itu terjadi secara budaya. Sebuah generasi mewariskan semangat ini kepada generasi berikutnya, yang pada gilirannya membangun kerukunan antar warga. Di sini kita bisa menelusuri lorong-lorong ini, seperti labirin, jika kita tidak sering menyapa orang, bertanya, kita bisa tersesat. Kami ingin mengajak wisatawan mengenal kata monggo dan nderek langkung,” lanjutnya sambil tersenyum.

Jalan berliku-liku ini melewati 18 RW di Gedongkiwo dan memperlihatkan kehidupan nyata masyarakat di sudut kota Yogyakarta. Di desa ini terdapat tempat tinggal yang tertata rapi, kemudian Pangeranan atau kediaman para abdi dalem dan Ndara, dan desa Wedhi Kengser yang padat.

Salah satu jalan yang menjadi ruang seni jalanan di Gedongkiwo (Foto: harminanto)
© 2022 krjogja.com/Harminanto

“Akan menjadi pengalaman baru saat turun dari kendaraan dan berjalan-jalan serta menjelajahi Gedongkiwo ini. Lihat bagaimana orang menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Itu yang coba kami sampaikan. Kami juga memulai kitchen tour, minum teh bersama di dapur rumah orang, sensasinya akan berbeda,” sambungnya.

Selain itu, yang menjadi daya tarik Gedongkiwo adalah adanya arena jemparingan bernama Ardjo Kliwon. Tempat ini digunakan oleh tiga komunitas Jemparingan yang aktif setiap hari.

“Wisatawan bisa datang ke sini dan berjejaring dengan para ahli. Setiap hari ada kegiatan dan siapa saja bisa datang dan mencoba,” ujarnya lagi.

Pokdarwis setempat juga menyiapkan akomodasi bagi wisatawan yang ingin menginap yaitu homestay dengan tarif Rp 30.000 per hari per tempat tidur, cocok untuk backpacker. Selain itu, paket wisata digagas untuk menawarkan pengalaman baru yang lebih optimal kepada wisatawan. (Fxh)

Source: www.krjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button