Ilmuwan luar angkasa "Cemari" Bosscha, apa kata RK? - WisataHits
Jawa Barat

Ilmuwan luar angkasa “Cemari” Bosscha, apa kata RK?

Ilmuwan luar angkasa “Cemari” Bosscha, apa kata RK?

Jakarta, CNNIndonesia

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo S. Brodjonegoro merugikan upaya pembuat kebijakan atau orang yang berkepentingan dalam mengatasi pencemaran yang mengganggu pengamatan Observatorium Bosschadi Bandung, Jawa Barat.

Menurutnya, polusi tersebut dapat mempengaruhi produktivitas para astronom saat mengamati benda langit.

“Sedikit harapan orang yang berkepentinganketika kami menerima laporan dari peneliti, terkadang sulit untuk mengamati bintang karena polusi terjadi akibat perkembangan tata ruang yang berubah dari kondisi ideal dibandingkan saat Bosscha didirikan,” ujarnya dalam kesempatan peringatan 100 tahun Observatorium ITB. Bosscha.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Ia menjelaskan, perkembangan di sekitar kawasan Bosscha tidak mungkin berdampak pada berkurangnya fungsi pengamatan benda langit.

Padahal, Bosscha memiliki lokasi yang sangat ideal untuk mengamati benda langit. Bahkan, banyak peneliti internasional yang iri dengan lokasi daerah penelitian tersebut.

“Boscha adalah lokasi terbaik di dunia karena berada di garis khatulistiwa. Lokasi ini menurut saya unik di dunia. Masih banyak rekan-rekan di tempat lain yang ingin bekerja sama dengan Bosscha,” ujarnya.

Observatorium Bosscha merupakan observatorium astronomi tertua di Indonesia yang berdiri di atas lahan seluas 1,8 hektar di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Pada saat pendiriannya, Observatorium Bosscha dilengkapi dengan teropong double-reflektor Zeiss dengan panjang 11 meter dan diameter 60 sentimeter serta berat 17 ton. Teropong tersebut dipesan dari perusahaan optik Jerman, Carl Zeiss Jena.

Zeiss ditempatkan di rumah teropong berbentuk kubah berdiameter 14,5.

Lebih lanjut, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengklaim pihaknya telah menyiapkan regulasi dan mekanisme hukum untuk memastikan bidang penelitian ini tidak terganggu oleh kepentingan komersial.

Namun, dia tidak membeberkan aturan seperti apa yang ditetapkan Pemprov Jabar.

“Dengan bangunan yang sangat bersejarah ini, kami telah menyiapkan mekanisme regulasi dan hukum untuk memastikan kawasan ini dilindungi undang-undang agar tidak terpengaruh oleh kepentingan komersial yang seringkali mengalahkan logika jangka panjang,” katanya.

Kawasan Lembang yang kini padat penduduk dan bangunan komersial dinilai berdampak buruk bagi pengamatan astronomi di Observatorium Bosscha. Polusi cahaya dihasilkan dari pembangunan.

Peneliti observatorium Bosscha Yatni Yulianti Saat ini, kondisi langit di Lembang dari kawasan observatorium Bosscha sudah tidak ideal lagi, namun masih dapat menampung pekerjaan pengamatan astronomi yang dilakukan para astronom.

“Polusi cahaya ini terkait dengan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung, Lembang. Dalam beberapa tahun terakhir ini terasa meningkat dengan meningkatnya kegiatan pariwisata,” kata Yatni detik.compada tahun 2021.

Sebelumnya, sebuah studi oleh Royal Astronomical Society menemukan bahwa sebagian besar teropong bintang dunia tercemar oleh polusi cahaya. Hal ini dikhawatirkan akan mengakhiri sejarah astronomi terestrial.

Studi tersebut, oleh para ilmuwan dari Italia, Chili dan Spanyol, membandingkan polusi cahaya di hampir 50 observatorium, mulai dari observatorium profesional dan terbesar hingga observatorium kecil dan amatir.

(mei/arh)

[Gambas:Video CNN]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button