Harga Bio-Solar Naik, Pengusaha Travel: Tidak Masalah Selama Tidak Ada Pembatasan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media - WisataHits
Jawa Timur

Harga Bio-Solar Naik, Pengusaha Travel: Tidak Masalah Selama Tidak Ada Pembatasan | Berita Malang hari ini | Malang Posco Media

Malang Posco Media – Kenaikan harga solar memicu kenaikan harga di sejumlah perusahaan, khususnya di sektor transportasi. Di Mojokerto, operator perjalanan memilih untuk menaikkan tarif mereka menjadi Rs.300.000.

Laporan detikJatim, Minggu (4/9) Pengusaha travel asal Mojoanyar, Mojokerto, Lukman (33) kewalahan dengan kenaikan harga biodiesel sejak pukul 14.30 WIB. Bagaimana tidak, dia sudah menetapkan tarif untuk 3 tugas perjalanan bulan ini. Lukman telah mengoperasikan bus ukuran sedang.

Yakni, jalan-jalan ke Pantai Malang Selatan Rp 2,4 juta, ziarah Wali Lima Rp 1,8 juta dan ke Pantai Karang Gongso, Trenggalek Rp 4,5 juta. Kenaikan harga biodiesel dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter memaksanya untuk mengoreksi tarif untuk 3 tur tersebut.

“Alhamdulillah, semua konsumen saya sudah mengetahui kenaikan harga solar bersubsidi,” kata Lukman.

Untuk perjalanan ke Malang Selatan, Lukman menaikkan tarif menjadi Rp 2,6 juta. Ia juga menaikkan tarif haji ke Wali Lima sebesar Rp 200.000 menjadi Rp 2 juta. Tarif hanya berlaku untuk sewa bus, sopir dan pendamping serta solar.

“Kalau saya jalan-jalan ke Pantai Karang Gongso saya naikkan dari Rp135.000 per orang menjadi Rp140.000. Penumpangnya 33 orang, sudah termasuk makan, tiket wisata, parkir bus dan jalan tol,” jelasnya.

Sebagai pemilik usaha kecil, Lukman mau tak mau menerima kenaikan harga solar bersubsidi. Ia hanya berharap pemerintah tidak terlalu membatasi pembelian biodiesel.

“Tidak masalah jika harganya naik, tetapi kami berharap pemerintah tidak membatasi pembelian solar, terutama bagi kami pemilik usaha kecil,” katanya.

Beni Abdul Azis (27), pengusaha travel asal Bangsal, Mojokerto, juga merasakan dampak kenaikan harga biodiesel. Setiap hari ia mengoperasikan 3 bus berukuran sedang dan 1 minibus. Menurut dia, kenaikan harga solar bersubsidi juga akan menaikkan harga suku cadang bus. Seperti oli, filter oli dan ban yang perlu diganti secara berkala. Sehingga biaya perawatan rutin akan meningkat.

“Baik gaji sopir maupun asisten juga harus meningkat karena kebutuhan rumah tangga mereka juga meningkat. Biasanya biaya driver Rp 250.000 dan Kernet Rp 70.000 per hari naik Rp 50.000 menjadi Rp 100.000,” jelasnya.

Efek ketiga, tentu saja, biaya biodiesel akan meningkat. Karena itu, Beni terpaksa menambah biaya perjalanannya. Di bulan ini saja dia sudah mendapat komisi untuk 32 tour, studi banding dan pendamping pengiring pengantin. Semuanya masih berada di wilayah Jawa Timur.

“Bagi yang sudah membayar uang muka sebelum solar naik, saya hanya mengenakan biaya solar tambahan. Misalnya di Malang selatan, biaya solar antara Rp 500.000 hingga Rp 700.000. Bagi yang tidak memiliki deposit , saya akan membebankan tarif maksimal Rp 300.000,” jelasnya.

Senada dengan Lukman, Beni berharap kenaikan harga biodiesel tidak dibarengi dengan pengetatan pembatasan pembelian oleh pemerintah. Batas pembelian maksimal 200 liter per hari yang berlaku di semua SPBU sudah sesuai untuknya.

“Kalau batas 200 liter per hari untuk bus ukuran sedang masih mencukupi,” ujarnya. (lemak/lemak/dtc/mg6/lin)

Source: malangposcomedia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button