FESTIVAL CAP GO MEH; Percampuran dan toleransi etnis Minang dan Tionghoa - WisataHits
Jawa Tengah

FESTIVAL CAP GO MEH; Percampuran dan toleransi etnis Minang dan Tionghoa

FESTIVAL CAP GO MEH;  Percampuran dan toleransi etnis Minang dan Tionghoa

Von Lenggogeni, Associate Journalist

PADANG – Kemeriahan festival Cap Go Meh yang digelar di kota Padang pada Minggu (2/5) berubah menjadi harmoni indah yang menggambarkan hubungan etnis Minang dan Tionghoa. Mereka memadukan dan menanamkan toleransi dalam hidup.

“Kami masyarakat Tionghoa di Kota Padang dikenal unik. Karena kita tidak berbicara bahasa ibu kita. Merupakan hal yang positif bagi kita untuk berbaur dan bertoleransi dengan masyarakat sekitar. Tapi kami memiliki karakter melestarikan budaya turun temurun ini melalui Festival Cap Go Meh,” kata Albert Hendra Lukman, pembina Panitia Festival Cap Go Meh, kepada Singgalang, Selasa (31/1).

Di sisi lain, kata Albert Hendra Lukman, yang juga anggota DPRD Sumbar, masyarakat Tionghoa ingin memberikan kontribusi bagi pemerintah dan masyarakat.

“Tidak ada salahnya memiliki budaya yang bisa dijual kemudian mendatangkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Otomatis perputaran uang di Kota Padang,” katanya.

Tidak hanya itu, seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat Tionghoa ini selaras dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Walikota dan pemerintah daerah yang mengedepankan pariwisata sebagai leading sector-nya.

“Inilah kegiatan Festival Cap Go Meh yang Semarak yang kami lakukan setiap tahunnya. Menurut mereka, ini bisa masuk dalam kalender pariwisata,” jelas Albert Hendra Lukman.

Alhasil, Cap Go Meh menjadi salah satu dari 77 kegiatan yang tercantum dalam kalender wisata Sumbar.
Diakuinya kini keindahan alam ini, laut, pegunungan dan sejuknya udara semua daerah sudah dimilikinya.

“Yang dicari wisatawan adalah keunikannya. Dan itulah yang kita miliki yaitu Kota Tua, peradaban pertama di Kota Padang. Di sana wisatawan bisa melihat keragaman budaya dan suku yang hidup. Seolah-olah ada orang India, Melayu, Nias, Tionghoa,” kata Albert Hendra Lukman.

Lebih lanjut ia menegaskan, jika masyarakat Tionghoa sebagai masyarakat sudah sewajarnya ingin merevitalisasi kota tua agar dapat menarik kunjungan wisatawan ke Kerajaan Minang. Tentunya dengan menampilkan keragaman budaya pada Festival Cap Go Meh.

Semua orang terlibat dalam rangkaian festival Cap Go Meh ini. Ada penampilan layang-layang oleh Brimob Polda Sumbar, Tari Api dari Bali, Marching Band IPDN Baso hingga Reog Singo Budoyo dari Dharmasyara.

“Kegiatan ini mempengaruhi semua orang dan tujuannya murni wisata, asimilasi dan toleransi antar umat beragama,” jelas Albert Hendra Lukman yang mengatakan, jalur prosesi Cap Go Meh yang berlangsung semarak pada pukul 16.00 WIB telah disesuaikan untuk mengakomodasi umat Islam agar tidak mengganggu ibadah. Prosesi Cap Go Meh menampilkan tarian singa dan naga.

Menariknya, ada pemain singa dan naga yang beragama Islam. Mereka melihat tarian singa dan naga sebagai olahraga. Bahkan, kata Albert Hendra Lukman, ada penari barongsai yang menyukai tempat ini, ketika mereka menikah, sang suami mengikuti agama istrinya, Muslim.

“Ketika prosesi Cap Go Meh dimulai pada waktu sholat, kami menyediakan ruang sholat bagi anggota dan peserta. Intinya, kita berbaur dan saling toleran,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Festival Cap Go Meh merupakan puncak perayaan Imlek yang akan dimulai dengan Pasar Tahun Baru Imlek yang akan dilaksanakan pada 11-15 Januari 2023, dilanjutkan dengan Bazaar HBT dan WHBT dari 27 Januari hingga 5 Februari. Tema festival kali ini adalah Cap Go Meh is Kita.

“Di pasar malam ini kami menjangkau 60-70 UMKM yang tidak memiliki toko atau pedagang kaki lima bersama Pokdarwis Kota Tua Padang Selatan,” ujar Jeffrey Wahyudi, Ketua Panitia Pasar Malam 2574/2023.

Alhasil, pasar malam menjadi daya tarik wisata dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Hal yang sama dilaporkan oleh Departemen Penerangan Publik Cap Go Meh, Jongsang. “Setiap acara pasar malam dan bazaar selalu ada pentas seni. Hal tersebut dapat menarik daya tarik pengunjung yang datang. Jalan-jalan sambil makan malam. Kalaupun pasar malam ada, wisatawan akan datang dari luar,” jelasnya.

Terkait bazar di Himpunan Teguh Bersatu – Himpunan Teguh Wanita Bersatu (HTB – WHBT), Wali Kota Padang Hendri Septa menilai kegiatan rutin yang dilakukan HBT – WHBT luar biasa dan membawa perubahan. Sempat vakum juga, namun kini setiap tahun kami kembali dengan semangat dan kegembiraan yang besar untuk menjalankan agenda rutin kami.

Lebih lanjut ia menegaskan bazaar kali ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena akan banyak terjadi transaksi.

“Kota Padang tumbuh dari keberagaman. Ada Minangkabau, Jawa hingga Tionghoa. Saat pandemi Covid-19 melanda, aktivitas tersebut sempat vakum. Dan sekarang mari kita berjalan-jalan di bazaar bersama. Begitu juga dengan kegiatan yang bermanfaat bagi generasi muda. Anda lihat ada banyak kompetisi berbeda yang diperuntukkan bagi generasi muda,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Kepala Kepolisian Resor (AKBP) Kota Padang Ferry Harahap. Ia berharap Kota Padang bisa bangkit kembali dengan keberagaman bersama ini. Perekonomian dan aktivitas kembali normal seperti sediakala.

“Kita bersatu dan bersama kota Padang aman dan bagus untuk investasi. Otomatis perekonomian akan bangkit kembali,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Bazaar Imlek HBT – WHBT 2023 Martin Makmur mengatakan bazaar ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh HBT-WHBT untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Tionghoa dan masyarakat Sumatera Barat.

Selama bazaar, stan iklan, kuliner, dan kafetaria disajikan kepada publik. Semua itu dapat meningkatkan perekonomian di Kota Padang.

Selain itu, ada berbagai lomba mulai dari lomba baju pesta anak, melukis, senam, atasan celana jeans untuk remaja dan anak-anak, lomba tari tik tok grup, tari kreasi minang, karaoke, lomba tari solo dan grup, serta cover group dance K-pop dan solo , kompetisi dansa anak-anak, pakaian santai tie-dye untuk remaja, gaun pesta remaja, dan trik keren.

“Intinya bazaar Imlek 2023 lebih banyak kebersamaan dengan yang lain. Kami bahu-membahu merevitalisasi perekonomian yang sempat tersendat akibat merebaknya pandemi Covid-19,” ujar Martin Makmur didampingi Advisor WHBT Lisa Eriwati (Sri Bakti).

Selain itu, bazaar ini juga menjadi sarana kreatif bagi anak-anak dan remaja untuk berani tampil di depan umum.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Badan Kesbangpol) Sumbar Jefrinal Arifin menilai semarak festival Cap Go Meh menjadi bukti bahwa etnis Minang dan Tionghoa saling berbaur dan bertoleransi.

“Pelaksanaan perayaan Cap Go Meh ini terkait dengan budaya Tionghoa. Sebelumnya, mereka pernah menggelar kegiatan serupa di Kota Padang setiap tahunnya. Dan itu juga didukung oleh masyarakat,” katanya. Karena Cap Go Meh hidup sebagai budaya, pemerintah mendukung kegiatan pariwisata. Karena negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka segala kegiatan masyarakat, suku, budaya dan agama difasilitasi oleh negara.

Ditegaskannya, semarak Cap Go Meh merupakan kegiatan penting bagi forum asimilasi nasional di Sumatera Barat. Karena di Indonesia terdapat berbagai suku, suku dan agama. Dalam jenis yang berbeda ini, kegiatan perlu difasilitasi.

“Kehebatan Cap Go Meh tidak terkait dengan agama, tetapi budaya Tionghoa yang ingin mereka promosikan. Selain itu, TNI, Polri dan ormas lainnya juga terlibat dalam kegiatan tersebut. Dan tentunya didukung oleh komunitas lain. Dijelaskannya, ada 700 ormas di Sumbar.

Ditegaskannya, semangat Cap Go Meh telah melahirkan keragaman yang sangat baik di Sumbar. Keindahan kenyamanan dan keragaman. Persatuan orang-orang yang berbeda suku, suku dan agama. Hal itu terlihat dari semaraknya prosesi Cap Go Meh yang berlangsung pada pukul 16.00 WIB. Nantinya, tentunya rute yang ditempuh perpindahan tersebut akan disesuaikan. Agar tidak mengganggu ibadah umat Islam.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button