Menelusuri sejarah etnis Tionghoa di Sukabumi - WisataHits
Jawa Barat

Menelusuri sejarah etnis Tionghoa di Sukabumi

Liputan6.com, Sukabumi – Kota Sukabumi dikenal dengan beragam budaya yang berasal dari Tiongkok. Seperti keberadaan Museum Soekaboemi China.

Pementasan Cap Go Meh yang menjadi daya tarik wisata setiap Tahun Baru Imlek membuat sejarah etnis Tionghoa di kota yang terkenal dengan oleh-oleh mochi ini tidak bisa dipisahkan.

Museum ini terletak di Jalan Pajagalan, Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, lebih tepatnya di Alun-alun Dalaga. Wisata sejarah ini bisa Anda kunjungi dengan harga tiket Rp 5.000 saja.

Museum Tionghoa Soekaboemi dibuka selama enam hari kecuali hari Jumat. Dari jam 9.00 pagi hingga 4.30 sore.

Dibuka pada Februari 2021, museum yang terdiri dari empat lantai ini menawarkan sekilas sejarah etnis Tionghoa yang tiba di pulau Jawa, tepatnya di kota Sukabumi.

Dari furnitur antik, lukisan tepat di dinding yang menggambarkan perjalanan budaya ini ke mata uang dan pakaian perang, terpampang di sana.

Salah satu pengunjung, kata Fikri, yang menarik dari museum ini adalah koleksi koin dari zaman kerajaan.

“Koleksi mata uang di museum ini keren, bahkan ada mata uang jaman kerajaan Majapahit yang menggunakan perunggu,” kata Fikri. Liputan6.compada Minggu (11/12/2022).

Sementara itu, pengelola museum, Yani Mulyani atau lebih dikenal dengan Ambu mengatakan, itu bukan sekedar identitas budaya Tionghoa itu sendiri. Fungsi museum juga untuk mempersatukan bangsa antara Tionghoa Sukabumi dengan budaya lainnya.

“Khususnya budaya Tionghoa di Sukabumi sebagai pusat kajian. Di sini kebetulan juga ada Galeri Arsip Kipahare yang menyajikan semua sejarah yang kita punya di Sukabumi, baik di kota maupun di kabupaten,” kata Ambu.

Meski minat berkunjung ke museum selama ini didominasi warga lokal dan mancanegara, pihaknya berharap Museum Tionghoa Soekaboemi bisa menjadi pionir dalam mendirikan museum serupa di kota lain.

“Dari dalam kota mungkin agak minim. Selama ini yang datang berkunjung kebanyakan mahasiswa dari Jakarta, Bandung, Bogor. Ada juga dari luar negeri yang pernah berkunjung ke sini, seperti Prancis, Singapura, dan ada juga yang pernah berkunjung ke sini,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga mengharapkan dukungan dari berbagai pihak termasuk pemerintah untuk melakukan berbagai kegiatan. Agar Museum Tionghoa dapat terus eksis dan lebih dikenal.

“Tapi kalau kita kurang support dari pemerintah atau instansi terkait, mungkin karena mereka masih baru dan belum kenal. Namun mudah-mudahan ke depan pemerintah bisa memberikan perhatian lebih. Karena ini bukan masalah China, tapi sejarahnya,” pungkasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button