Dulu diremehkan, kini penjualannya mencapai puluhan juta per bulan - WisataHits
Yogyakarta

Dulu diremehkan, kini penjualannya mencapai puluhan juta per bulan

Dulu diremehkan, kini penjualannya mencapai puluhan juta per bulan

– Iklan –

Dari nol menjadi pahlawan. Dulu perempuan ini diremehkan karena mulai membuat jajanan dari nanas lokal Kelud. Modalnya yang hanya Rp 500.000 bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp 50 juta per bulan!

REKIAN, daerah JP Radar Kediri

Ratih Kusuma Dewi pernah menikmati suatu jabatan pengembangan sumber daya manusia (HRD) di salah satu mal Kediri sejak 2010. Namun, posisi tersebut tak bertahan lama. Dua tahun kemudian, perempuan yang tinggal di Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngasem, mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Dia memutuskan untuk fokus mengurus anak-anak di rumah selama penjualan on line. Pada 2015 ia membuka toko pakaian.

– Iklan –

Saat pandemi 2020 melanda, usahanya mulai goyah. Penjualan juga turun. Untuk menghilangkan penat urusan bisnis, ibu dua anak ini memutuskan untuk melakukannya menyegarkan. Ia memutuskan untuk mengunjungi wisata Kelud.

Sesampainya di Kabupaten Ngancar, naluri wirausahanya mulai muncul. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini terpesona dengan luasnya buah nanas.

“Saya rasa nanasnya beda. Manis sekali. Airnya tidak terlalu banyak,” kenang Ratih saat ditemui di cabangnya di Jalan PK Bangsa, Kota Kediri, sekitar pukul 13.30 siang kemarin. Dari situ ia memutuskan untuk memanfaatkan buah nanas yang melimpah dari lereng Kelud.

Perempuan yang kemarin mengenakan jilbab hijau lumut ini mengatakan, nanas sudah menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Kediri. Oleh karena itu, produk harus dikelola dengan cara yang berbeda. Yang terlintas di pikiran saat itu adalah nanas. Ratih yang lahir dan besar di Depansar, memiliki resep keluarga untuk membuat kue.

Ia kemudian bertekad untuk memulai usahanya dengan modal Rp 500.000. Menggunakan oven yang sudah dipanaskan. Pengusaha berusia 34 tahun itu mengurus semuanya sendiri, mulai dari produksi selai hingga kaleng kue. Saat pertama kali membuatnya, ia hanya bisa membuat 54 potong kue nanas.

“Banyak kegagalan. Coba bentuk dan ukurannya lebih dari sepuluh kali percobaan,” akunya.

Begitu terbentuk, itu akan dibicarakan Kemasan. Semua ejekan, ejekan, dan ungkapan menghina harus diterima dengan lapang dada. Apa yang dia ingat adalah kata-kata merendahkan. berapa banyak yang dihasilkannya Dia menjadikan semua kalimat ini sebagai obat. Cambuk untuk bekerja lebih keras.

Ratih bukanlah tipe orang yang mudah terpuruk dan kalah dengan keadaan. Ketika produksi Pie Nanas Kelud dimulai, puluhan toko menolak produk tersebut. “Penjaga toko hanya melihat formulir itu dan menolaknya,” akunya.

Lebih dari 20 toko yang menolak untuk menjual produk mereka. Namun, dia tidak menyerah. Dengan banyak kesaksian positif, dia bertekad untuk membawa produknya kemanapun dia pergi. Mulai dari perayaan keluarga hingga kegiatan di kebaktian gereja. Dia membawanya ke orang yang dia kenal untuk mengujinya.

Beruntung saat acara Bup Barang Kopi Mas, produk tersebut sampai ke Bupati Hanindhito Himawan Pramana. Tak disangka, pria nomor satu Kabupaten Kediri itu langsung terkesan. Katanya Kue Nanas Kelud dari Ratih enak. Produknya terbilang andalan Kabupaten Kediri, seperti merek Bakpia Jogja. Sejak itu, kepercayaan dirinya tumbuh dan mendapat dukungan dari pemerintah Kabupaten Kediri.

Setelah berjuang menjual dan mempromosikan Pie Nanas Kelud miliknya, kini Ratih mampu menghasilkan 500 pie nanas per hari. Ia menjual satu kotak berisi enam kue dengan harga Rp 25.000 dan Rp 35.000 untuk sembilan potong. Dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp50 juta. Tidak hanya jumlah produksi kue yang meningkat, Ketua Komunitas Pengusaha Muda Kediri juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Saat ini memiliki delapan karyawan. Enam orang berdedikasi untuk produksi. Dan dua orang pemasaran.

Ratih juga menjelaskan perbedaan kue buatannya dengan yang lain. Ada di dalam selai nanas. Berlangsung 14 hari. Selain itu, produk cake dengan selai lebih dominan.

Uniknya, dibuat sendiri. Sehingga masih berupa adonan roti dan selai saat dinikmati masih sangat kasar. Berbeda dengan selai buatan pabrik yang memiliki bentuk halus, warna bening dan bersih.

Meski ada yang meniru Pie Nanas Kelud miliknya, Ratih melihatnya sebagai risiko. Yang terpenting baginya adalah menjaga kualitas produk. Kini kue-kue yang dulunya ditolak di banyak toko, kini sudah masuk ke toko-toko modern dan kini dikapalkan ke Jogja dan Bali. “Dalam sebulan saya bisa membeli enam ribu nanas dari petani nanas di lereng Kelud,” pungkasnya.

Untuk mendapatkan berita terbaru dari Jawa Pos Radar Kediri, silahkan bergabung di grup Telegram “Radar Kediri”. Jadi klik tautan bergabung Telegramradarkediri. Sebelum melakukan ini, pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button