Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul masih terkendala bahan baku - WisataHits
Yogyakarta

Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul masih terkendala bahan baku

Bantul, IDN Times – Padukuhan Kiran di Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, merupakan desa wisata herbal yang konon terbesar di Indonesia.

Pengemasan dan penjualan obat-obatan herbal di tempat ini juga sudah modern. Mereka tidak hanya mengandalkan penjualan jamu yang mereka bawa keliling kampung, tetapi juga menggunakan teknologi online. Tak heran jika produk herbal Kiran telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Meski demikian, desa wisata ini masih terkendala bahan baku.

1. Masih mengandalkan bahan baku dari luar daerah

Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul masih terkendala bahan bakuProduk Herbal dari Desa Wisata Herbal Kiringan Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Pengrajin jamu di Desa Wisata Jamu Kiran masih bergantung pada pasokan bahan baku pembuatan jamu dari luar daerah Bantul. Bahkan ada yang harus dikirim dari luar provinsi, seperti Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

“Industri kreatif jamu dari Kiran sudah sukses di hilir, tapi di hulu masih tergantung atau mengandalkan pasokan bahan baku jamu dari daerah lain,” kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat berkunjung ke Desa Wisata Jamu Kiran, Rabu. 12/10/2022).

Kondisi ini juga hampir sama dengan industri kreatif lainnya di Bantul yang hingga saat ini masih bergantung pada bahan baku produk kreatif dari luar daerah.

“Makanya saya berbicara dengan kepala desa Canden tentang apakah ada daerah yang bisa ditanami bahan baku jamu (tanaman obat keluarga)?

“Singkatnya, sebagai kabupaten kreatif penggerak roda industri rakyat di Kabupaten Bantul, Bantul tidak memiliki bahan baku untuk pendapatan industri kreatif,” katanya.

Meski demikian, Halim optimistis modal awalnya adalah kekuatan kreativitas dan inovasi untuk menghidupkan dan mengembangkan daerah. “Modal utamanya adalah bahan baku, tapi kekuatan kreativitas dan inovasi. Karena bahan baku bisa didatangkan dari mana saja,” ujarnya.

Baca Juga: Siap Panen, Ratusan Hektar Tanaman Cabai di Bantul Mati

2. Cari bahan baku jamu dari Pasar Imogiri sampai Pasar Beringharjo

Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul masih terkendala bahan bakuKetua Murjiyati Jamu Kingan Group. (IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Kelompok Kiringan Jamu Murjiyati juga mengakui kekurangan bahan baku untuk memproduksi jamu. Menurut dia, bahan dasar pembuatan jamu seperti dawung, kapulaga dan sejumlah bahan baku lainnya masih harus dibeli di pasar-pasar di Pasar Imogiri dan Pasar Beringharjo.

“Kalau dari Kiran, bahan bakunya biasanya hanya jeruk nipis, daun pepaya, dan sedikit empon-empon,” katanya.

Minimnya bahan baku jamu dari Kiran, kata perempuan yang biasa disapa Mbok Mur ini tidak lain karena sebagian besar lahan yang tersedia berupa sawah sehingga tidak cocok untuk ditanami bahan baku jamu.

“Tanahnya terlalu becek, jadi tidak bisa ditanami bahan baku sayur-sayuran,” katanya.

Selain mencari bahan baku di pasar, dukun terkadang mendapatkan pasokan dari pedagang di Kulon Progo hingga Temanggung, Jawa Tengah. “Jadi perajin jamu sudah memiliki pedagang bahan baku jamu yang memasok bahan baku yang dipesan oleh perajin jamu,” ujarnya.

3. Siapkan lahan 10 hektar untuk menanam tanaman obat untuk keluarga‎

Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul masih terkendala bahan bakuIlustrasi bahan baku jamu untuk jamu. (IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, Kepala Biro Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan toko jamu di Kiran merupakan bisnis jamu terbesar di Indonesia, dengan total 132 toko jamu.

“Ada 80 perusahaan jamu di Jateng dan 60 karyawan di Sleman. Ya, saya kira toko jamu di Kiran terbesar di Indonesia,” ujarnya.

Isu bahan baku yang harus didatangkan dari luar daerah menjadi pekerjaan rumah para pelaku terkait, sehingga diharapkan tidak ada ketergantungan pada bahan baku dari luar daerah ke depan.

“Kami menyiapkan lahan seluas 10 hektar di dusun Mangunan untuk ditanami tanaman obat keluarga (toga), yang nantinya bisa memenuhi kebutuhan atau bahan baku jamu di Kiringan,” tambah Kepala Dinas Pangan Bantul dan menambahkan Pertanian Dinas Keamanan (DKKP), Joko Waluyo.

Baca juga: Petani Jagung di Bantul Panen Besar, Mampu Menghasilkan 10 Ton Per Hektar

Komunitas IDN Times adalah media yang menawarkan platform untuk menulis. Semua karya tulis adalah tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Source: jogja.idntimes.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button