Cokelat terbaik di dunia ada di Banyuwangi, bukan hanya di Belgia! Menjadi rekomendasi oleh-oleh di kota Gandrung - WisataHits
Jawa Timur

Cokelat terbaik di dunia ada di Banyuwangi, bukan hanya di Belgia! Menjadi rekomendasi oleh-oleh di kota Gandrung

Cokelat terbaik di dunia ada di Banyuwangi, bukan hanya di Belgia!  Menjadi rekomendasi oleh-oleh di kota Gandrung

JemberNerwork.com – Hampir semua orang di dunia menyukai coklat.

Sejauh ini, cokelat terbaik selalu diidentikkan dengan negara-negara seperti Belgia dan Swiss.

Namun siapa sangka salah satu coklat terbaik di dunia ternyata juga bisa ditemukan di Indonesia, tepatnya di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Juga: Nasi Babat Paling Enak di Blitar, Beda dari Daerah Lain! Berikut 5 rekomendasi makanan khas Kota Proklamator

Baca juga: 5 Jenis Cokelat yang Bisa Jadi Favorit Anda, Mana yang Anda Suka?

Glenmore adalah pembuat cokelat yang cukup besar. Salah satunya diproduksi oleh Kebun Kendeng Lembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Perkebunan ini menghasilkan kakao rasa halus atau biasa disebut dengan kakao rasa halus yang memiliki kualitas terbaik dan diekspor ke berbagai negara seperti Swiss, Jerman, Prancis, Amerika, Italia, Malaysia, Inggris dan berbagai negara lainnya.

Hal itu kemudian didukung dengan lokasinya yang berada di ketinggian 350 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 20-27 derajat Celcius.

Baca Juga: Lontong Kikil Paling Enak di Surabaya! Kuliner khas kota pahlawan penuh lemak tergiur untuk disantap…

Oleh karena itu, sejak tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bekerjasama dengan PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) mulai mengembangkannya menjadi agrowisata dengan nama “Doesoen Cocoa”.

Mengunjungi wisata ini, pengunjung dapat memesan paket wisata edukasi dengan harga masing-masing Rp25.000 untuk pelajar, Rp35.000 untuk wisatawan reguler lokal dan Rp55.000 untuk wisatawan mancanegara/mancanegara.

Kemudian setiap kendaraan pengunjung juga akan dikenakan biaya untuk sepeda motor sebesar Rp 2.000, mobil sebesar Rp 5.000 dan bus sebesar Rp 15.000.

Baca Juga: Soto Paling Enak di Lamongan! Berikut 9 rekomendasi wisata kuliner khas Kota Soto, dijamin Maknyus dan Ngangeni

Harga tersebut tergolong murah karena pengunjung dapat menjelajahi keindahan kawasan wisata dengan berjalan kaki menggunakan mobil shuttle.

Selain itu, pengunjung juga bisa belajar lebih banyak tentang pertanian kakao, mulai dari penaburan, pemanenan, dan pengeringan hingga pengolahan biji kakao menjadi produk cokelat siap santap di pabrik pengolahan kakao di tempat wisata.

Pengunjung juga dapat menelusuri sejarah perkembangan cokelat di Indonesia khususnya di Kabupaten Banyuwangi melalui Galeri Cokelat.

Baca Juga: Di Mana Mendapatkan Rujak Soto Paling Enak di Banyuwangi? Jangan lewatkan kuliner khas kota Gandrung, cek lokasinya!

Setelah berkeliling, pengunjung dapat menikmati kuliner khas Kakao Dosoen dengan coklat terbaik di dunia yaitu aneka olahan coklat di kafe coklat sambil menikmati patung berbentuk air mancur coklat di depan kafe.

Ada yang unik dari kafe ini. Tempat ini dulunya merupakan bangunan Belanda yang digunakan sebagai rumah arang atau kepala taman.

Tepat di belakang kafe, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas Banyuwangi dan jajan di Food Court Dosoen Kakaodi ditemani riak air kolam budidaya ikan di dekatnya.

Untuk menuju Dosoen Kakao, pengunjung dapat mengikuti atau mengklik petunjuk arah dari Google Maps dengan kata kunci Dosoen Kakao jalan pintas ini!

Baca Juga: Nasi Pecel Paling Enak di Kota Madiun! Ini dia rekomendasi stan Pecel yang ikonik, salah satu favorit Presiden

Jangan khawatir tentang akomodasi. Doesoen Kakao juga memiliki penginapan yang bisa diawaki.

Pengunjung Wisata Dosoen Kakao yang berasal dari luar kota juga bisa menginap dengan homestay yang telah disiapkan pengelola, tentunya dengan harga yang terjangkau.

Setidaknya ada 12 kamar di antaranya 3 kamar VIP seharga Rp 350.000 untuk dua orang dan 9 kamar standar seharga Rp 250.000 untuk dua orang.

Yang lebih menarik lagi, beberapa penginapan merupakan sisa-sisa rumah yang pernah ditinggali Belanda saat mengelola perkebunan.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button