Bersihkan Dusun, tradisi syukur yang sudah turun temurun - WisataHits
Yogyakarta

Bersihkan Dusun, tradisi syukur yang sudah turun temurun

Bersihkan Dusun, tradisi syukur yang sudah turun temurun

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Desa Bersih atau Dusun Bersih merupakan upacara adat budaya Jawa yang telah dilaksanakan secara turun temurun. Pelaksanaannya berlangsung menurut adat istiadat masyarakat di daerahnya masing-masing.

Ada yang memilih setelah bulan Syawal atau bulan Longkang (Dulkaidah), Bulan Agung (Dzulhijjah) atau nanti di bulan Sura (Muharam). Keberadaannya merupakan potensi wisata budaya yang unik.

Seiring meredanya pandemi Covid-19, upacara adat Bersih Desa dan Dusun Bersih kembali dilakukan oleh masyarakat. Acara berlangsung meriah karena ada berbagai hiburan yang ditawarkan.

Seperti di Kelurahan Joho Kidul, Desa Giriwono, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Reog Ponorogo kesenian dibangkitkan kembali. Ini menampilkan tiga burung merak Dadak. Di Dusun Tandon, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, hiburan reog bersama tujuh Dadak Merak.

Serda Surono dari Koramil-10 Wuryantoro Kodim 0728 Wonogiri menjelaskan, tradisi Dusun Bersih juga dipertahankan oleh masyarakat Dusun Gudang, Desa Pulutan Wetan, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.

Parmin, warga Dusun Pelem, Desa Watangrejo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri mengatakan, tradisi Dusun Bersih akan digelar di dusunnya pada Rabu (27/7). “Dengan adanya hiburan wayang kulit sepanjang malam yang dibawakan oleh Dalang Ki Widodo Wilis Prabowo dari Wonogiri,” kata Parmin.

bermain Semar

Seniman pengrawit Purwanto Lepo menjelaskan bahwa tradisi bersih dusun di kajar Desa Pokohkidul, Kota Wonogiri, Kabupaten Wonogiri dibangkitkan dengan Wayang Kulit bersama Dalang Ki Tarno dari Kecamatan Girimarto dengan membawakan lakon Semar Mbangun Desa.

Pada upacara adat Dusun Bersih, Masyarakat Kelurahan Jodokidul, Desa Giriwono, Wonogiri memberikan hiburan dengan kesenian Reog Ponorogo.

Di Dusun Wonosobo, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Pertunjukan Wayang Bersama Dalang Muda Alif (Mahasiswa ISI Surakarta). Senin depan (25 Juli), di Desa Ngadiroyo, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Dusun Bersih wayang akan menghadirkan pemenang kedua Lomba Dalang Remaja, Rama (Sahrul Oktavian Ramadani), siswa Kelas I SMA Wonogiri.

Di Dusun Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Upacara Adat Bersih Dusun dikemas dalam rangkaian acara Jangkrik Genggong. Organisasi tersebut memilih Hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon) dan Bulan Longkang (Dzulhijjah). Berlangsung di lokasi TPI Tawang di pesisir selatan laut.

Tradisi Jangkrik Genggong yang dimeriahkan dengan kesenian Tayub diiringi dengan rangkaian Gendhing populer iringan Ki Wonocaki, dipercaya sebagai sosok datuk Danyang. Ini termasuk persembahan Krawon Kemadhuk, Bothok Iwak Pajung (Kapup Merah) dan Jaran Putih (Kuda) Tlethong (Kotoran).

Dusun Bersih di Kapanewonan, Samigaluh, Kulonprogo, DI Yogyakarta dikemas dalam tradisi Baritan. Termasuk amal bumi dan amal laut. Yang biasanya terjadi di setiap bulan Surat.

Bulan surah

Masyarakat Dusun Gawang, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mendefinisikan Baritan sebagai Berwiridan. Masyarakat Blitar, Jawa Timur juga biasanya mengadakan Baritan pada bulan Sura.

Di Dusun Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, upacara adat tradisional Dusun Bersih dikemas sebagai Acara Jangkrik Genggong. Termasuk kesenian Tayub dengan iringan berbagai musik favorit Danyang lokal (Dok. Prokopim Pacitan)

Pakar budaya Jawa, Kanjeng Raden Arya (KRA), Drs. Pranoto Adiningrat MM, pemenang Anugerah Bintang Budaya, mengatakan bahwa tradisi Dusun Bersih, Desa Bersih, Baritan atau apapun namanya telah menjadi bagian dari jati diri bangsa (bangsa). dan pembentukan karakter). dari Indonesia. “Ini adalah kearifan lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi,” jelas Pranoto.

Pranoto yang juga Abdi Dalem Keraton Surakarta mengatakan, esensi tradisi pada hakikatnya adalah bentuk rasa syukur kepada Gusti Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.

Yakni, ucapan terima kasih atas pemberian yang diberikan kepada umat paroki berupa hasil panen (bagi petani sebagai agraris) dan hasil tangkapan ikan (bagi nelayan) yang telah mensejahterakan hidupnya.

Bersama-sama mereka berdoa bersama untuk perlindungan, keamanan, kesehatan. Mendapat karunia menjadi waras (bagas waras), rahayu wilujeng (bertahan hidup), dijauhkan dari Balak, ancaman kelaparan, penyakit, wabah, Pagebluk.

Dalam hal persembahan kepada Danyang, ini tidak berarti memberikan persembahan kepada setan. Abdi Dalem Keraton Surakarta, Raden Tumenggung (RT) Purnomo Tondo Nagoro SE, menyatakan bahwa Danyang Cikal Bakal adalah sosok leluhur (manusia) yang berjasa menciptakan (bebadra) dusun dengan kesaktiannya. “Bukan iblis,” dia bersikeras.

bambu murni

Source: suarabaru.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button