Ternyata Kuliner 3 Solo ini sudah tercipta sejak zaman Belanda-Jepang - WisataHits
Jawa Tengah

Ternyata Kuliner 3 Solo ini sudah tercipta sejak zaman Belanda-Jepang

solo

Siapa yang tidak kenal Timlo, Selat dan Tengkleng? Ternyata ketiga kuliner khas Solo ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang. Masing-masing makanan ini memiliki cerita tersendiri. Terutama Tengkleng yang memiliki sejarah kelam di solo. Berikut kisah kreasi tiga makanan khas yang selalu dicari wisatawan di Solo.

1. Tengkleng

Tengkleng adalah makanan khas solo yang mirip dengan gulai kambing. Bedanya, bahan dasar tengkleng adalah tulang dan jeroan. Kuah tengklengnya juga lebih encer dibanding kari kambing.

Tengkleng mulai dikenal ketika masyarakat Solo kesulitan mencari makan pada masa pendudukan Jepang. Untuk bertahan hidup, mereka harus mengolah sisa makanan seperti tulang dan jeroan kambing.

Tulang dan jeroan kambing dimasak dengan bumbu yang tersedia seperti kelapa, kunyit, serai, jahe, lengkuas, daun jeruk, daun salam, kayu manis, cengkeh, garam, bawang putih, bawang merah, pala dan kemiri.

Makanan ini disebut tengkleng karena mengeluarkan suara yang khas bang-bang-bang bila disantap di piring yang terbuat dari gembreng atau seng. Meski tengkleng berasal dari sejarah kelam, saat ini tengkleng menjadi salah satu makanan khas solo yang disukai dan diburu banyak wisatawan.

2. Selat

Selat Solo merupakan salah satu hasil akulturasi kuliner era Ko

pertapa Belanda. Sejarah Selat Solo berawal dari Benteng Vastenburg yang menjadi tempat perundingan antara Kasunanan Surakarta dengan pemerintah Belanda.

Pada setiap pertemuan di Benteng Vastenburg pada saat jamuan makan, ternyata ada perbedaan selera antara jendral Belanda dengan sultan. Jenderal Belanda itu menginginkan steak seperti di rumah sendiri. Sedangkan Sultan lebih menyukai nasi dan sayur.

Alhasil, sang chef pun menyiapkan sajian yang terdiri dari sayuran seperti tomat, buncis, selada, wortel, kentang sebagai sumber karbohidrat sebagai pengganti nasi dan daging. Hidangan ini tidak dilumuri kuah seperti steak, melainkan disiram dengan kuah yang terbuat dari rempah-rempah Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Selat Solo telah mengalami banyak modifikasi, termasuk penambahan isian seperti acar, telur rebus, dan kentang yang dibuat menjadi kentang goreng atau mashed potato (kentang tumbuk). Nama Selat rupanya berasal dari kata bahasa Inggris salad.

Makanan yang lahir dari perpaduan dua budaya, Eropa dan Jawa ini menjadi salah satu ikon wisata kuliner solo hingga saat ini. Salah satu penjual Selat Solo yang terkenal adalah Selat Vien yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Solo Balapan.

3. Timlo

Pada masa penjajahan Belanda di Solo, timlo pertama kali dijual oleh para pedagang Cina yang berkeliling dengan membawa tombak. Timlo kemudian dikenal sebagai kimlo, sup bening dengan sosis solo, telur pindang, wortel, hati ampela dan taburan daging. Timlo biasanya dimakan dengan nasi dan air jeruk nipis.

Pada masa Orde Baru, Timlo menghadapi persaingan ketat dengan menu-menu baru dari luar yang mulai membanjiri tanah air. Namun, Timlo masih bertahan dan berlanjut hingga saat ini. Timlo dapat ditemukan di sekitar Pasar Gede dan di berbagai sudut kota Solo.

Saksikan Hangat Gurih Timlo Maestro, Video Solo Khas Kuliner Malam Legendaris
[Gambas:Video 20detik]
(dil/teguk)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button