Tunggu Kementerian, Status Wabah PMK Boyolali Tak Dicabut Meski Kasus Menurun - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Tunggu Kementerian, Status Wabah PMK Boyolali Tak Dicabut Meski Kasus Menurun – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati saat diwawancarai kasus penyakit mulut dan kulit sapi di Boyolali, Selasa (18/10/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Lusia Dyah Suciati, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, mengatakan kasus penyakit mulut dan kulit (PMK) pada sapi terus menurun di Boyolali pada Oktober 2022. Namun, status PMK masih menjadi epidemi di Indonesia.

“PMK sudah mulai tren” [di Boyolali], secara umum kasus kami terus menurun. Untuk status wabah PMK, kementerian yang mencabutnya, mungkin setelah kementerian melakukan pengawasan hingga berburu nolkecuali berburu nol mungkin tidak dicabut,” ujarnya saat ditemui wartawan di kantornya.

Daihatsu Rocky Promotion, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

Karena merupakan perdagangan ternak, Lusia mengatakan, kebijakan status wabah PMK ditetapkan sekaligus di bawah naungan Kementerian Pertanian (Kementan).

Berdasarkan data terupdate, Senin (17/10/2022), terdapat 5.842 kasus suspek PMK di Boyolali. Ada tambahan 114 hewan yang sembuh, sehingga total hewan yang sembuh menjadi 5.006.

Kemudian jatuhnya PMK di Boyolali masih menyisakan 621 orang. Sementara itu, data menunjukkan tidak ada kasus positif lebih lanjut, menganggapdan kematian sapi akibat PMK di Boyolali pada Minggu (16/10/2022).

Baca juga: Kementan: Tahun ini 14,8 juta hewan ternak harus kena ear tag

Dalam rangka pengendalian penyebaran dan pengendalian PMK di Boyolali, Lusia mengatakan Dinas Peternakan juga berupaya meningkatkan kegiatan identifikasi hewan dan mempercepat vaksinasi di Boyolali.

Pelabelan dilakukan melalui sistem label telinga.

Semua sapi dan kerbau di Boyolali ditandai dengan label telinga. tag telinga adalah perangkat berupa barcode ditempatkan pada telinga ternak untuk memberikan informasi tentang identitas dan kesehatan hewan yang bersangkutan.

kode batang itu dipindai atau dipindai dengan alat penandaan geografis. “Sehingga akan diketahui siapa pemilik hewan tersebut, status kesehatannya apa dan di mana menggunakan geo-tagging,” ujarnya.

Status kesehatan sapi juga berhubungan dengan status vaksinasi sapi dan kerbau di Boyolali. Vaksinasi dibagi menjadi tiga fase, kata Lusia, yang meliputi suntikan booster pertama, kedua dan enam bulan.

Baca Juga: Atasi Wabah PMK di Boyolali, Pemkab Mulai Data Sapi dan Kerbau

“Kasus PMK di Boyolali terus menurun, namun saat ini kami sedang melakukan vaksinasi seperti cara penanganan COVID-19 yaitu dosis pertama, kedua dan ternak enam bulan kemudian, dosis ketiga booster shot,” katanya.

Lusia berharap ketika semua hewan ternak dapat divaksinasi, kekebalannya akan meningkat.

Ke depan, Lusia mengatakan akan ada kebijakan peternakan yang akan mengatur pergerakan atau jual beli hewan ternak yang minimal telah divaksinasi satu kali atau telah dinyatakan sehat oleh dokter yang berwenang.

“Anda dapat mengatakan bahwa ternak telah divaksinasi sekali atau dua kali barcode das. Jadi sapi yang diperdagangkan harus memiliki barcode atau tag. Di Boyolali sapi dan kerbau yang telah barcode Sejauh ini sudah ada 800 ayam jantan,” katanya.

Lusia bertujuan agar semua populasi sapi dan kerbau di Boyolali dapat disesuaikan label telinga barcode, dengan total populasi di Boyolali mencapai 200.000 individu. Namun, hasil pendataan tahun ini berjumlah sisa populasi sekitar 160.000 orang.

Baca juga: Hore! Kasus PMK Boyolali bias, tidak ada penambahan sampai Oktober ini

“Kami akan mempercepat instalasi barcode, diharapkan selesai akhir tahun ini. Dengan pembubuhan ear tag tersebut, petugas langsung menuju ke kandang ternak,” jelasnya.

Sementara itu, menurut Lusia, belum semua sapi dan kerbau mendapat dosis vaksinasi pertama.

“Kegiatan vaksinasi untuk dosis I sebanyak 4.896 ekor, vaksinasi booster 3.858 ekor dan vaksinasi tambahan dosis I sebanyak 12.841 ekor. Kami akan [melakukan] Percepatan vaksinasi agar imunitas ternak bisa lebih berkembang,” ujarnya.

Menurut Lusia, sapi yang divaksinasi memiliki kekebalan sekitar 80 persen. Untuk sapi yang kemudian sembuh dari PMK, disarankan agar sapi segera divaksinasi untuk membangun kekebalannya.

Baca juga: Sah! 5 pasar hewan di Boyolali sudah dibuka, 3 masih dalam tahap uji coba

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button