Ternyata Gunung Kemukus Lebih Terkenal Dari Sragen - Solopos.com - WisataHits
Jawa Barat

Ternyata Gunung Kemukus Lebih Terkenal Dari Sragen – Solopos.com

Solopos.com, SRAGEN — Gunung Kemukus dan Sangiran lebih terkenal dari Sragen. Ketika orang di Yogyakarta mendengar tentang Gunung Kemukus dan Sangiran, mereka akan mengira mereka berada di Solo, bukan Sragen.

Fakta ini ditegaskan oleh ilmuwan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarata, Prof. Ike Janita Dewi, dalam Kelompok diskusi (FGD) yang diselenggarakan oleh Badan Otorita Borobudur pada Sabtu (16/7022) di Hotel Surya Sukowati, Sragen.

Promosi Bayar Rp 1 Juta Bawa Pulang Mobil Toyota Baru, Begini Caranya

Dia mengungkapkan Lalu lintas Pencarian Gunung Kemukus tertinggi di internet terjadi pada Desember 2017. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi saat itu Lalu lintas Pencarian web Gunung Kemukus meningkat secara signifikan.

Prof Ike kemudian mengetahui bahwa kata kunci yang paling populer masih menggunakan frase “Pesugihan”, seperti Pesugihan Gunung Kemukus, Pesugihan, kemudian dia hanya menyebut ritual Gunung Kemukus.

Dilihat dari data tersebut, netizen yang mengakses Sangiran di web sebagian besar berasal dari Sulawesi. Sedangkan pencarian Gunung Kemukus banyak dilakukan oleh orang-orang dari Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Papua.

Baca Juga: Kunjungan ke Gunung Kemukus Ramai di Kuartal Pertama Saja

Dia melihat ini sebagai potensi pasar. Sayangnya, potensi sejarah Pangeran Samudra bagi Nyi Ageng Serang belum berubah menjadi produk yang bisa dijual.

“Jangan biarkan orang di internet melihatnya wow, tetapi jika Anda datang, itu akan Menakjubkan [tidak sesuai ekspektasi]. Gunung Kemukus itu wisata religi atau wisata keluarga? Narasi baru bukan konsep wisata religi Menginginkan tetapi diubah dengan menyesuaikan target. Narasi ini penting dan jika bisa dikodifikasi tidak akan menjadi bumerang,” saran Prof Ike.

Ia menambahkan, untuk mendongkrak wisata religi, perlu meningkatkan nilai-nilai lokal atau nilai-nilai lokal Universal. Misalnya, Yogyakarta memiliki nilai Saya membawa Hayuning Bawana bersama saya dan Bali memiliki Tri Hita Karana.

Menurut Prof Ike, jika Pemkab Sragen ingin menjadikan Gunung Kemukus sebagai wisata keluarga, maka harus ada pembedaan dan demarkasi antara yang promen di promenade dan yang sakral di kompleks menuju makam Pangeran Samudra. Padahal, dengan menggabungkan dua konsep destinasi wisata, strategi pemasarannya agak sulit, tapi bisa dilakukan.

Baca Juga: BOB: Hasil Pencarian Google di Gunung Kemukus Masih Bau Negatif

Rebranding bukan sekedar logo

Dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa dia berubah merek atau mengganti nama Sebuah atraksi wisata bukan hanya sekedar membuat logo dan slogan. Tapi harus ada pengunjung, produk, jasa, seni dan budaya, pemandangan alam, dll. Jika produknya jelek dan aksesnya buruk, itu tidak akan berhasil tidak peduli seberapa bagus promosinya.

Logo sederhana tetapi produk bagus dengan strategi pemasaran yang hebat merek Produk bisa menjadi luar biasa.

mengganti nama itu mengacu pada kualitas layanan kepada orang-orang [pengunjung]. Apa yang Anda rasakan tergantung pada apa yang Anda pikirkan, jadi itu semua ada di kepala Anda,” jelasnya.

Citra destinasi wisata menjadi daya tarik bagi investor. Terkait Gunung Kemukus, lanjut Prof Ike, mengganti nama Dicoba sejak 2019, namun rupanya citra negatif yang berkembang muncul sejak 1934.

Baca Juga: Dicari, Formula Rebranding Gunung Kemukus Sragen

“Mengubah citra negatif membutuhkan usaha dan akselerasi. REA ini diadakan dalam rangka percepatan ini,” jelasnya.

dia mengaku mengganti nama melawan Gunung Kemukus lebih sulit daripada mengganti nama Objek wisata yang tidak dikenal menjadi terkenal.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen, Darmawan mengatakan, wisata religi yang berkaitan dengan religi biasanya memiliki basis pengunjung massal. Seperti makam Sunan Kudus yang memiliki tujuan yang jelas bagi pengunjung.

Sementara itu, Gunung Kemukus sulit dikenali di segmen pasarnya, menurut Darmawan. Hal ini dikarenakan karakter Pangeran Samudro bukanlah ulama besar seperti Sunan Kudus, juga ada cerita bohong tentang perselingkuhannya.

“Dalam rangka memperingati agama dan keluarga, perhiasan tentang Pangeran Samudro bisa dibuat di promenade untuk melestarikan akar sejarahnya,” katanya.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button