Suara serak Kampung Braga di balik glamornya Kota Bandung - WisataHits
Jawa Barat

Suara serak Kampung Braga di balik glamornya Kota Bandung

bandung

Jalan Braga merupakan salah satu ikon di kota Bandung. Kurang lengkap rasanya jika ke Bandung tanpa mengunjungi Braga. Braga selalu ramai setiap akhir pekan.

Hiruk pikuk Braga tentunya berdampak pada sosiologis permukiman di sekitarnya. Di belakang bangunan tua yang indah yang telah diubah menjadi restoran tempat Anda bisa minum kopi, mengobrol, dan berfoto selfie, ada sebuah desa yang penduduknya berjuang untuk bertahan hidup di kota.

Kampung Braga RW 08 Kampung Braga Kecamatan Sumur Bandung merupakan bagian dari wajah permukiman yang terpaksa disulap menjadi kampung wisata kreatif. Sebuah program pemerintah yang mendorong warga desa untuk terlibat dalam menarik wisatawan.

Desa Wisata Braga terletak di sebelah Jalan Braga. Akses jalan tersebut dapat dimasuki melalui Teras Braga. Teras kuliner yang dikelola pengurus RW 08 Braga.

Pengunjung desa akan disambut lorong gelap menuju Kampung Braga. Lorong menampilkan deretan lukisan yang menjual barang-barang milik salah satu warga. Setelah melintasi aula, pengunjung akan disambut dengan mural warna-warni. Lukisan dinding yang warnanya sudah pudar. Bisa dibilang sudah tidak cantik lagi karena banyak bagian cat yang mengelupas.

Mural mendominasi sepanjang jalan di Kampung Braga RW 08. Setelah melintasi mural yang memudar, ada sebuah pertigaan. Di titik ini, pengunjung desa bisa melihat sejumlah tanaman di sepanjang jalan. Benar-benar keren. Selain itu, larangan parkir dikeluarkan di sekitar pabrik.

Desa wisata kreatif BragaDesa Wisata Kreatif Braga Foto: Sudirman Wamad/detikJabar

Setelah melewati jalanan yang dipenuhi deretan pot tanaman, pengunjung juga melihat sisi lain dari Kampung Braga. Ada tanah terbengkalai yang tidak ditanami. Ada juga mural di situs ini. Bahkan, ada sebuah bangunan yang terlihat seperti panggung.

Pengunjung bisa menikmati sisi lain kemegahan Jalan Braga dengan berkeliling Kampung Braga RW 08.

Ruang kerja bersama juga ditawarkan di Kampung Braga. Tapi tunggu dulu detikJabar Kunjungan ditutup.

Darmawan, salah satu pengurus ekonomi dan pembangunan RW 08 Kampung Braga mengatakan, sejak era Wali Kota Bandung Dada Rosada, Kampung Braga sebenarnya sudah disebut sebagai kampung kreatif oleh pemerintah. Kemudian berkembang dan diberi nama lagi Kampung Wisata Kreatif. Namun, konsep kampung wisata kreatif tampaknya tidak mengubah kehidupan warga Kampung Braga secara drastis.

Darmawan mengatakan, ada sekitar 328 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Kampung Braga. Mayoritas warga Kampung Braga berprofesi sebagai wiraswasta, pedagang dan lain-lain. Ia tak memungkiri warga kesulitan tinggal di tengah kota. Pasalnya, desa wisata kreatif yang ditawarkan terasa membosankan bagi warganya.

“Desa wisata tidak bisa mendukung itu. Seharusnya ada lebih banyak uang. Karena warga kami adalah pedagang .berbicara detikJabar, Minggu (18/12/2022).

Tidak ada kontinuitas

Kang Apuy tak memungkiri wajah desa wisata Braga sudah memudar, terbukti dengan mural-mural yang tak lagi indah. Co-working yang tidak dapat digunakan secara optimal dan permasalahan lainnya. Ia menilai, harus ada kerja sama yang nyata antara warga Kampung Braga dengan Pemkot Bandung.

“Ya, tidak ada kegiatan lain dalam kerja sama,” kata Kang Apuy.

Lebih dari itu, Kang Apuy berharap agar pemerintah tidak hanya berupaya untuk dapat merealisasikan programnya. Ia mendorong pemerintah aktif memberikan pembinaan kepada warga Kampung Braga, baik dari segi permodalan maupun lainnya.

“Disbudpar harus terus memberikan dukungan dan pendampingan. Buktikan bahwa kita harus menjadi apa yang kita inginkan. Kami disuruh berkreasi, tapi tidak ada apa-apa,” kata Kang Apuy.

Ia juga mengatakan manajemen mengadakan kelas menjahit untuk ibu-ibu Braga. Program bantuan Pemerintah Kota Bandung ini hanya akan berjalan selama dua bulan. Pengelola mendapat subsidi mesin jahit dari pemerintah.

“Kami membayar para pelatih, dan saat itu antusiasme masyarakat sangat besar. Namun, pelatihan terhenti karena kami kehabisan anggaran. Ada pelatihan seni, pengajian, budaya dan lainnya. Tapi semua itu terhenti karena tidak ada dukungan dana Harus ada pendidikan dan bantuan, kata Kang Apuy.

“Sekarang kita bergerak sendiri, apa yang bisa kita lakukan, ya lakukan. Tapi menurut saya, Kampung Braga justru berkembang, ada perubahan, hanya nol persen ya,” tambah Kang Apung.

Hal senada disampaikan Tata, warga Kampung Braga dan salah satu penggagas ArtBraga, sebuah kegiatan seni di Jalan Braga. Tata mengatakan, Kampung Braga belum mengalami kemajuan berarti setelah dipatenkan sebagai desa wisata. Dikatakannya, masyarakat belum mendapat pembinaan secara terus menerus.

“Namun ternyata tidak ada learning curve bagi masyarakat. Misalnya, program bagaimana mengedukasi masyarakat tentang apa yang akan dilakukan desa wisata ini ke depannya. Ternyata masyarakat belum siap. Pemerintah belum mengangkatnya “belum,” kata Tata.

Desa wisata kreatif BragaDesa Wisata Kreatif Braga Foto: Sudirman Wamad/detikJabar

Tata pun mengatakan ArtBraga salah satunya menghadirkan karya anak dan ibu-ibu warga Braga. ArtBraga merupakan upaya untuk merespon kondisi sosial, otokritik dan kritik terhadap pemerintah terkait penyelenggaraan Kampung Braga.

“Dengan ArtBraga kami telah menjawab tantangan ini. Sebagai desa wisata, Braga menyelenggarakan acara sendiri-sendiri,” ujarnya.

ArtBraga sendiri berlangsung Desember ini. ArtBraga menampilkan pameran, foto bersama di sepanjang Jalan Braga dan lainnya.

(selatan/enak)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button