Solo terus menyamar sebagai kota wisata - WisataHits
Yogyakarta

Solo terus menyamar sebagai kota wisata

Solo terus menyamar sebagai kota wisata

JAKARTA – Kota Solo terus berupaya untuk semakin memperkuat identitasnya sebagai destinasi wisata. Meski dijuluki Kota Budaya, tak lantas membuat Solo terlena.

Untuk Solo Raya sendiri, kota Solo terus menjadi pusat, mulai dari pusat budaya dan hiburan hingga kehidupan komersial. Namun, hal ini tidak lantas membuat Solo berpuas diri.

Solo Raya merupakan kawasan bekas Kediaman Surakarta yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali.

Dalam beberapa tahun terakhir, revitalisasi sektor pariwisata terus berlanjut. Seakan tak mau kalah dengan daerah tetangga yang sudah lebih dulu berkembang sebagai kota wisata, yakni Yogyakarta.

Ada sejumlah program prioritas yang menyasar infrastruktur. Diedit dan direalisasikan satu demi satu. Proyek infrastruktur itu bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke Solo.

Lokananta
Jika ditarik garis lurus dari Jalan Ahmad Yani terdapat studio rekaman pertama di Indonesia bernama Lokananta. Lokasi ini dijadikan sebagai pusat kesenian tradisional hingga modern. Saat ini, Lokananta masih dalam tahap revitalisasi dan diperkirakan selesai dalam beberapa bulan ke depan.

Revitalisasi Lokananta dilakukan langsung oleh Kementerian BUMN bekerja sama dengan Danareksa Group – Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Situs Lokananta dekat dengan Stadion Manahan dan Taman Balekambang.

Taman Balekambang
Hampir sama dengan Lokananta, Taman Balekambang digunakan untuk pentas seni sekaligus taman kota dengan konsep alam terbuka.

Revitalisasi dilakukan Kementerian PUPR. PUPR ingin mengembalikan Taman Balekambang ke fungsi aslinya sebagai Bonrojo alias Kebun Raja.

Masjid Agung Sheikh Zayed
Ada juga Masjid Sheikh Zayed, hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) kepada Presiden Jokowi.

Meski diresmikan, masjid megah ini belum dibuka untuk umum karena masih dalam proses penyelesaian. Tapi itu tidak menghentikan orang datang untuk mengambil gambar, meskipun hanya dari luar.

Safari tunggal
Beralih ke Solo timur, ada Solo Safari yang dibuka untuk umum saat ini. Sebelumnya, objek wisata sekaligus tempat perlindungan satwa ini bernama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau ada juga yang menyebutnya Kebun Binatang Solo.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memutuskan untuk bermitra dengan Taman Safari Indonesia dan menjadikan kebun binatang ini lebih modern dan bersahabat.

Bahkan, penempatan satwa tidak lagi menggunakan konsep kandang besi, melainkan terbagi menjadi pulau-pulau kecil untuk memanfaatkan danau yang ada di area solo safari. Beberapa hewan juga ditempatkan di kandang yang luas dengan pagar kayu agar pengunjung dapat melihat koleksi hewan di Solo Safari dengan lebih leluasa.

museum sains
Menjadikan objek wisata tidak hanya sekedar destinasi hiburan, namun bagaimana tempat wisata juga bisa menjadi sarana edukasi. Hal inilah yang melatarbelakangi pembangunan museum sains yang baru saja dimulai pembangunannya.

Untuk proyek ini, Pemkot Solo menggandeng pendiri Tahir Foundation, Dato Sri Tahir. Untuk proyek ini, pemilik Mayapada Group siap mengucurkan dana hingga Rp 600 miliar.

Museum Kebudayaan, Sains, dan Teknologi Bengawan Solo terletak di kompleks universitas yang juga mencakup kampus Institut Seni Surakarta (ISI) Surakarta dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Selain itu, museum ini juga terletak di dekat Technopark yang merupakan pusat bisnis dan pendidikan.

Kedepannya inventarisasi museum ini akan dikerjasamakan dengan perguruan tinggi di Solo. Museum yang salah satunya akan berisi taman botanica-solarium dengan koleksi tumbuhan dari berbagai negara ini akan dibangun di atas lahan seluas 60.000 meter persegi.

Tonggak wisata rekreasi
Selama ini Kota Solo lebih banyak melayani kunjungan tamu untuk kegiatan Pertemuan, insentif, kongres dan pameran (MICE) atau perjalanan bisnis, bukan tidak mungkin kota Solo akan menjadi tujuan wisata di masa mendatang Waktu luang atau perjalanan rekreasi.

Ketua Indonesia Kongres dan asosiasi konferensi (INCCA) Solo, Daryono mengatakan karakteristik kotanya Waktu luang adalah saat akhir pekan yang dikunjungi oleh banyak orang. Berbeda dengan kota MICE yang lebih ramai di hari kerja.

Dengan dibukanya destinasi-destinasi wisata baru tahun ini, harapan akan semakin memberikan dorongan wisata Solo yang santai. Sebagai pelaku ekonomi pariwisata, pihaknya mengapresiasi destinasi daerah yang ingin meningkatkan waktu kunjungan wisatawan dari 1,3-1,5 malam menjadi 2-3 malam. Gol ini merupakan angka yang fantastis.

“Kami mengapresiasi gol tersebut durasi tinggal (long stay) sampai 2,7 malam, tapi bicara fakta, itu benar di Solo Rata-rata Jam 13.50 pasti makan waktu,” kata Daryono.

Keinginan Solo untuk menawarkan pariwisata bersandingan dengan Yogyakarta tidak bisa diremehkan. Anggaran yang dikeluarkan untuk mempercantik Solo cukup besar. Harapannya agar pengunjung terus datang ke kota Solo.

Langkah pemerintah tersebut harus didukung oleh pelaku ekonomi dan masyarakat setempat. Pelayanan prima dari perusahaan jasa mulai dari keramahan transportasi hingga keramahan warga juga menjadi kunci sukses tidaknya pemerintah dalam menarik lebih banyak wisatawan ke kota Solo.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button