Seorang Sleman, Mendes PDTT, khawatir banyaknya desa wisata akan merusak alam - WisataHits
Jawa Barat

Seorang Sleman, Mendes PDTT, khawatir banyaknya desa wisata akan merusak alam

Pintu Masuk Desa Wisata Jelok, Desa Beji, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul – (SuaraJogja.id/Julianto Kontributor)

β€œJadi mari kita lestarikan alam yang indah ini dulu. Kami melestarikan alam agar sumbernya tetap ada.”

SuaraJogja.id – Banyak desa wisata bermunculan dengan gaya do-it-yourself, bahkan hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat telah mendirikan desa wisata dengan harapan dapat menarik wisatawan untuk meningkatkan perekonomian.

Karena itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar mengaku prihatin dengan fenomena ini. Ia justru khawatir banyaknya desa wisata yang kini dibangun warga justru merusak alam.

β€œSebenarnya tidak semuanya seperti itu, tapi ada kekhawatiran akan rusaknya alam,” ujarnya, Sabtu (10/1022), malam di Destinasi Wisata Lahar Bantal, Desa Kalitirto Kapanewon Berbah Sleman.

Gus Halim ingin warga desa mengubah pola pikir mereka. Bukan sekedar membangun desa wisata tanpa memikirkan keberlanjutan. Namun harus ada perubahan pola pembangunan desa wisata.

Baca juga: Untuk Pembukaan Kompas Fair 2022, Gus Halim Promosikan Desa Wisata

Ketika desa ingin membangun desa wisata, ia berpesan agar tidak membangun desa wisata. Jika Anda ingin memulai desa liburan, Anda seharusnya ingin melestarikan alam.

β€œKarena kami khawatir itu tidak akan berkelanjutan. Jadi kita akan melestarikan alam yang indah ini terlebih dahulu. Alam akan kita lestarikan agar sumbernya tetap mengalir,” ujarnya.

Jika alam tertata dengan baik dan indah, orang akan tertarik untuk datang. Baru setelah itu desa bisa membicarakan desa wisata. Menurutnya, dengan konsep pelestarian alam seperti itu, desa wisata akan sangat awet dan lestari.

Politisi PKB itu kemudian mencontohkan kisah sukses masyarakat Jawa Barat yang mampir untuk mengubah pantai yang semula hanya tempat pembuangan sampah, menjadi objek wisata yang sangat diminati.

β€œAda pantai di Jawa Barat yang awalnya menjadi tempat pembuangan sampah dengan banyak sampah berserakan,” katanya.

Baca juga: Dukung kebangkitan pariwisata, temukan paket liburan desa wisata yang seru dan menarik di pameran ini!

Kemudian, tanpa niat membangun desa wisata, warga saat itu hanya ingin bersih-bersih, sehingga pantai menjadi sangat bersih. Karena bersih dan pantainya bagus banget, lalu mereka dapat tenda kecil, ternyata banyak yang datang.

Sejak turis sudah datang, kawasan itu kemudian disulap menjadi desa wisata. Desa wisata itu harus dekat dengan alam dan berorientasi pada pelestarian alam.

β€œKarena kalau alamnya bagus, orang-orang akan datang. Dan orang-orang yang datang dibimbing sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan pendapatan. Itu filosofi sekarang yang perlu dibangun oleh semua orang,” katanya.

Gus Halim tidak memungkiri bahwa desa wisata menjadi salah satu ikon percepatan perekonomian nasional di tingkat desa. Harapannya, semakin banyak uang yang beredar di desa berarti ekonomi desa cepat pulih.

Karena itu, dia meminta agar dana desa dikelola di desa. Di Swakelola misalnya, potensi desa harus dimaksimalkan, tenaga kerja harus bersumber dari desa setempat dan bukan bersumber dari pihak ketiga.

β€œDan untuk tujuan apa, agar uang dari kas desa beredar di desa, agar bermanfaat bagi seluruh warga desa, tidak hanya segelintir orang,” ujarnya.

Sabtu malam Abdul Halim Iskandar hadir di Sleman untuk meresmikan Badan Usaha Bersama Desa (BUMKALMA) Yogyakarta pada Sabtu malam (9/10/2022) di objek wisata Lava Pillow, Kalurahan Tegaltirto Kapanewon Berbah Sleman.

Gus Halim mengatakan BUMKALMA merupakan transformasi dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM Mandiri. Dimana seluruh aset dan SDM ditransformasikan menjadi BUMKALMA. Dan DIY merupakan provinsi yang paling rajin mendorong transformasi UPK PNPM Mandiri menjadi BUMKALMA.

β€œDan dari 54, 53 telah menyelesaikan proses. Itu yang harus kita apresiasi,” katanya, Sabtu malam.

Kontributor: Julianto

Source: jogja.suara.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button