Reak Art di Bandung Timur - WisataHits
Jawa Barat

Reak Art di Bandung Timur

Tahukah Anda bahwa kawasan Bandung Timur memiliki banyak keanekaragaman budaya Sunda yang terjaga dengan baik? Daerah yang dimaksud adalah Ujungberung dan sekitarnya, Cibiru, Cinunuk dan Cileunyi. Di semua daerah tersebut kesenian tradisional reak tetap dipertahankan, sehingga pertunjukan seni ini tetap berlangsung. Berikut ini adalah fakta-fakta tentang kesenian Reak di Bandung Timur tepatnya di Cinunuk Kabupaten Bandung.

Foto: Edi Warsidi
Remaja adalah penerus perkembangan kesenian Reak di Cinunuk, Bandung Timur.

Reak Art dimainkan oleh para remaja. Perpaduan gerak seni reak merupakan gabungan dari seni reog, angklung, gendang pencak, tari dan topeng. Kesenian ini biasanya selalu dimainkan oleh orang tua atau orang dewasa.

Dalam seni Reak, keramaian atau perayaan bertujuan untuk mengundang penonton terutama anak-anak. Oleh karena itu, perpaduan cabang-cabang kesenian tradisional mempengaruhi kemeriahan pertunjukan seni Reak.

Kesenian reak yang berkembang di sekitar Bandung Timur diyakini telah ada sejak tahun 1940-an sebagai generasi pertama, kemudian dilanjutkan oleh generasi kedua pada tahun 1974, dan berlanjut hingga saat ini oleh generasi tahun 1990-an.

Sebenarnya kesenian Reak ini bukanlah kesenian khas Bandung Timur, melainkan kesenian tradisional yang berkembang di Rancakalong Kabupaten Sumedang. Kesenian reak telah sampai ke Bandung timur, khususnya di Cileunyi, Cinunuk, Cibiru dan Ujungberung, dipopulerkan oleh para pedagang Rancakalong sekitar tahun 1958. Sehingga sampai saat ini para tokoh atau seniman seni Reak tersebut merupakan keturunan dari masyarakat Rancakalong yang telah menetap atau menetap di Cileunyi, Cibiru, dan Ujungberung.

Lebih jauh lagi, seni Reak ada sekitar abad ke-12. Hal ini tidak terlepas dari putra Prabu Siliwangi yaitu Prabu Kiansantang. Ia ingin menyebarkan Islam di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat.

Foto: Edi Warsidi
Maskot dalam kesenian Reak adalah Barong kepala singa.

Dalam Islam, sunat anak laki-laki adalah wajib. Namun, saat melakukan khitan, pengantin yang disunat seringkali takut disunat. Untuk mengelabuinya, nenek moyang Rancakalong punya ide cemerlang agar semua anak berani disunat agar tercipta seni reak. Bentuk kesenian Reak biasanya berupa maskot berupa singa barong yang dicat dengan cat merah kemudian ditutup dengan kain goni bekas pada bagian penutupnya.

Kesenian tradisional reak yang masih eksis hingga saat ini, meskipun telah mengalami pergeseran dari ritual menjadi hiburan. Dalam pementasan Reak, anggota kelompok Kesenian Reak masih melakukan ritual khusus sebagai simbol masyarakat purba yang menganut kepercayaan leluhur, seperti pembacaan mantra khusus dan berbagai jenis sesaji sebelum Reak dimainkan.

Penyebutan Reak berasal dari kata Reang. Itu berarti ramai penonton dan prosesi. Secara bahasa, arak-arakan berarti seni mengiringi atau bersorak (eak-eakan). Jika Anda pernah melihat pertunjukan Rak, bagian mana yang paling menghibur Anda?

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button