PLTS selesaikan masalah irigasi sawah di Kaliurip - WisataHits
Jawa Tengah

PLTS selesaikan masalah irigasi sawah di Kaliurip

REPUBLIK.CO.ID,Oleh: Bowo Pribadi? Wartawan Republik

Musim kemarau kini tak lagi menjadi kendala bagi para petani di tepi Sungai Tajum, Dusun Kalisasak, Desa Kaliurip, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah untuk melanjutkan budidaya padi.

Saat musim tanam dimulai, mereka bisa bercocok tanam lebih leluasa karena air bisa terus mengairi sawah para petani. Ini berkat dukungan dua pompa air bertenaga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Prayitno, Kepala Dusun Kalisasak (Kadus), mengatakan dusun ini memang cukup unik. Meski wilayah dusun ini “dibelah” oleh Sungai Tayum – yang alirannya terjaga – air selalu menjadi masalah bagi para petani, terutama saat musim kemarau.

Karena secara topografis, areal pertanian di desa ini lebih tinggi dari permukaan Sungai Tayum. Selama musim hujan, air untuk lahan pertanian berlimpah dan petani tidak kekurangan.

“Tapi di awal musim kemarau harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan air lahan pertanian,” ujarnya saat menerima kunjungan Tim Eksplorasi Energi Jawa Tengah 2022 ke Dusun Kalisasak belum lama ini.

Untuk bisa mengairi sawah di musim kemarau, para petani – dulu – harus menimba air dari Sungai Tayum dengan pompa solar untuk memenuhi kebutuhan air di sawah mereka.

Hal ini juga meningkatkan biaya operasional yang harus ditanggung petani. Toh, untuk sawah seluas 700 meter persegi saja, sehari bisa sampai Rp 100.000 untuk membeli bahan bakar pompa.

“Bahkan BBM Rp 100.000 saja umumnya hanya cukup untuk mengairi 700 meter persegi sawah selama empat jam,” jelasnya.

Kepala Desa Kaliurip, Kitam Sumardi, sependapat. Pada musim tanam pertama, petani di Dusun Kalisask tidak mempersoalkan kebutuhan air untuk mengairi lahan pertaniannya.

Namun, pada awal musim tanam kedua – apalagi musim tanam ketiga – air biasanya menjadi sulit dan petani harus memompa dari Sungai Tayum. “Sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun,” jelasnya.

Untuk memangkas biaya, kata Sumardi, petani sempat memasang kincir air untuk “menarik” air dari Sungai Tayum ke sawah warga.

Namun, kincir air tersebut beberapa kali mengalami kerusakan karena tersapu arus air saat Sungai Tayum berarus kencang. “Untuk menjaga agar pompa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan air pertanian,” ujarnya.

PLTS

Solusi kebutuhan air warga Dusun Kalisasak juga didapat. Pemerintah Desa Kaliurip (Pemdes) mendapat dukungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas yang didanai dari APBD 2018.

Menurut Sumardi, dukungan tersebut diwujudkan melalui pemasangan 144 modul surya (solar panel) dengan output masing-masing 310 watt peak (Wp) di kawasan dusun tersebut. Total kapasitas terpasang listrik yang dihasilkan mencapai 44,6 kilowatt peak (kWp).

Pemerintah Desa Kaliurip juga telah mengalokasikan hampir Rp 60 juta untuk membangun rumah pompa dan menyelesaikan pemasangan pipa untuk mengalirkan air dari Sungai Tayum ke sistem irigasi.

Saat ini, listrik yang dihasilkan PLTS digunakan untuk memompa air dari Sungai Tayum ke lahan pertanian milik warga. Dua pompa air dipasang dan masing-masing memiliki output 5 kWp.

Sedangkan total areal pertanian yang dikuras pompa ini mencapai 20 hektare dan dimiliki oleh tiga kelompok tani. Bahkan pompa tersebut mampu mengairi sawah setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 16.30 WIB.

“Artinya kebutuhan air untuk irigasi pertanian di pabrik kami – untuk saat ini – relatif cukup, bahkan di musim kemarau. Karena sudah ada PLTS yang menggerakkan pompa untuk mengambil air dari Sungai Tayum,” jelasnya.

Prayitno menambahkan setiap pemilik lahan-petani (penerima manfaat) hanya akan dikenakan biaya 10 kilogram gabah per 700 meter persegi lahan pada saat panen untuk mengimbangi penggunaan PLTS ini.

“Dengan asumsi harga gabah Rp 4.000 per kilogram, maka setiap petani penerima manfaat yang memiliki lahan 700 meter persegi hanya dikenakan biaya Rp 40.000 per panen,” jelasnya.

pengoptimalan

Kepala Biro Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko dalam kesempatan ini mengumumkan kapasitas terpasang PLTS Kaliurip yang belum terpakai masih cukup besar.

Karena untuk menggerakkan dua pompa air hanya membutuhkan sekitar 10 kWp, sedangkan pembangkit listrik dari PLTS ini mencapai 44,6 kWp atau masih ada 34,6 kWp yang masih bisa dioptimalkan.

Untuk itu, dia menyarankan agar PLTS ini kembali dioptimalkan, misalnya dengan menambah pompa dan membangun waduk di titik yang lebih tinggi.

Jadi jika saat ini 20 hektar sawah sudah bisa diairi, dengan strategi penambahan pompa dan waduk, bukan tidak mungkin bisa melipatgandakan luas pertanian beririgasi.

“Sehingga jumlah masyarakat yang terberkati penggunaan sumber energi baru terbarukan (EBT) melalui PLTS di Desa Kaliurip juga akan bertambah,” ujarnya.

Sujarwanto juga mengapresiasi pemerintah desa Kaliurip atas rencana pemanfaatan PLTS ini untuk mendorong perluasan cakupan Pamsimas dan menjadikan desa Kaliurip sebagai desa wisata edukasi berbasis EBT.

“Jadi tidak hanya petani masyarakat di luar petani yang bisa menikmati manfaat PLTS ini untuk mendorong peningkatan ekonomi desa,” ujarnya.

Secara terpisah, Marlistya Citraningrum, Program Manager for Sustainable Access to Energy di Institute for Essential Service Reform (IESR), mengungkapkan energi surya memang dapat dimanfaatkan untuk mendorong sektor produktif bagi masyarakat di pedesaan.

Menurutnya, penggelaran PLTS di Dea Kaliurip dapat menunjukkan bagaimana masyarakat bekerja sama dan bekerjasama dengan pemerintah serta mampu mendukung program transisi energi.

“Semoga cerita bagus ini bisa menginspirasi dan akhirnya bisa ditiru oleh masyarakat di pelosok tanah air lainnya,” ujarnya.

Source: republika.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button