PHK tertinggi dalam 2 tahun • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

PHK tertinggi dalam 2 tahun • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Kabupaten Sleman lebih tinggi dibandingkan dua tahun lalu. terutama di masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sleman, jumlah per 23 November tahun itu tercatat sebanyak 390 orang. Tahun 2021 akan mencapai 389 orang dan 217 orang.

Kepala Disnaker Sleman Sutiasih mengatakan, angka tersebut berasal dari pengaduan para pekerja yang melapor ke Disnaker dan berdasarkan data perusahaan. Namun, terkait tanggal pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa pandemi Covid-19, banyak pekerja yang belum melapor saat gelombang PHK.

Hal ini akan dipengaruhi oleh perkembangan Covid-19 2020-2021. Banyak orang yang menerapkan social distancing. “Meski layanan pengaduan online sudah dibuka, tapi belum banyak yang melaporkan,” kata Sutiasih kemarin (23/11).

Alhasil, situasi Covid-19 semakin memuncak, kali ini keluhannya kembali meningkat. Namun, Sutiasih tidak menduga penyerapan tenaga kerja mulai meningkat. “Penempatan meningkat, bisa jadi penempatan meningkat jika PHK meningkat,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIJ Aria Nugrahadi mengatakan, gelombang PHK di DIJ tidak sebesar di Provinsi Jawa Barat. Meskipun demikian, Anda harus berhati-hati. Mengingat kondisi ekonomi global yang tidak stabil.

Aria tidak mengungkapkan jumlah PHK tahun itu. Namun, tahun itu ia mendapat laporan pelepasan di PT APINDO. “Jumlahnya sudah mencapai hampir 300 orang sejak Januari 2022 hingga sekarang,” ujarnya.
Badan ini juga tidak memiliki data tentang dinamika pekerja. Apakah pekerja yang diberhentikan kembali ke perusahaan yang sama atau tidak. “Atau cari pekerjaan lain. Kami memantau kapan mereka diberhentikan oleh perusahaan,” kata Aria.

Tingkat pengangguran terbuka dari Survei Angkatan Kerja Nasional Kantor Pusat Statistik turun 0,5 persen sejak September 2022 dari 4,5 persen setahun sebelumnya pada periode yang sama. Tingkat pengangguran terbuka tahun ini adalah 4,0 persen.

Aria mengatakan, saat ini kembali ke kondisi sebelum pandemi berdasarkan tren jam kerja. Selama pandemi terjadi gelombang PHK yang sangat besar dan banyak orang bekerja di bidang pertanian, perdagangan, dan industri manufaktur kecil. Ini bergerak tahun ini. Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor jasa. Meliputi jasa akomodasi makanan dan minuman, jasa pariwisata, jasa pendidikan dan jasa konstruksi.

“Mudah-mudahan gelombang PHK tidak datang di DIJ. Tapi dua hal terpenting terkait upah. Yakni perlindungan dan kelangsungan usaha,” ujarnya.

Terlepas dari itu, Pemerintah Kota Yogyakarta (Pemkot) bersiap menghadapi resesi ekonomi pada 2023. Sektor pariwisata sebagai andalan mulai melakukan antisipasi. Kualitas tujuan wisata dan desa juga telah ditingkatkan.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Jogja Wahyu Hendratmoko membenarkan pihaknya bersiap menghadapi resesi ekonomi pada 2023. “Jadi kami tidak mematok target (kunjungan wisatawan, Red) tahun 2023,” ujarnya usai konferensi pers peluncuran kalender event pariwisata 2023 di Jogjakarta (Laksmita).

Wahyu mengatakan kemungkinan resesi ekonomi harus diperhatikan. Namun, efek negatif tidak diharapkan. Pasalnya, Dispar berharap kunjungan wisatawan ke Kota Gudeg tetap tinggi pada 2023. “Potensi resesi global akan meningkat menjadi resesi nasional. Semoga tidak terjadi. Sehingga kunjungan wisatawan ke kota Jogja tetap tinggi,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan, tingginya kunjungan wisatawan mendongkrak perekonomian masyarakat. Jadi lama tinggal turis berbanding lurus dengan leverage ekonomi. Semakin lama, semakin banyak uang yang dihabiskan turis. “Belanja untuk wisatawan akan meningkatkan perekonomian di kota Jogja. Kami harap begitu,” katanya.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi resesi ekonomi, dinas pariwisata berupaya meningkatkan kualitas destinasi dan desa wisata di Kota Jogja. Sehingga angka kunjungan wisatawan di kota pelajar tetap tinggi. “Termasuk (memperbaiki kualitas, Red) akomodasi dan restoran,” ujarnya.

Direktur Utama PT Waroeng Steak Indonesia Riyanto pun mengaku tengah bersiap menghadapi resesi ekonomi pada 2023. Ia mulai menyusun strategi agar perusahaannya tetap bertahan. “Kami akan berinovasi menu-menu yang terjangkau,” kata Rinto, sapaan akrabnya.

Rinto menjelaskan pengunjung tokonya rata-rata menghabiskan Rp 30.000 per orang per kunjungan. Jika terjadi resesi, Rinto menuntut inovasi menu dengan harga sekitar Rp20.000-25.000. “Kalau bisa, kami akan terus mencari solusi untuk bertahan dengan menyesuaikan situasi dan keadaan,” ujarnya. (mel/gemuk)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button