Peserta Muskerwil Jawa Timur NU berziarah ke makam Syekh Sulukhi - WisataHits
Jawa Timur

Peserta Muskerwil Jawa Timur NU berziarah ke makam Syekh Sulukhi

ngantuk, NU Online Jawa Timur
Pengurus Daerah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim akan menggelar lokakarya daerah di Muskerwil. Kegiatan tersebut akan berlangsung pada Sabtu hingga Minggu (24-25/12/2022) di Ponpes Raudlatut Tholibin Mojosari, Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret, Nganjuk.

Kegiatan yang akan menampilkan sejumlah pejabat dari jajaran PWNU dan pimpinan Nahdlatul Ulama (PCNU) Jatim ini dipastikan akan menarik minat banyak kalangan mendatang. Para simpatisan yang ternyata bukan perwakilan NU tentu saja hadir memeriahkan pertemuan tersebut. Yang diburu bukanlah kehadiran dalam pertemuan-pertemuan, melainkan kesempatan untuk bertemu dan bersalaman dengan para ulama dan ulama.

Jadi, selama berada di kota berjuluk “Kota Angin” ini peserta bisa menyempatkan diri untuk melakukan wisata religi dan melakukan Tawassul ulama zaman dulu. Dan salah satunya yang patut untuk dikunjungi adalah Makam Syekh Sulukhi yang terletak di kecamatan Wilangan.

Spanduk asli 1

Makam Syekh Sulukhi merupakan tempat wisata religi yang banyak dikunjungi peziarah. Jaraknya sekitar 16 kilometer sebelah barat Alun-alun Kota Nganjuk.

“Makam ramai dikunjungi peziarah, terutama setiap Kamis malam dan Jumat,” kata Ibu Damiran, istri penjaga makam, seperti diberitakan Koranmemo.com.

Menurut warga setempat, Syekh Sulukhi berasal dari kerajaan Demak yang diutus untuk menyebarkan agama Islam. Makam ini terletak di tepi sungai yang konon digunakan untuk menghanyutkan beras yang ditaruh di bambu menuju kerajaan Demak. Makam ini unik karena terletak di bawah akar pohon besar dan hanya ada satu makam tanpa makam lainnya. Berbeda dengan Waliyullah lainnya yang kebanyakan memiliki banyak makam di sampingnya, misalnya makam Wali Songo. Dari segi ukuran hampir sama dengan makam kebanyakan, hanya saja nisan tersebut dibungkus dengan kain kafan.

Buku-buku tahlil dan Al-Qur’an ditempatkan di area makam untuk kenyamanan jemaah. Ada juga fasilitas seperti toilet, mushola dan warung.

Spanduk asli 2

“Tidak ada kontribusi untuk mengunjungi makam, tapi kotak amal akan disediakan bagi para peziarah yang ingin menyumbang sedekah,” tambah Damiran.

Sosok dan kiprah Syekh Sulukhi

Dalam catatan portal nunganjuk.or.id, Syekh Sulukhi yang bernama asli Dewo Agung Pranoto Kusumo dan merupakan ulama pribumi yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Dikenal sebagai putra Prabu Brawijaya V, yaitu Dyah Ranawijaya (memerintah 1478-1527).

Syeikh Sulukhi dengan nama kecil Suryo Kusumo masih kerabat Raden Patah (Sultan Demak). Dewo Agung Pranoto Kusumo yang dikenal dengan nama Syeikh Sulukhi pernah menjabat sebagai Bupati Mbarat, kini bernama Kecamatan Purwodadi, sebuah kecamatan di Magetan, Jawa Timur.

Ketika pembangunan Masjid Raya Demak, tempat pertemuan para ulama menyebarkan Islam di Jawa, akan dimulai, Syekh Sulukhi mendapat tugas khusus. Bersama Temenggung Singo Lawean, Demang Sukaten, Abdul Sa’i, Yusak dan Jalal Abdulsari, ia harus mencari perbekalan (materi) untuk mendukung pembangunan Masjidil Haram sekaligus berdakwah.

Syekh Sulukhi menunaikan pengabdiannya dengan memberikan material untuk pembangunan masjid yang dibangun Kerajaan Demak dengan Lampah Suluk yang artinya menapaki jalan menuju Tuhan. Maka wajar jika para Penderek (pemuja/santri) sering memanggilnya Syekh Sulukhi.

Seperti disebutkan di atas, di sebelah sungai yang terletak tepat di sebelah barat makam Syekh Sulukhi ini digunakan sebagai sarana pengiriman perbekalan kepada raja Demak. Bekal yang dikirim untuk pembangunan Masjid Demak tidak terbatas jumlahnya, melainkan berlipat ganda. Dalam bahasa Jawa disebut “wilangan” (tidak ada batasan jumlah angka). Dan karena cerita inilah akhirnya kampung setempat disebut Wilangan, versi lain mengatakan ketika Syekh Sulukhi sedang mencari bambu di daerah ini, jumlahnya sangat banyak sehingga disebut juga wilangan.

Mendekati usia tua, Syekh Sulukhi membuat wasiat bahwa jika meninggal dunia akan dimakamkan di sebelah timur sungai. Namun, sebagian santri tidak dapat melaksanakan wasiatnya karena tinggal di sisi barat sungai.

Dan beberapa hari setelah pemakaman, kejadian aneh terjadi. Sungai yang sebelumnya mengalir ke timur makam akhirnya menyeberang ke barat. Maka, menurut wasiat yang diperintahkan, makam Syekh Sulukhi juga berada di sebelah timur sungai.

Makam Syeikh Sulukhi terletak di wilayah Desa Wilangan, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, dan bukan di wilayah Desa Caruban, Kabupaten Madiun. Karena sungai adalah perbatasan dari dua bagian kota.

Peserta Muskerwil PWNU Jatim, serta umat Islam lainnya, khususnya warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin), dapat berziarah ke makam tersebut. Cerpen ini bisa menambah rasa cinta dan kagum Almaghfurlah Syekh Sulukhi yang menyumbangkan jiwa, raga, waktu, tenaga dan semangatnya untuk penyebaran Islam.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button