Perubahan perilaku Komodo menjadi salah satu alasan pembatasan kunjungan - WisataHits
Yogyakarta

Perubahan perilaku Komodo menjadi salah satu alasan pembatasan kunjungan

TEMPO.CO, jakarta – Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) menjelaskan alasan mahalnya biaya masuk ke Pulau Komodo. Tiket masuk Taman Nasional Komodo untuk wisatawan akan dikenakan biaya Rp3,75 juta mulai 1 Agustus 2022.

“Kali ini bukan tiketnya, tapi konsep perlindungan komprehensif Taman Nasional Komodo,” kata Vinsensius Jemadu, Deputi Pengembangan dan Infrastruktur Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam konferensi pers mingguan, Senin. , 11 Juli 2022 kemarin.

Koordinator Program Penguatan Fungsi Taman Nasional Komodo Carolina Noge mengatakan, biaya tersebut sudah termasuk kompensasi untuk kegiatan konservasi dan masa berlaku tiket selama satu tahun. “Kami berikan angka 200.000 (pengunjung) dengan kompensasi Rp 3,75 juta per orang. Mengapa digunakan setiap tahun? Karena upaya konservasi kita juga akan dilakukan dalam setahun.”

Pembatasan pengunjung, juga diberlakukan dengan penetapan harga tiket masuk, diterapkan dalam rangka menjaga kelangsungan hidup komodo agar sesuai dengan habitat aslinya. Direktur Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Lukita Awang mengatakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo meningkat drastis menjadi 63.000 orang pada 2013, dibandingkan 2002 yang hanya 11.000 orang.

Peningkatan drastis jumlah wisatawan, kata Awang, menyebabkan perubahan perilaku komodo di sana. “Naga komodo menjadi kurang waspada, semakin dekat dengan orang-orang di tempat-tempat wisata,” katanya. Selain itu, Awang juga menyebutkan bahwa bobot komodo di Taman Nasional Komodo lebih berat dari yang seharusnya: “Rekor kami telah mencapai 100 kilogram, meskipun ia biasanya hanya memiliki berat 80 kilogram dalam berat alaminya.”

Dengan perubahan perilaku komodo, dan tolak ukur untuk meneliti jumlah wisatawan, Awang dan pemerintah provinsi setempat juga telah bekerja sama untuk mengembangkan pariwisata alternatif, berhenti memberi makan komodo, dan juga tujuan wisata baru untuk dikembangkan.

Ketua tim ahli kajian daya dukung berbasis jasa ekosistem, Irman Firmansyah, sependapat dengan pernyataan Awang tentang perubahan perilaku dan genetik komodo. Dia menambahkan: “Karena ini tentang bertahan hidup, kami ingin naga tetap hidup (hidup, tentu saja).

Irman mengatakan Pulau Padar dan Taman Nasional Komodo kecil, sehingga pembatasan wisata sangat penting.

Karena selain ingin menciptakan ekosistem komodo yang lestari, Irman sadar tidak mungkin memaksa banyak wisatawan sekaligus.

REINE JELITA | ALI HIDAYAT

BACA: Tiket Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta, Uangnya Akan Digunakan Untuk Itu

Ikuti berita terbaru Tempo di Google News, klik di sini

Source: bisnis.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button