Pernah Berkunjung ke Hutan Pinus Mangunan? Ini adalah angka di balik pembangunan
Purwo Harsono, penggagas kawasan wisata Hutan Pinus Mangunan © Haris Firdaus/Kompas.id
Liburan di Yogyakarta, khususnya di daerah Bantul, tidak lengkap rasanya tanpa mengunjungi destinasi populer hutan pinus Mangunan.
Di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, sekitar 5 tahun yang lalu tepatnya di tahun 2017 ini, bisa dikatakan popularitas hutan pinus Mangunan cukup terkenal. Nampaknya hampir semua orang yang berkunjung ke Yogyakarta menjadikan destinasi wisata alam yang satu ini wajib dikunjungi.
Namun siapa sangka sebelum kawasan di Mangunan sepopuler sekarang ini, hanya berupa tanah perbukitan tandus yang dikelola oleh pemerintah Yogyakarta. Setelah itu, hutan tersebut ditanami sejumlah pohon seperti pinus, akasia, mahoni dan lain-lain.
Upaya penghijauan tersebut memang berhasil, namun pada kenyataannya tidak berarti apa-apa bagi warga sekitar yang tinggal di kawasan tersebut. Dari sinilah cerita bermula, yaitu tentang seorang pionir bernama Purwo Harsono, penggagas destinasi wisata Mangunan, yang telah berhasil berkarya bagi warga sekitar, terutama dalam hal ekonomi.
Pesona Hutan Pinus Mangunan
Keberhasilan pengembangan wisata Hutan Pinus Mangunan
kutipan Jogja setiap hariDijelaskan, Purwo Harsono diminta mewakili masyarakat untuk mengajukan proposal pengembangan pariwisata saat Sultan HB X melakukan kunjungan kerja ke kawasan Mangunan pada tahun 2014.
Kemudian saran itu diterima dengan baik. Bersama beberapa warga sekitar, Purwo akhirnya berinisiatif untuk terlebih dahulu mendirikan koperasi agar pengelolaan kawasan wisata yang telah disetujui berjalan bekerjasama dengan pemerintah negara bagian DIY ke depannya.
Dengan nama Koperasi Noto Wono, Purwo kemudian menjadi ketua koperasi dan terus menggarap pembangunan daerah. Tidak hanya sebagai tempat wisata yang mengutamakan keuntungan, tetapi juga kelestarian lingkungan dan jaminan kebersihan yang tetap terjaga.
Berdasarkan kondisi yang penulis lihat secara langsung di kawasan tahun 2019, diakui kawasan Hutan Mangunan merupakan destinasi wisata yang terjaga dengan baik.
Dari segi pariwisata, semua fasilitas yang memudahkan pengunjung untuk mencapai puncak hutan di atas perbukitan sudah cukup memadai.
Sementara itu, dari segi perlindungan lingkungan, hampir tidak ada sampah wisata yang berserakan di tanah. Untuk ukuran destinasi wisata populer yang mengundang banyak pengunjung saat itu dan sangat viral di media sosial, bisa dibilang peringatan kebersihannya cukup ketat.
Bahkan jika dilihat-lihat, mudah sekali menemukan tempat sampah hampir setiap 100 meter, lengkap dengan peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya, yang bila diperiksa terlalu banyak.
Nikmati sejuknya hutan pinus Limpakuwus
Dampak ekonomi yang besar
Dari segi fungsi sosial dan ekonomi pemberdayaan masyarakat, prestasi yang sangat baik telah dicapai di bidang ini. Koperasi dan masyarakat Noto Wono yang dikelola Purwo mencatat rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut mencapai 2,5 juta orang per tahun pada 2017-2019.
Tak heran jika pendapatan desa yang dihasilkan dari potensi ini juga tidak sedikit. Menurut Purwo, pendapatan dari kegiatan pariwisata di Mangunan akan dibagi menjadi skema di mana 25 persen untuk pemerintah daerah DIY, 70 persen untuk pemberdayaan masyarakat dan 5 persen untuk koperasi Noto Wono.
Sedangkan nilai yang disetor ke pemda DIY mencapai nilai nominal riil Rp 2,4 miliar pada tahun 2019. Dan tentunya jumlah yang diberikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemberdayaan hampir tiga kali lipat dari jumlah tersebut.
Berkat kerja keras dan keberhasilannya menggerakkan warga sekitar, Purwo masuk dalam daftar 10 aktivis lingkungan tahun 2021 penerima Kalpataru Award kategori Pelopor Lingkungan.
Kajian yang meraih penghargaan Perintis Lingkungan ini diketahui mengutamakan aspek pembangunan hutan dari sisi ekonomi pemberdayaan masyarakat, penatagunaan hutan hingga fungsi sosial.
Purwo menerima penghargaan tersebut langsung dari Menteri KLHK dan mengaku awalnya enggan masuk sebagai salah satu nominator Kalpataru Prize.
“Awalnya saya tidak mau digugat karena konsekuensinya cukup berat,” kata Purwo mengutip ucapannya kompas
Meski demikian, Purwo menegaskan, ada penghargaan atau tidak, pihaknya akan terus berupaya agar seluruh kawasan hutan pinus Mangunan tetap lestari dan terus menyejahterakan warga sekitar melalui potensi wisatanya.
Hutan Pinus Mangunan yang Menakjubkan Situs “bodoh” di dunia
Source: www.goodnewsfromindonesia.id