Perburuan gigi hiu purba Prekursor museum megalodon pertama RI - WisataHits
Jawa Barat

Perburuan gigi hiu purba Prekursor museum megalodon pertama RI

sukabumi

Tahun 2020, warga Desa Cigintung, Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi dikejutkan dengan penemuan fosil gigi megalodon, atau hiu purba yang hidup jutaan tahun silam.

Awalnya dianggap unik, temuan itu diketahui penduduk setempat sebagai pemburu gelap. Saat itu, ada warga sekitar yang mengetahui bahwa benda keras tersebut adalah fosil dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tiba-tiba, penyelidikan besar-besaran dilakukan oleh warga.

Akibatnya, areal mulai dari persawahan hingga kebun menjadi sasaran galian. Saat itu banyak orang membuat akun Paypal virtual karena peminat fosil juga berasal dari luar negeri, dari Amerika, Brazil dan China. Nanang, Kepala Desa Gunungsungging, mengatakan harga tersebut tergantung pada ukuran fosil.

Bahkan menurut Nanang, saat itu ada yang menjual fosil tersebut dengan harga 150 juta rupee karena panjangnya mencapai 19 sentimeter.

“Banyak orang tiba-tiba menjadi kaya, dari membangun rumah hingga mendaftar haji,” kata Nanang saat didatangi detikJabar pada Rabu (13.1.2021).

“Dulu dipasarkan melalui perantara, dikirim dengan jasa kurir biasa, pembayaran dilakukan melalui Paypal. Sekarang hanya 3 orang yang punya Paypal di sini, pembeli dari beberapa negara, tetapi yang paling mahal dari Amerika, negara lain adalah Brasil dan China “, lanjutnya.

Eksplorasi gila-gilaan yang akan berlangsung hingga 2021 ini dianggap remeh oleh sebagian kalangan karena belum ada regulasinya. Namun, aktivitas itu kemudian perlahan mereda, seiring dengan datangnya sejumlah peneliti ditambah dengan perhatian pemerintah Kabupaten Sukabumi. Secara khusus, Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, mengunjungi tempat tersebut.

Saat itu, Marwan berharap warga berhenti berburu fosil gigi hiu atau megalodon. Menurutnya, fosil berusia jutaan tahun itu bisa tetap berada di tempatnya untuk penelitian lebih lanjut.

Gigi Hiu Purba Megalodon di Surade, Kabupaten SukabumiGigi Hiu Megalodon Purba di Surade, Kabupaten Sukabumi Foto: Istimewa

Marwan mengaku pernah mengunjungi Desa Cigintung, Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade dan melihat fosil bongkahan batu tersebut. “Rencananya, situs tersebut akan dijadikan cagar geologi untuk melestarikan cagar geologi tersebut,” kata Marwan, Rabu (13/1/2021) lalu.

Tak butuh waktu lama, aktivitas itu berhenti. Sejumlah peneliti telah memetakan situs tersebut dengan sungguh-sungguh. Sebuah museum secara bertahap dibangun, diprakarsai oleh penduduk setempat yang peduli dengan fosil prasejarah dan sejumlah peneliti, dan dengan dukungan dari Museum Geologi Bandung.

“Alhamdulillah, sekarang ada museum di tempat ini. Kalau bangunannya masih ada pemerintahan desa, bagian depan toko dan lainnya dari Museum Geologi Bandung. Turun dari Bandung, Peneliti Geologi Bandung Anda memiliki Pak Oman, Pak Andi dan Pak Johan bahkan Jurnal Geologi dan Sumber Daya Mineral, yang menyajikan kajian mendalam tentang kondisi masa lalu kawasan ini, termasuk keberadaan fosil megalodon,” kata Mansyur, pengelola Museum Megalodon. detikJabar, Selasa (16/8/2022).

Johan yang disebutkan Mansyur adalah Johan Budi Winarto yang diketahui merupakan pegawai Badan Geologi Bandung. Nama Johan ada di Jurnal Geologi dan Sumber Daya Mineral yang diberikan oleh Mansyur detikJabar.

Mansyur sendiri adalah penduduk asli yang tinggal di desa Gunungsungging. Berbeda dengan warga lokal lainnya yang “demam” saat berburu fosil megalodon, Mansyur lebih memilih untuk memperdalam pengetahuannya tentang fosil-fosil yang ditemukan di desanya. Berbekal hubungannya dengan sejumlah peneliti, ia kini tahu sedikit tentang asal usul fosil-fosil tersebut.

“Tempat kita tinggal adalah lautan purba puluhan juta tahun yang lalu atau di Miosen, ketika es kutub mencair di sana, hewan purba ini bermigrasi ke daerah ini untuk mencari suhu hangat. Namun diperkirakan akan terjadi erupsi bersamaan dengan adanya gunung api purba di wilayah Simpenan (Kecamatan), sehingga lahar yang meletus tersebut menjebak hewan purba dan akhirnya mati, meninggalkan gigi yang membatu,” kata Mansyur, pengetahuan yang kemudian memberinya tugas untuk membuka museum. untuk mengarahkan.

Mansyur pandai menyebut beberapa istilah dalam geologi, namun ia mencoba menyederhanakan istilah-istilah tersebut agar mudah dipahami. Ia pun mempraktekkan hal ini kepada para pengunjung, termasuk para wisatawan yang mampir ke Museum Megalodon pertama di Indonesia.

Mansyur mengatakan, mulai dari eksplorasi fosil hingga pendirian museum, perhatian juga diberikan kepada Profesor Mega Fatimah Rosana, guru besar geologi eksplorasi di Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Profesor Mega juga merupakan salah satu tokoh kunci yang mengkaji kawasan Ciletuh hingga ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari jaringan Global Geoparks sedunia.

“Dia telah mengunjungi situs kami beberapa kali karena tempat ini secara resmi merupakan bagian dari kawasan Geoheritage di dalam Geopark Palabuhanratu Ciletuh. Juga saat validasi kemarin, UNESCO mengunjungi situs ini beberapa waktu lalu dan terkesan dengan fosil-fosil yang tersusun di museum ini. ‘ jelasnya. .

Gigi Hiu Purba Megalodon di Surade, Kabupaten SukabumiGigi hiu megalodon purba di Surade, Kabupaten Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Kini, seiring dengan perhatian berbagai pihak, aktivitas berburu pun dihentikan. Warga mulai menikmati keberadaan museum yang kini menjadi salah satu penunjang infrastruktur kawasan. Jalanan kini sudah beraspal mulus, berbagai tempat wisata kreatif berangsur-angsur berkembang.

“Sekarang keberadaan museum membuat masyarakat bangga, mereka mulai menyadari bahwa desa bisa maju dengan warisan masa lalu yang bisa diwariskan nantinya. Anda tidak lagi tergiur dengan uang hasil penjualan fosil. Jalan di pangkuan sudah di aspal, katanya.

(ya/ya)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button