Peran media sangat terlihat | Radar Malang Online - WisataHits
Jawa Timur

Peran media sangat terlihat | Radar Malang Online

Mahsun, Kepala Desa Wisata Tamansari, Kabupaten Malang, juga menjadi pembicara dalam forum media di aula Hotel Ketapang Indah. Ia sukses mengantarkan Tamansari meraih juara 1 Indonesia Tourism Village Award (ADWI) 2021. Ia mengaku sangat merasakan peran media dalam memperkenalkan Tamansari ke publik internasional. “Desa Wisata Tamansari baru muncul tahun 2015. Masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Desa Wisata Pujon Kidul di Malang atau lainnya,” ujarnya saat menyampaikan materi.

Menjadikan Tamansari seperti sekarang ini tidaklah mudah. Budaya masyarakat desa yang kurang mendukung menjadi kendala tersendiri. Bahkan, mereka enggan membangun bersama pemerintah desa karena merasa bukan miliknya. “Masyarakat harus diberi contoh dulu dan dilihat hasilnya. Kalau seperti itu, mereka hanya ingin meniru program dan menjalankannya,” ujarnya.

Dari awalnya hanya satu atau dua homestay, Tamansari saat ini memiliki 53 rumah lokal yang digunakan untuk menginap oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Dan semuanya sudah terstandarisasi. Bahkan, 36 dari mereka memiliki sertifikat CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, Kelestarian Lingkungan) di bawah ikat pinggang mereka. Menurut Kang Mahsun – sapaan akrab Mahsun – desa ini menerapkan aturan yang ketat, sehingga dibangun puluhan homestay. “Ada hotel bintang empat di desa kami. Kami telah menandatangani nota kesepahaman bahwa hotel tidak diperbolehkan menyiapkan pemandu atau pengemudi. Semuanya harus ditangani oleh warga. Ini cara kami untuk ekonomi di kampung jalanan,” jelasnya. “Desa kami memiliki 80 tentara jip. Ini membawa wisatawan ke kawah Ijen. Jadi menginap di Tamansari dan berwisata ke Kawah Ijen,” ujarnya.
Dari sisi strategi pemasaran, pihaknya menjual paket perjalanan. Bisa satu hari satu malam atau dua hari tiga malam. Semuanya diakomodir dengan sistem paket ini. Tidak hanya wisatanya, tetapi juga kuliner, host family, dan oleh-oleh. “Intinya, kami mengambil peluang dari apa yang dibutuhkan wisatawan,” kata Mahsun. “Secara garis besar desa wisata yang dibangun perlu terintegrasi, pemerintah desa sedang menyiapkan regulasi, jangan sampai desa wisata itu abal-abal, dan jangan harap masyarakat setuju sebelum kita terapkan,” ujarnya. (nen/mas)

Mahsun, Kepala Desa Wisata Tamansari, Kabupaten Malang, juga menjadi pembicara dalam forum media di aula Hotel Ketapang Indah. Ia sukses mengantarkan Tamansari meraih juara 1 Indonesia Tourism Village Award (ADWI) 2021. Ia mengaku sangat merasakan peran media dalam memperkenalkan Tamansari ke publik internasional. “Desa Wisata Tamansari baru muncul tahun 2015. Masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Desa Wisata Pujon Kidul di Malang atau lainnya,” ujarnya saat menyampaikan materi.

Menjadikan Tamansari seperti sekarang ini tidaklah mudah. Budaya masyarakat desa yang kurang mendukung menjadi kendala tersendiri. Bahkan, mereka enggan membangun bersama pemerintah desa karena merasa bukan miliknya. “Masyarakat harus diberi contoh dulu dan dilihat hasilnya. Kalau seperti itu, mereka hanya ingin meniru program dan menjalankannya,” katanya.

Dari awalnya hanya satu atau dua homestay, Tamansari saat ini memiliki 53 rumah lokal yang digunakan untuk menginap oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Dan semuanya sudah terstandarisasi. Bahkan, 36 dari mereka memiliki sertifikat CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, Kelestarian Lingkungan) di bawah ikat pinggang mereka. Menurut Kang Mahsun – sapaan akrab Mahsun – desa ini menerapkan aturan yang ketat, sehingga dibangun puluhan homestay. “Ada hotel bintang empat di desa kami. Kami telah menandatangani nota kesepahaman bahwa hotel tidak diperbolehkan menyiapkan pemandu atau pengemudi. Semuanya harus ditangani oleh warga. Ini cara kami untuk ekonomi di kampung jalanan,” jelasnya. “Desa kami memiliki 80 tentara jip. Ini membawa wisatawan ke kawah Ijen. Jadi menginap di Tamansari dan berwisata ke Kawah Ijen,” ujarnya.
Dari sisi strategi pemasaran, pihaknya menjual paket perjalanan. Bisa satu hari satu malam atau dua hari tiga malam. Semuanya diakomodir dengan sistem paket ini. Tidak hanya wisatanya, tetapi juga kuliner, host family, dan oleh-oleh. “Intinya, kami mengambil peluang dari apa yang dibutuhkan wisatawan,” kata Mahsun. “Secara garis besar desa wisata yang dibangun perlu terintegrasi, pemerintah desa sedang menyiapkan regulasi, jangan sampai desa wisata itu abal-abal, dan jangan harap masyarakat setuju sebelum kita terapkan,” ujarnya. (nen/mas)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button