Pemkot Bogor Bangun Ecoriparian di Sukaresmi - WisataHits
Jawa Barat

Pemkot Bogor Bangun Ecoriparian di Sukaresmi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Pemerintah Kota Bogor (Pemkot) terus melaksanakan Program Naturalisasi Ciliwung yang dikenal dengan Program Penyelamatan Ekosistem Sungai Ciliwung. Ada beberapa titik di Sungai Ciliwung yang mulai diperbaiki, salah satunya dengan membangun Ekoriparian di Desa Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Proyek tersebut diusulkan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) Kota Bogor dengan nilai pagu anggaran sekitar Rp 1,3 miliar. Kepala Kawasan Permukiman dan Permukiman (Perumkim) Disperumkim Kota Bogor Muhamad Hutri mengatakan pekerjaan fisik rencananya akan dilakukan pada September 2022 dengan target 100 hari kalender.

Dari segi teknis perencanaan, kata dia, ekowisata di Sukaresmi telah dilaksanakan oleh berbagai organisasi daerah (OPD). Dimana masing-masing OPD akan memiliki perannya masing-masing dalam pembangunan eco-shore.

foto

Komunitas Ciliwung Peduli (KPC), Satgas Naturalisasi Ciliwung dan Komunitas Aktivis Alam GRF mengibarkan bendera merah putih di Sungai Ciliwung. Tepat di bawah Jembatan Situ Duit, Bogor Utara, Kota Bogor. – (KPK)

“Kalau dilihat dokumennya komprehensif, jadi masing-masing OPD punya intervensinya sendiri-sendiri. Kami (Disperumkim) lebih concern menangani infrastruktur, terutama di kawasan pemukiman,” katanya, Kamis (8 September).

Dijelaskannya, rancangan rencana Ecoriparian Sukaresmi menyebutkan bahwa tata ruang harus sesuai dengan zonasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor (RTRW) serta aturan alur sungai. Dengan demikian, penataan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Hutri mengatakan beberapa perkembangan sedang dilakukan. Diantaranya membangun jembatan penghubung kedua desa, jalan setapak, jalan setapak di kawasan yang sesuai dengan sungai, dan beberapa pendukung lainnya. Dengan demikian, pengunjung yang datang dapat menikmati wisata desa, perkebunan, hutan kota dan jalannya Sungai Ciliwung serta potensi UMKM yang ada di kawasan tersebut.

“Jadi tujuan besarnya, selain penataan kawasan pemukiman dan penetapan destinasi wisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), juga pengamanan bantaran sungai di Dinas Lingkungan Hidup (DLH),” ujarnya.

Pada tahap awal ini, kata Hutri, OPD yang melakukan pengerjaan adalah disperumkim Kota Bogor untuk melakukan kesepakatan penyelesaian melalui pembangunan jalan dan kanal. Serta pembuatan biopyri, ecodrain dan saluran drainase di kawasan pemukiman.

Ferry, Direktur Pariwisata Disparbud Kota Bogor, mengatakan setelah pengembangan oleh Disperumkim, Disparbud Kota Bogor akan mulai menjadikan Ecoriparian Sukaresmi sebagai destinasi wisata dan turun tangan.

“Konsep objek wisata di Ekoriparian Sukaresmi mengikuti tepian Sungai Ciliwung dengan tetap melestarikan DAS alami dengan ciri khas tumbuhannya. Selain pengejaran di sepanjang sungai, objek wisata lainnya adalah wisata air perahu karet di Sungai Ciliwung,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, fokus Disparbud Kota Bogor adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan memperkuat kelembagaan Kompepar Sukaresmi yang akan mengelola kawasan di masa mendatang.

Sementara itu, Suparno Jumar, anggota Satgas Naturalisasi Ciliwung, berharap eco-river ini menjadi konsep pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

“Dari segi desain permukiman bisa bermanfaat bagi warga sekitar, dari segi lingkungan, bisa bermanfaat untuk pelestarian dan kelestarian lingkungan, dari sisi potensi ekonominya, bisa menjadi pemasukan bagi masyarakat dan pengunjung, pendidikan dan wisata konservasi berkelanjutan,” ujarnya.

Dari sisi perlindungan lingkungan, Suparno mengatakan pemerintah juga bisa membuat tempat pembuangan limbah padat dan cair agar pencemaran tidak menular ke daerah hulu. Dengan begitu, masyarakat yang datang bisa belajar bagaimana mengelola sampah agar tidak menjadi tumpukan yang merusak alam.

Dari sisi pariwisata, kata dia, pemerintah juga bisa memanfaatkan potensi warga sekitar, misalnya dengan menciptakan agrowisata melalui pelibatan warga lokal pemilik perkebunan.

“Memang ini tidak bisa dikelola sendiri oleh pemerintah, harus berdiri bersama seperti orkestra yang menghasilkan karya-karya indah,” ujarnya.

Source: repjabar.republika.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button