Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Saksikan Kisah Pemakaman Prabu Blambangan Raja Tawangalun - WisataHits
Jawa Barat

Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Saksikan Kisah Pemakaman Prabu Blambangan Raja Tawangalun

TIME INDONESIA, BANYUWANGI – Pantai Pulau Merah, bukan sekedar destinasi wisata yang penuh keindahan. Destinasi wisata unggulan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini juga memiliki cerita sejarah yang penting untuk ditawarkan. Pantai eksotis dengan perbukitan ini menjadi saksi sejarah pemakaman abu Raja Blambangan, Prabu Tawangalun.

Kisah ini terungkap dalam kegiatan bolak-balik yang dilakukan Komunitas Aktivis Literasi Sejarah ‘Balambangan Royal Voulenteers (Bravo) sepanjang Minggu (18/9/2022).

Kegiatan yang bertajuk #BLAMTRIP 2022 ini sebenarnya lebih kepada menelusuri peninggalan Wong Agung Wilis, salah satu tokoh besar era kejayaan Kerajaan Blambangan. Yang juga merupakan cicit dari Prabu Tawangalun.

Pangeran Agung Wilis diperkirakan lahir pada tahun 1723/1724. Ayahnya adalah Pangeran Prabu Danureja dan ibunya adalah Gusti Ayu Kabakaba dari Puri Kabakaba, Klungkung, Bali.

BLAMTRIP63afaa97a96a6c0a.jpgKegiatan #BLAMTRIP 2022 Jejak Sejarah oleh Wong Agung Wilis ini dilakukan oleh Komunitas Penggiat Literasi Sejarah Balambangan Royal Voulenteers (Bravo). (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

“Di tepi pantai Pulau Merah, tepatnya di Watu Ringin, abu Prabu Tawangalun, cicit Pangeran Agung Wilis (Wong Agung Wilis), diyakini dimakamkan,” kata koordinator Bravo M. Hidayat Aji Ramawidi.

Tanggal pelaksanaan #BLAMTRIP 2022, lanjutnya, merupakan tanggal penting dalam sejarah Kerajaan Blambangan. Yaitu bertepatan dengan tanggal wafatnya Prabu Blambangan, Prabu Tawangalun.

Dijelaskan bahwa Prabu Tawangalun meninggal pada tanggal 18 September 1691. Dan baru pada tanggal 13 Oktober 1691, atau 25 hari setelah kematiannya, abu Prabu Tawangalun dibuang di pantai Pulau Merah.

Puluhan aktivis literasi sejarah dari Banyuwangi, Bondowoso dan lainnya hadir untuk menelusuri kisah Wong Agung Wilis. Maklum, bicara Kerajaan Blambangan, wilayahnya tak hanya mencakup Banyuwangi. Namun Bondowoso, Situbondo, Jember dan sekitarnya juga menjadi bagiannya.

Jalur pendakian melintasi 2 distrik. Yakni Kabupaten Siliragung dan Pesanggaran. Berawal dari Kantor Kecamatan Siliragung, rombongan langsung menuju ke Gunung Dogong. Jalur selatan dari Kantor Kecamatan Siliragung melewati desa Buluagung kemudian masuk ke kawasan wisata Rowo Biru.

Ada situs bersejarah di Gunung Dogong tempat Pangeran Agung Wilis ditawan selama 25 hari.

Situs kedua yang dikunjungi adalah makam Mbah Pesanggrahan. Berjarak sekitar 500 meter dari Kantor Desa Sumbermulyo di Kecamatan Pesanggaran. Makam Mbah Pesanggrahan merupakan tempat yang diyakini sebagai petilasan Pangeran Agung Wilis.

“Kemudian rombongan berangkat ke Gumuk Pot di Dusun Shootur, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran. Gumuk Pot adalah tempat yang diduga Dusun Purawingan dibuka oleh Wong Agung Wilis,” jelas Mas Aji, panggilan akrab M. Hidayat Aji Ramawidi.

Destinasi keempat #BLAMTRIP 2022 adalah Goa Macan yang terletak di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Goa Macan konon pernah menjadi persinggahan Pangeran Agung Wilis selama pertapaannya.

Kegiatan yang didukung oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk, induk perusahaan PT Bumi Suksesindo ini mengunjungi Watu Ringin Pulau Merah. Peninggalan sejarah di kawasan tujuan pantai Pulau Merah ini diyakini sebagai tempat di mana abu Raja Blambangan, Prabu Tawangalun, konon mengapung. Yang lainnya tak lain adalah cicit dari Pangeran Agung Wilis.

Trail #BLAMTRIP 2022 sengaja diselenggarakan sebagai bentuk kecintaan dan pelestarian sejarah lokal Banyuwangi. Hal itu juga sebagai bentuk dukungan terhadap tumbuh dan berkembangnya sektor pariwisata di ujung timur pulau Jawa.

Apalagi dalam cerita Wong Agung Wilis, destinasi kali ini adalah Pantai Pulau Merah. Destinasi pantai yang indah dan mempesona di Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran. Destinasi wisata unggulan di Banyuwangi yang sudah terkenal hingga mancanegara.

“Dalam kegiatan ini kami mengangkat topik “Aunggu Jarating Kaki” yang artinya “Kunjungan Petilasan” atau “Warisan Leluhur”. Karena Wong Agung Wilis adalah nenek moyang orang Banyuwangi,” jelas Mas Aji.

Pemuda asal Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi ini mengaku sangat senang dengan antusiasme peserta. Kondisi ini merupakan indikasi bahwa generasi muda memiliki minat yang besar terhadap pelestarian monumen.

“Bagi kami itu sangat penting. Cerita adalah bagian dari pembentukan karakter dan dapat memotivasi generasi muda,” ujarnya.

Acara #BLAMTRIP 2022 Jejak Sejarah Wong Agung Wilis ini diikuti sejumlah pegiat literasi sejarah ternama asal Banyuwangi. Diantaranya Alif Farda, Adi Adam, Damar Wulung, Saylaros dan M. Hidayat Aji Ramawidi.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.timesindonesia.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button