Pandemi Covid tidak pernah lepas, anak-anak sangat tidak bahagia - WisataHits
Yogyakarta

Pandemi Covid tidak pernah lepas, anak-anak sangat tidak bahagia

Anak-anak ingin relaksasi

Rekreasi keluarga dapat memberikan pengalaman keluarga yang positif baik bagi orang tua maupun anak (Elliot, 2010). Sangat menyenangkan bagi anak-anak untuk mengunjungi tempat-tempat wisata atau rekreasi. Mereka dapat menjelajahi lingkungan baru, belajar tentang alam dan masyarakat, serta bermain dengan orang tua mereka saat liburan. Waktu senggang juga dapat mendorong perkembangan anak karena menyampaikan nilai-nilai kehidupan dan pendidikan serta mempererat ikatan dalam keluarga. “Istirahat memiliki banyak manfaat. Pertama, dapat meningkatkan keintiman antara orang tua dan anak-anak. Kedua, dapatkan pengetahuan dari apa yang Anda lihat selama pemulihan. Ketiga, pada waktu senggang ada kerjasama, tanggung jawab, kepuasan batin, penyegaran otak, dan anak bisa mengekspresikan emosinya. Keempat, mereka bisa melatih kesabaran di waktu luang, seperti mengantri, berbagi dengan teman, bertanggung jawab membersihkan perbekalan yang dibawa, dan membersihkan sampah yang tercecer..” Kata Ibu Supriati, ibu rumah tangga asal Bekasi, Selasa (29/11).

Anak mulai merasa kenyang

Sejak merebaknya pandemi Covid-19, banyak fasilitas rekreasi yang berhenti beroperasi untuk sementara waktu sehingga menghambat hal-hal positif yang seharusnya didapat anak-anak dari waktu senggang. Akibatnya, anak-anak dan orang dewasa bosan karena harus tinggal di rumah untuk menghindari virus tersebut. Akibatnya, ketika orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan rekreasi anaknya, mereka sering meminjam gawai untuk bermain game atau mencari hiburan. Menurut Erik Erikson, seorang psikolog perkembangan anak, berpendapat bahwa pada usia 7 sampai 10 tahun, anak mulai mengembangkan kepribadian dan karakter, belajar tentang dunia baru yang mereka lihat dan amati. Rasa ingin tahu yang besar membuat mereka mencoba menemukan sesuatu yang spesifik dengan bantuan alat peraga. Salah satu faktor perkembangan diri pada anak dapat dipengaruhi oleh permainan. Dalam hal ini, kesempatan bagi anak untuk bermain permainan selama pandemi Covid-19 adalah waktu yang “tepat”. Alih-alih tidak bisa bermain di luar, mereka mencoba mencari pilihan hiburan lain agar tidak bosan di rumah. Namun, kebiasaan bermain game permainan Hal ini berimplikasi tidak baik bagi otak dan kecerdasan emosional anak akibat kecanduan permainan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan penelitian tahun 2013 di Journal of Pediatrics yang mengungkap pemutaran video permainan berjam-jam dapat berdampak buruk bagi anak. Contohnya antara lain perilaku hiperaktif, gangguan fokus dan perhatian (attention), sulit membangun empati, bahaya obesitas, dan dapat mengganggu fungsi otak pada anak (Miranda, 2018). aplikasi jarak sosial di sekolah dan di rumah juga membuat anak sulit bermain dengan temannya. Mereka cenderung menghabiskan waktu di dalam ruangan. Keadaan ini kembali menimbulkan rasa bosan. Selain itu, bermain bersama teman merupakan hal yang baik untuk meningkatkan perkembangan anak. Bermain adalah hak dan dunia untuk anak-anak dari segala usia. Bermain juga menjadi jembatan bagi anak dan pembelajaran informal menjadi formal. Melalui bermain, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi perkembangan aspek fisik, motorik, kecerdasan, dan sosial (Usman, 2015). Bermain merupakan hal yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang melekat pada setiap anak. Hal ini memungkinkan anak untuk menikmati belajar keterampilan yang berbeda tanpa merasa terpaksa atau terpaksa untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, agar dapat terus mendukung proses tumbuh kembang anak, orang tua khususnya di masa pandemi Covid-19 harus melakukan upaya untuk memantau berbagai aspek kecerdasan anaknya agar dapat terus berkembang dengan baik. Orang tua juga memperhatikan kebutuhan fisik dan psikis anaknya agar anak tetap merasa nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kebahagiaan anak-anak sangat berpengaruh terhadap kecerdasan berpikir mereka saat itu zaman keemasan. Ini menjadi tanggung jawab bersama orang tua, guru dan juga pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk membuat strategi yang tepat dalam menghadapi masalah pandemi ini agar semuanya bisa kembali normal. Anak-anak bisa belajar di sekolah dan juga sembuh dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button