MEP kerap menjarah lahan pertanian, BKSDA menyarankan petani menggunakan beberapa alternatif - WisataHits
Yogyakarta

MEP kerap menjarah lahan pertanian, BKSDA menyarankan petani menggunakan beberapa alternatif

MEP kerap menjarah lahan pertanian, BKSDA menyarankan petani menggunakan beberapa alternatif















BDG


Wonosari, (pidjar.com) – Penanganan konflik monyet ekor panjang (MEP) di Gunungkidul masih menjadi isu yang perlu dibenahi. Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta meyakini gangguan MEP pada lahan pertanian warga setempat dipicu oleh gangguan habitat MEP. BKSDA Yogyakarta baru-baru ini mengadakan forum kepedulian terhadap Suaka Margasatwa Paliyan dengan sejumlah pihak berwenang untuk membahas bagaimana menangani konflik MEP di Gunungkidul.

Kepala BKSDA Yogyakarta Muhammad Wahyudi mengatakan, terjadinya kerusuhan MEP di lahan pertanian karena terganggunya habitat MEP akibat pengembangan wisata alam, salah satunya akibat pembangunan Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Gunungkidul.

“Pembangunan harus memperhatikan koridor satwa agar tidak terganggu,” ujar Muhammad Wahyudi.

Ditambahkannya, petani di daerah rawan gangguan MEP disarankan untuk menanam tanaman yang tidak disukai MEP, namun tanaman tersebut tetap memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, petani juga dapat menyiapkan lahan sebagai penyangga penanaman pangan MEP agar lahan pertanian masyarakat tidak terpengaruh.

“Sebagai alternatif lain, petani bisa menawarkan buah atau pakan MEP kepada masyarakat di perbatasan lahan. Semua ini adalah upaya untuk mencegah MEP memasuki tanah masyarakat,’ tambahnya.

Kepala Dinas Rehabilitasi dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY Fery Maryulianti mengatakan penanganan gangguan MEP di lahan pertanian warga sekitar merupakan tanggung jawab semua pihak. Ia berharap forum seperti ini akan menciptakan kerjasama dan sinergi untuk menyelesaikan konflik MEP.

“Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi konflik MEP adalah pembangunan demplot pabrik pakan MEP,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Sustiwiningsih mengatakan, saat ini petani memasuki musim panen jagung dan kacang tanah. Menurut pengalamannya, pada musim pra panen seperti sekarang, potensi gangguan dari monyet lebih besar, sehingga petani diharapkan mewaspadai hal tersebut.

“Kebanyakan terserang saat menjelang pengisian, sekitar dua minggu setelah panen jagung dan kacang tanah,” ujarnya.

Ia juga terus mengimbau para petani di daerah rawan gangguan MEP agar penggusuran lancar dan mampu mengidentifikasi jam rawan gangguan MEP.

“Biasanya sekitar jam 10 pagi dan jam 2 siang adalah jam-jam rawan, bisa sonic out atau sebaliknya,” pungkasnya.


Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button