Mengunjungi tempat kelahiran penerbit tercinta Bung Hatta
Merdeka.com – Rumah dengan gaya klasik terlihat cantik. Di depan mereka tertata rapi tanaman hias. Bendera merah putih yang gagah bertahta di pelataran. Inilah gedung yang menjadi saksi perjalanan masa kecil wakil presiden pertama Mohammad Hattapewarta tercinta.
Rumah itu sekarang menjadi museum. Tempat kelahiran Bung Hatta sangat dekat dengan jantung kota Bukittinggi. Berkendara dari menara jam hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta nomor 37, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Melalui museum ini, wisatawan dapat mengetahui lebih jauh tentang kehidupan Hatta sejak kecil hingga perjuangannya mencapai kemerdekaan Republik Indonesia. Bung Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi dari putra daerah Minang. Dia adalah anak dari Djamil dan Siti Saleha.
Tempat kelahiran fisik asli Bun Hatta itu benar-benar runtuh pada 1960-an. Namun didirikan kembali atas gagasan ketua yayasan pendidikan Bun Hatta yang dibangun untuk mengenang dan mendapatkan gambaran masa kecil Muhammad Hatta di kota Bukittinggi, tempat kelahirannya.
2 dari 6 halaman
Rumah ini terdiri dari dua lantai yang dilengkapi dengan peralatan rumah tangga yang memamerkan foto-foto Bung Hatta. Di lantai satu rumah ini terdiri dari ruang tamu dan dua kamar paman Bung Hatta, yaitu kamar Mamak Idris dan kamar Mamak Saleh.
Kemudian lanjut ke lantai dua, terdapat ruang tamu dengan dua kamar, yaitu kamar Bung Hatta dan kamar kakek Bung Hatta. Setiap kamar dilengkapi dengan perabot rumah tangga dan foto-foto Bung Hatta.
Pemandu wisata Yossy Rumiyuli mengatakan, rumah itu dibangun kembali dari November 1994 hingga Januari 1995.
“Rumah asli runtuh pada 1960-an dan dibangun kembali pada 1994 hingga selesai pada 1995. Pada 12 Agustus 1995, rumah ini diresmikan sebagai Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta yang dibangun menyerupai bentuk aslinya,” kata Yossy kepada merdeka.com, Selasa (13/12).
3 dari 6 halaman
Bung Hatta sendiri tinggal di rumah ini selama 11 tahun untuk belajar pedagogik dan ilmu agama. Pada tahun 1916, Bung Hatta pindah ke Padang untuk melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yang sekarang dikenal dengan SMP 1 Padang, hingga belajar di Batavia (Jakarta). Ia kemudian melanjutkan studinya di Handels Hoogchool, sebuah sekolah perdagangan di Rotterdam, Belanda, dari tahun 1921 hingga 1932.
“Wisatawan tidak membayar tiket masuk. Waktu buka adalah setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Turis datang tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari mancanegara. Hari ini ada turis dari Belanda,” ujarnya.
Salah satu bangunan asli rumah ini, yakni sumur tua yang semula berada di belakang rumah, kini dipindahkan ke kamar salah satu paman Bung Hatta, yakni Idris.
“Semua barang yang ada di sini juga replika, jadi meniru barang yang ada di foto lama, kecuali air mancur yang lama,” ujarnya.
4 dari 6 halaman
Catatan perjalanan Bung Hatta semasa hidupnya
Berdasarkan catatan tempat kelahiran Bung Hatta, Wakil Presiden RI pertama ini meninggal dunia pada tahun 1980. Berikut urutan perjalanan Bung Hatta semasa hidupnya.
Tahun 1909 masuk Europeesche Logare School, tahun 1916 masuk MULO di Padang atau sekarang dikenal dengan SMPN 1 Padang. Kemudian ia pergi ke Nerdeland pada tanggal 3 Agustus 1921, masuk Sekolah Rotedamse Hande Ishoge pada bulan September 1921 dan menjadi anggota Perhimpunan India, pada tahun 1930 ia menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Kemudian ia mengikuti kongres antikolonial di Brussel dari 10 hingga 15 Februari 1927, dan pada 8 Maret 1928 proses pengadilan di Den Haag dimulai.
Kemudian 22 Maret 1928 dibebaskan dari segala tuntutan, 5 Juli 1932 lulus ujian doktor II
5 dari 6 halaman
Kembali ke ibu pertiwi
Setelah belajar, Hatta kembali ke Indonesia, mengaku pada 20 Juli 1932. Kemudian ditangkap pada 25 Februari 1934 dan dibawa ke penjara Glodok, pada Januari 1935 diasingkan ke Boven Digul, pada Desember 1935 meninggalkan Digul dan dipindahkan ke Banda Naira.
Ia juga menikah pada tanggal 1 Februari 1942 dengan Bung Karno dan Dr. Radjiman Weodiodiningrat, dipanggil ke Dalat, Saigon oleh Marsekal Terauci, dipindahkan ke Sukabumi, Jawa Barat.
Kemudian, pada tanggal 16 Agustus 1945, seorang pemuda diculik dan dibawa ke Rengasdengklok. 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamirkan bersama Soekarno.
6 dari 6 halaman
Setelah Indonesia merdeka
25 Oktober 1945 Pengumuman Wakil Presiden tentang pembentukan partai, Maret 1948 bukannya rasionalisasi, 22 Desember 1948 ditangkap dan diasingkan ke Bangka. 6 Juli 1949 Kembali ke Yogyakarta.
4 Agustus 1949 menjadi Perdana Menteri Kabinet Hatta II, 23-29 Agustus. Konferensi Meja Bundar Oktober 1949 di Den Haag, 19 Desember 1949 Perdana Menteri Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Kemudian 27 Desember 1949 menerima penyerahan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. Pada tanggal 17 Juli 1953, Bung Hatta dinobatkan sebagai bapak koperasi Indonesia oleh kongres koperasi Bandung.
Kemudian mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia atas permintaan sendiri pada tanggal 1 Desember 1956, pada tanggal 31 Januari 1970 sebagai penasehat Presiden Soeharto (Komisi IV Pemberantasan Korupsi), kemudian meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980. (mdk/tongkol)
Baca juga:
Potret SMPN 1 Padang, dulu bernama Mulo, tempat Bung Hatta bersekolah
Kisah asal usul nama Bung Hatta menjadi universitas di Padang
Bukti terakhir jejak pendidikan Bung Hatta di kota Padang
1 Desember 1956: Mohammad Hatta resmi mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia
Sartono, pemersatu Bung Karno dan Bung Hatta
Bung Hatta menghadiahkan kepada rakyat Papua amplop-amplop jatah petugas
TOPIK TERKAIT
Source: news.google.com