Mengenal Ereveld Kalibanteng, Makam di Semarang - WisataHits
Jawa Tengah

Mengenal Ereveld Kalibanteng, Makam di Semarang

Mengenal Ereveld Kalibanteng, Makam di Semarang


URBANGARUT. com – Ereveld Kalibanteng adalah kuburan antara Bandara Ahmad Yani dan Jalan Siliwangi. Tempat ini dulunya bernama Grote Postweg dan dibangun oleh upacara pemakaman Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

Malam ini baru diresmikan pada tanggal 22 April 1949 dengan alamat lengkap di Jl. Siliwangi 293, Kalibanteng Kulon, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Bentuk Ereveld dibangun berbentuk segitiga yang dikelilingi kanal disertai deretan pohon cemara. Kawasan berbentuk segitiga ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kuburan wanita di sebelah barat, kuburan laki-laki di sebelah timur, dan kuburan anak-anak di tengah.

Baca Juga: Setara Keindahan di Gunung Dieng, Ada 4 Fakta Gunung Piramida di Garut

Makam ini sebagian besar berisi warga sipil dari kamp interniran di Jawa. Pada masa pemerintahan Jepang, banyak warga sipil yang berasal dari pusat-pusat pengasingan Jepang di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyu Biru, Lampersari, dan Karang Panas. Warga sipil ini meninggal sekitar tahun 1942-1945 akibat pengasingan dan kekejaman kamp interniran.

Prajurit yang dimakamkan di makam ini merupakan korban PD II, baik yang sudah ada sejak awal maupun penguburan kembali, misalnya dari daerah Tarakan, Balikpapan, Palembang, dan Makassar. Diketahui juga lebih dari 3.000 korban perang dimakamkan di Kalibanteng.

Di Ereveld ini juga terdapat Tombe De Onbekende Vrouw yang berarti kuburan bagi para wanita terkenal. Ini untuk semua wanita yang meninggal selama periode kamp interniran dan tidak punya waktu untuk pemakaman atau yang kuburannya bahkan tidak diketahui sehingga mereka tidak punya waktu untuk penguburan yang layak.

Baca juga: Keragaman budaya Kota Garut yang masih lestari

Ada juga tugu Jonges Kampen berupa seorang anak membawa cangkul dan kapak dengan badan kurus disertai tulisan “Waktu itu mereka masih sangat kecil”. Ini untuk anak-anak yang meninggal di kamp penahanan dan sebagian besar dipisahkan dari ibunya sehingga mereka ditahan di kamp pengasingan anak dan kemudian dibawa bekerja.

Ada juga Monumen Perempuan yang menggambarkan perasaan nasib perempuan bersama anak-anaknya di masa-masa sulit di Rutan. Gambar ini menunjukkan betapa kerasnya kehidupan para perempuan di Rutan saat itu.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button