Menembus langit dari lereng Merbabu • Radar Jogja - WisataHits
Jawa Barat

Menembus langit dari lereng Merbabu • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Magelang tidak pernah kehabisan tempat wisata yang ditawarkan. Tidak hanya Candi Borobudur yang menarik wisatawan, ada puluhan objek wisata lainnya yang tak kalah menarik. Bahkan, sering menjadi tujuan wisatawan dari luar daerah.

Salah satunya adalah tempat wisata di lereng Gunung Merbabu dan tidak jauh dari jalan utama Magelang-Boyolali via Selo. Panorama dataran di sisi barat Merapi-Merbabu terlihat indah meski dari ketinggian. Jika cuaca cerah, Anda juga bisa melihat keindahan matahari terbit dari sana.

Ada jalan yang seolah menuju ke surga melalui puncak Gunung Merbabu. Jalan tersebut merupakan penghubung antara Dusun Surodadi di Desa Wonolelo dan Dusun Candran di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan. Meski bukan satu-satunya jalan akses, jalan ini dianggap paling mudah untuk dilintasi dibandingkan jalan lainnya.

Saat wilayah atas atau Dusun Candran berkabut, maka jalan benar-benar tampak mampu menembus langit. Namun akses jalan yang sempit, menanjak dan sulit dilalui warga sekitar, tidak memungkinkan untuk dibuka sebagai destinasi wisata.

Kahyangan State Manager Supri mengatakan ada program perbaikan jalan pemerintah beberapa tahun lalu. Adanya program tersebut tentunya menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar. Maka ia dan anggota Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekar Sembada Mulia Surodadi mengambil kesempatan untuk menjadikannya sebagai tempat wisata alam.
Kemudian mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan mengubahnya menjadi sebuah destinasi wisata bernama Tol Kahyangan. Dulu orang mengira tidak ada dusun setelah Surodadi dan jalan seolah buntu. Tapi tidak.

Tidak hanya itu, kata dia, jalan tersebut merupakan penghubung antar desa dan jalur evakuasi. “Tapi karena sering diselimuti kabut, makanya saya beri nama Tol Kahyangan. Jalan seperti masuk ke langit,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Jumat (22/7).

Meski demikian, nama Tol Kahyangan harus diperhitungkan. Ada juga stand dari warga sekitar yang berjalan tidak teratur di sepanjang jalan. Alih-alih mempercantik pemandangan, itu dihancurkan.

Selain itu, karena merupakan fasilitas umum, Supri khawatir jika pengelola ingin memberlakukan tarif masuk (HTM), warga akan mengira itu adalah pungutan liar (pungutan). Karena beberapa pertimbangan, nama resmi menjadi Heavenland, dan HTM baru berlaku sekitar empat bulan lalu. Dengan penarikan Rp 10.000 per orang.

Berdiri di atas lahan seluas 1,5 hektar, objek wisata ini dihiasi dengan bangunan berbentuk kastil, beberapa patung kuda yang megah dan lain-lain. Kastil ini memiliki ketinggian 9 meter dan dirancang dengan kapasitas 40 orang. Bahkan, bangunan itu dilumuri lumut hingga benar-benar terlihat seperti kastil tua.

Dalam cuaca cerah, objek wisata dengan ketinggian 1.350 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menawarkan pemandangan alam Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro, Sumbing, Andong hingga perbukitan. Jika kabut datang, pengunjung hanya bisa menikmati spot-spot lain seperti kastil dan udara khas pegunungan. “Jarang ada kabut tebal di kota. Itulah daya tarik surgawi itu,” jelasnya yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun Surodadi.

Karena tidak memiliki lahan parkir yang layak, lahan pertanian milik warga Desa Surodadi ini kemudian diubah menjadi lahan parkir dan kios untuk dijual. Dengan luas sekitar 1,5 hektar. Supri mengatakan skema tersebut dijalankan dengan kontrak sebesar Rp 120 juta per tahun. “Tapi kami membayar pemilik tanah 240 juta rupee setiap dua tahun,” katanya.

Ia dan BUMDes memang berniat memberdayakan warganya. Sebanyak 19 pegawai dari dusun tersebut terlibat dalam administrasi negara surga. Mereka dulunya hanya petani sayur. Dengan dibukanya wisata ini, mereka bisa menambah penghasilan dengan berjualan di stand-stand yang disediakan oleh BUMDes.

Sebuah toko, lanjutnya, dikelola oleh 10 rumah tangga besar dan dua rumah tangga kecil. Padahal, kebutuhan dasar perkebunan disediakan oleh desa. Penghuni hanya melakukan renovasi dan peralatan lainnya yang hilang. Tujuannya agar mereka juga punya rasa memiliki, selama sewa masih gratis. Jika nanti mereka tidak benar-benar merasakan manfaatnya, mereka akan menghadapi pembalasan setiap hari. Yang digunakan sebagai biaya pemeliharaan toko.

Selain itu, area tersebut juga sering dimanfaatkan pengunjung untuk mendirikan rumah mobil. Harga yang ditawarkan juga cukup murah yaitu Rp 45.000 per malam. Untuk itu harus ditambah HTM Rp 10.000 per orang.Hasil dari HTM, kata Supri, disisihkan untuk membayar 19 karyawan, sewa lahan dan kompensasi empat dusun yang kebetulan menjadi pintu gerbang Heavenland. Diantaranya adalah Dusun Cadran, Surodasi, Pelem dan Wonodadi.

Selain itu, objek wisata ini baru sekitar 60 persen dikembangkan, sehingga masih banyak yang harus dibenahi dan ditata. membuat wisatawan lebih menarik. Rencananya, kata Supri, akan dibangun amphitheatre atau tribun untuk melestarikan kesenian daerah berkapasitas 500 orang. Adapun jumlah kunjungan ke Tanah Surga, kata dia, rata-rata weekend atau week end mencapai dua ribu. pengunjung. Pada hari biasa mencapai 300 pengunjung per hari. Bahkan, jumlah kunjungan ke Tanah Surga selama musim liburan Mei 2022 mencapai 19.502 pengunjung.

Para pengunjung juga datang dari berbagai daerah. Mulai dari Magelang, Jogjakarta, Jawa Timur, Jawa Barat hingga luar Jawa. Bahkan, sudah ada turis asing yang pernah berkunjung ke negeri surga. Sementara itu, pengunjung asal Semarang, Deva Permana, 26, mengaku tidak kecewa dengan apa yang dihadirkan Tanah Surga. Sebenarnya untuk mengakses situs tersebut cukup mudah. Jika tidak ramai atau padat, kendaraan roda empat yang menyimpang akan sulit. “Yah, tiketnya juga terjangkau untuk semua orang. Kalau dapat bintang ya 4,8,” jelasnya. (aya/pra)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button