Jawa Timur

Mendengarkan! Ini Pantangan Yang Harus Dihindari Saat Mendaki Gunung Slamet – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Kawah Gunung Slamet dilihat dari Puncak Salam, difoto pada Minggu (25/9/2022). (Solopos/Mariyana Ricky PD)

Solopos.com, BANYUMAS — Sebagai gunung tertinggi di Jawa Tengah (Jawa Tengah), Gunung Slamet menjadi daya tarik bagi para pendaki untuk ditaklukkan. Namun, ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi saat mendaki atau mendaki puncak Gunung Slamet. Apa itu pantangan?

Mengutip dari halaman vsi.esdm.go.id, Gunung Slamet memiliki ketinggian kurang lebih 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan ketinggian tersebut, Gunung Slamet juga tercatat sebagai gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur (Jawa Timur).

Special Offers Penawaran spesial yang menarik, menginap di Loa Living Solo New Bisa nonton Netflix sepuasnya!

Gunung Slamet terletak di antara lima kabupaten di Jawa Tengah yaitu Banyumas, Purbalingga, Brebes, Tegal dan Pemalang. Rata-rata suhu di gunung ini merupakan yang terdingin di Pulau Jawa dengan curah hujan tertinggi yaitu 8.134,00 milimeter (mm) per tahun.

Pos tunggal EMagz

Gunung Slamet tergolong gunung berapi aktif. Meski demikian, gunung ini sangat populer sebagai tujuan pendakian, meski medannya cukup sulit. Meski sangat populer sebagai tujuan pendakian, ternyata Gunung Slamet juga memiliki pantangan yang harus diikuti oleh para pendaki yang ingin mendaki hingga ke puncak.

Mengutip dari halaman wikipedia.orgSalah satu pantangan mendaki atau panjat tebing Gunung Slamet memang tidak bisa sembarangan dibicarakan. Dengan kata lain, saat mendaki Gunung Slamet, pendaki harus menjaga bahasanya dan tidak berbicara kasar, apalagi mengucapkan kata-kata kotor yang mengandung makian.

Dikisahkan pernah ada kejadian seorang pendaki asal Tegal, Jawa Tengah, yang saat mendaki ke puncak Gunung Lawu mengatakan bahwa ia merasa nyaman di sana hingga tak ingin pulang. Saat hendak pulang, pendaki tersebut tersesat dan melihat penampakan makhluk halus berwujud kuntilanak.

Selain tidak berkata buruk dan kasar, pantangan lain saat mendaki Gunung Slamet adalah tidak boleh menahan lutut. Bila pantangan ini dilanggar, konon pendaki tidak bisa menyelesaikan perjalanan dan akan selalu menemui rintangan yang berat.

Solopos interaktif

Selain pantangan tersebut, ada juga kepercayaan di masyarakat bahwa tidak diperbolehkan mendaki Gunung Slamet. Hari-hari yang dianggap tidak boleh mendaki adalah Minggu Legi, Selasa Legi, Sabtu Pahing, dan Minggu Pahing.

Gunung Slamet juga diyakini penuh dengan cerita misterius seputarnya. Banyak sekali cerita misterius yang konon bagi yang ingin mendaki harus membawa tujuh macam kembang dan kemenyan sebagai persembahan kepada para penjaga Gunung Slamet.

Itu karena Gunung Slamet pernah dianggap sebagai tempat ritual. Bahkan, setiap tanggal 1 Sura selalu diadakan acara ritual oleh masyarakat setempat di Gunung Slamet.

iklan

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button