Memanfaatkan limbah mangrove untuk meningkatkan perekonomian warga Mangkang Wetan Semarang - WisataHits
Jawa Tengah

Memanfaatkan limbah mangrove untuk meningkatkan perekonomian warga Mangkang Wetan Semarang

SEMARANG (SUARABARU.ID) Pemanfaatan limbah tumbuhan mangrove untuk mendongkrak perekonomian sedang dilakukan oleh warga Dukuh Ngbrak, Desa Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang dengan berbagai jenis usaha.

Salah satunya, yang dilakukan ibu-ibu dari RW 6 Desa Mangkang Wetan, memanfaatkan limbah tumbuhan mangrove untuk membuat batik dan bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Menurut Nur Hayati, Ketua Wijayakusuma Batik Group, penjualannya masih tradisional, menunggu pesanan, melalui pameran atau pengunjung kawasan pesisir mangrove, belum menggunakan sarana digital online.

BACA JUGA: Merayakan HMPI, Djarum Foundation melakukan dialog dan kunjungan ke pembibitan

“Kain ini jenis Prinis, ukuran 2 x 1 meter, kami jual Rp 300.000 untuk print, Rp 400.000-500.000 untuk edging. Agak mahal karena proses pembuatannya lama ya, bisa sampai 1 bulan untuk pembuatan 1 kain. Dijual alhamdulillah kalau sudah dicetak sampai bulan ini ya kurang lebih bisa terjual sampai 65 lembar padahal pinggirnya hanya 30 lembar,” terangnya di tempat pembuatan batik.

Untuk apa menggunakan kain Prinis, lanjutnya, karena hasilnya lebih bagus dan cerah, sangat berbeda dengan menggunakan jenis kain lain, hasilnya kurang bagus, kurang cerah dan terlihat kusam. Sedangkan motif batik yang digunakan lebih ke motif tumbuhan mangrove dengan warna coklat yang lebih dominan.

spasiIbu rumah tangga dari RW 6, Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang yang tergabung dalam Kelompok Batik Wijayakusuma membatik dengan canting di Tempat Produksi Batik, Kamis (24/11/2022). Foto: Dok Absa

Sejak saya bertemu dengan Djarum Foundation

Meski menekuni bisnis tie-dye sejak 2005, Nur Hayati, 56 tahun, mengaku bangga bisa menyekolahkan lima dari enam anaknya hingga S2 dengan bisnis limbah tanaman mangrove.

“Alhamdulillah saya bersyukur dengan hasil ini dan mengenal Djarum Foundation tahun 2007 sejauh ini saya bisa menyekolahkan 5 anak saya hingga lulus kuliah. Kemarin alhamdulillah dikenalkan dengan duta besar dari Italia, lalu kami juga membeli tie-dye,” kata Mamak Nur, sapaan akrabnya.

Dengan adanya kerjasama yang terjalin, Mamak Nur berharap Djarum Foundation dapat menjadikan kawasan tersebut sebagai desa wisata mangrove sehingga dapat lebih meningkatkan pendapatan ekonomi warganya kedepannya.

“Ya harapannya (Djarum Foundation) juga bisa melakukan ekowisata di sini (Mangkang Wetan). Karena semuanya sudah siap di sini. Ada olahan seafood, tie-dye, kerupuk, apa saja. Karena katanya kalau sungai sudah siap bisa dijadikan ekowisata,” harapnya.

Perut

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button