Melihat edukasi wisata kebun Pak Agus mencapai pendapatan puluhan juta dan berharap kaderisasi petani terus berlanjut - WisataHits
Jawa Timur

Melihat edukasi wisata kebun Pak Agus mencapai pendapatan puluhan juta dan berharap kaderisasi petani terus berlanjut

Milenial yang ingin menjadi petani tak perlu ragu. Jika ditanggapi dengan serius, pundi-pundi rupiah pasti akan mengalir. Seperti yang dialami Agus Basuki.

ULIL MUAWANAH, Balikpapan

[email protected]

Lahan seluas 10,5 hektar ini sudah dibangun sejak tahun 2010. Keanekaragaman sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan tidak hanya dipasok ke pasar tradisional, tetapi telah menjadi pemasok barang-barang lokal di pasar modern.

“Menjadi petani yang terikat, karena petani adalah pengelola, perencana, pengelola, anggota organisasi. Sambil berlari, dia juga mengevaluasi hasil usahanya,” kata Agus Basuki saat ditemui akhir pekan lalu, Minggu (2/10), usai mengajak puluhan anak berkunjung untuk memetik bibit cabai di kebunnya dan menanam.

Rumah Agus hanya beberapa meter dari taman. Ia menghabiskan sebagian besar kesehariannya di area terbuka di kawasan Karang Joang, Balikpapan Utara. Terik matahari tidak menghalanginya. Penuh dedikasi, sejak 2007 merintis dinas, ayah dua anak ini memutuskan menjadi petani.

Agus adalah anak seorang petani yang mengakar. Tumbuh dan berkembang dengan kebiasaan yang sama. Asli lahir di kota minyak, dari tujuh bersaudara, hanya Agus yang melanjutkan bidang pertanian ini. Kecintaan terhadap dunia pertanian tumbuh secara alami, tanpa paksaan.

Demi mewujudkan mimpinya, Agus pun memutuskan untuk kuliah di Sekolah Vokasi Pertanian di Samarinda, setelah itu ia pindah ke Sekolah Tinggi Fakultas Pertanian di Jember, Jawa Timur. Setelah lulus pada tahun 1992, ia mencari pengalaman kerja di sebuah perusahaan benih dan melakukan perjalanan ke berbagai daerah.

“Bahkan saat kecil saya sangat ingin menjadi petani. SMA agar mereka siap kembali ke tanah air untuk mengembangkan pertanian. Dan bagaimana saya bisa menggerakkan masyarakat sekitar agar setelah memiliki pengalaman bekerja di luar rumah saya kembali ke Balikpapan pada tahun 2007 untuk memulai Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan Tani Makmur,” ujar Duta Tani Andalan (DPA) Kaltim.

Anggotanya di desa Karang Joang berjumlah lebih dari 1.800 petani. Berkat berbagai inovasi dan upayanya, ia dua kali diundang ke Istana Negara mewakili Pertanian Kaltim, pada 2011 di bawah Susilo Bambang (SBY) dan pada 2015 di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi).

Dulu, orang tua Agus adalah petani padi. Karena kondisi tanah yang tidak memungkinkan dan keuntungan yang tidak seimbang, Agus memutuskan untuk menanam sayuran dan buah-buahan. Sayuran cabai, sawi, sawi, kacang hijau, udang dan masih banyak lagi. Berbagai jenis buah-buahan seperti alpukat, lengkeng, rambutan, duku, cempedak, durian, lai hingga jambu kristal.

Hasil utama kebun Pak Agus adalah Pepaya Mini Balikpapan (Miba), dimana beliau mendirikan Paguyuban Petani Pepaya Balikpapan pada tahun 2012. Kemudian bahan baku dominan lainnya yaitu cabai dan tomat.

Agus mengaku menerima hingga Rp 180 juta dari 1 hektare tanaman cabai dalam satu musim tanam atau enam bulan. Pepaya menghasilkan 3 ton setiap minggu dengan harga jual 5.000 rupee per kg. Rata-rata, ia mendapat 15 juta rupee per bulan dari pepaya untuk keuntungan bersih. Sedangkan cabai yang dipanen 700 kg, dengan harga Rp 40.000 per kg.

Selama 7 tahun, Agus juga menjadi pemasok khusus buah lokal di pasar modern seperti Hypermart, Foodmart dan Lotte. “Secara persentase, daya serap pasar modern hanya 30 persen dan 70 persen tetap di pasar tradisional,” katanya.

Berbicara potensi, daerah Karang Joang, kata Agus, mampu menghasilkan berbagai komoditas. Dari enam kecamatan di Balikpapan Utara, Karang Joang memiliki lahan pertanian terluas setelah wilayah Teritip di Balikpapan Timur.

Karang Joang adalah rumah bagi perkebunan seperti karet, peternakan sapi dan unggas, ikan lele nila dan ikan mas, makanan dan sayuran singkong, jagung manis, buncis dan cabai. “Di Balikpapan Utara sebenarnya masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan yang memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan,” ujarnya.

Dulu, Agus hanya fokus pada produksi, namun saat ini semakin banyak orang yang datang mengunjungi kebunnya. Oleh karena itu, diputuskan bahwa Taman Pak Agus harus dibuka sebagai pendidikan pariwisata sejak tahun 2015. Meski telah didukung 11 mitra untuk mengembangkan peternakan, ia mengaku masih terbebani dengan terbatasnya jumlah prospek peternakan.

MILLENIUM PETANI

Ada yang menggambarkan profesi petani sebagai orang yang bekerja di ladang, dengan kulit gelap dan pakaian lusuh. Padahal, profesi petani bukan sekadar pahlawan pangan, tidak boleh dianggap remeh.

Karena selama periode Pagebluk, selama dua tahun, petani sebenarnya masih menerima pendapatan tetap. Di tingkat nasional, sektor pertanian menjadi lebih produktif, bahkan dibandingkan dengan sektor pertambangan, industri, terutama pariwisata, yang gulung tikar.

Agus mengatakan kegiatan usahatani yang dikelola dengan baik dan terencana akan memberikan efek pendapatan yang tidak kalah dengan sektor lainnya. Apalagi dengan perkembangan Ibu Kota Negara (IKN), Balikpapan yang menjadi buffer zone semakin ramai dengan pendatang, permintaan dan konsumsi meningkat.

Ini merupakan peluang bagi pertanian untuk lebih berinovasi. Namun di satu sisi, diakui sektor pertanian sedang mengalami krisis regenerasi sumber daya manusia (SDM) bagi petani muda. “Dilihat dari usia, rata-rata petani berusia di atas 50 tahun dan produktivitasnya mulai turun,” katanya.

Selain itu, jika dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar petani tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan juga tidak di bawah SMA/SMK/MA. Jadi, dengan teknologi saat ini, terjadi keterlambatan akses dan proses transfer teknologi.

Oleh karena itu penting bagi orang tua dan sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk mengajak anak atau mengenalkan mereka pada pertanian sejak dini. Seperti mengunjungi pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan di sekitar tempat tinggal/kota. Menanam benih cinta dan rasa ingin tahu bagi petani.

Perkenalan minimal. Spesies tanaman diperkenalkan sejak dini. Karena sebelum mencintai, perlu ada proses. Hal ini diharapkan dapat mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk berkunjung.

Walaupun tidak menjadi petani, setidaknya Anda bisa mendapatkan gambaran bagaimana memanfaatkan lingkungan dan pertanian Anda untuk kebutuhan Anda sendiri. Untung hasil panennya bisa dijual, menjadi sumber pendapatan tambahan bagi rumah tangga. “Dunia pertanian perlu diperkenalkan sejak dini. Agar petani milenial bisa tumbuh dan berkembang di daerahnya masing-masing,” ujarnya. (ndu/k15)

Source: kaltim.prokal.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button