Mbah Parini Penjaga Konservasi Pohon Durian di Kaligono - WisataHits
Yogyakarta

Mbah Parini Penjaga Konservasi Pohon Durian di Kaligono

Mbah Parini Penjaga Konservasi Pohon Durian di Kaligono

tanpa judul

Krjogja.com – PURWOREJO – Kisah inspiratif ini mengisahkan seorang wanita tua bernama Mbah Parini yang tinggal di Dusun Sawahan, Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Nenek berusia 87 tahun itu dengan setia merawat pohon durian raksasa warisan nenek moyangnya.

Atas kesetiaannya, Parini mengaku tidak akan menjual pohon yang tumbuh di Alas Sipentung Kaligono itu kepada siapapun dengan harga berapa pun. “Kalau mau beli buahnya saja biar pohon durian tetap lestari,” katanya kepada KRJOGJA.com yang ditemui di Kaligono, Kamis (26/1).

Parini juga berencana mewariskan pohon durian kepada anak cucunya. Pesan beliau hanya satu, yaitu menjaga pohon dengan diameter akar dua meter dan tinggi 30 meter itu setiap saat dan mewariskannya ke generasi berikutnya. “Pesan leluhur saya, jagalah pohon durian selamanya,” katanya.

Pohon durian lokal memang spesies super. Menurut Parini, durian yang dihasilkan memiliki rasa perpaduan pahit dan manis dengan daging buah yang tebal dan tidak pernah berubah setiap tahunnya. Pohon yang dikenal warga sekitar sebagai Duren Ijo itu menjadi sumber penghasilan tetap keluarga itu sepanjang tahun. “Sejak kecil saya sudah untung dari berjualan buah durian. Banyak orang yang mencari Duren Ijo,” katanya.

Durian disebut Duren Ijo karena kulitnya yang hijau berduri. “Hanya kulitnya saja yang berwarna hijau, tapi rasanya dijamin asli, manis dan sedikit pahit,” ujarnya. Pohon durian mampu menghasilkan buah yang luar biasa, bisa menghasilkan 300-500 biji per musim panen. Jika harga sebuah durian Rp 50.000, Parini akan mendapat penghasilan kotor Rp 15 juta – Rp 25 juta per musim panen.

Parini mengatakan pohon itu tumbuh tinggi dan produktif bahkan ketika dia masih kecil. Menurutnya, pohon itu ditanam oleh almarhum kakek buyutnya. Parini mendengar cerita itu dari cerita mendiang kakeknya yang bernama Sowijoyo. “Ketika saya masih kecil, kakek saya mengatakan kepada saya bahwa ayahnya atau kakek buyut saya, Reso Sumito, yang menanam pohon itu,” katanya.

Tidak jelas tahun berapa pohon itu ditanam, tapi Parini mengatakan sudah dipastikan jauh sebelum Indonesia merdeka. “Mungkin 200 tahun karena Simbah bilang waktu kecil pohonnya tumbuh besar dan berbuah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kaligono, Suroto mengatakan, pohon durian raksasa milik Parini bukan satu-satunya. Beberapa pohon durian besar tumbuh di hutan desa Kaligono. “Ada beberapa misalnya Saliyo yang diameternya juga sekitar 2 meter dan tingginya 30 meter,” ujarnya.

Menurutnya, keberadaan pohon durian raksasa menjadi daya tarik wisata bagi desa tersebut. Bahkan, pemerintah desa berencana mengembangkan wisata dengan pohon durian raksasa sebagai salah satu potensi terbesarnya. “Salah satu opsinya adalah menyusun paket wisata menunggu durian jatuh ke hutan,” jelasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button