Kunjungi gereja-gereja megah dengan arsitektur Eropa - WisataHits
Jawa Tengah

Kunjungi gereja-gereja megah dengan arsitektur Eropa

JAKARTA – Ada berbagai tempat wisata religi di Indonesia. Setiap pemeluk suatu agama biasanya mengunjungi destinasi wisata religi untuk beribadah dan berwisata. Bagi umat Kristiani, pergi ke gereja tentu saja merupakan hal yang wajib dan tidak boleh dilewatkan dalam rangka menjalankan ibadah.

Setiap gereja juga memiliki arsitektur yang berbeda. Karena karakteristik, pengaruh, pola desain, dan gaya arsitekturnya, tidak heran jika banyak gereja yang memiliki arsitektur unik yang lama kelamaan menjadi tujuan wisata religi.

Sekarang,Berikut beberapa gereja dengan arsitektur unik di Indonesia yang bisa Anda gunakan sebagai referensi wisata religi Anda, dilansir dari berbagai sumber:

Gereja Katedral, Jakarta

Salah satu gereja dengan arsitektur unik di Indonesia yang sangat populer adalah Gereja Katedral di Jakarta. Anda bisa mengunjungi gereja ini di Jalan Katedral No. Kunjungi 7B, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Gereja Katedral Jakarta memiliki nama resmi Gereja Santa Maria Pelindung Asumsi. Gereja katedral ditahbiskan pada tahun 1901. Jika Anda berkunjung ke gereja ini, Anda akan dimanjakan dengan keunikan arsitektur bangunannya.

Layaknya katedral di Eropa, Gereja Katedral di Jakarta memiliki tiga menara dengan desain berbeda di setiap menaranya. Kedua menara itu tingginya sekitar 60 meter di bagian depan.

Bagian kanan disebut Menara Gading, melambangkan kesucian Perawan Maria, dan bagian kiri disebut Benteng Daud, melambangkan kekuasaan raja dalam melindungi rakyatnya. Menara ketiga setinggi 45 meter dan terletak di atas altar utama gereja yang disebut Angelus Dei atau Malaikat Tuhan.

Di Eropa, bangunan neo-Gotik sebagian besar terbuat dari batu. Di Jakarta, Dijkman, seorang pendeta Yesuit yang merancang gereja katedral, menggunakan keterampilan pengrajin lokal, menggunakan batu bata berukuran 20 x 40 cm dengan kayu dan atap sirap, yang kemudian diubah menjadi tembaga untuk mencegah kebocoran. Konstruksinya terbuat dari batu bata tebal dengan plesteran dan disusun dengan pola seperti batu alam.

Saat berkunjung ke Jakarta, tidak ada salahnya untuk mampir ke Gereja Katedral yang juga terletak di dekat Masjid Istiqlal.

Gereja Hati Kudus Malang

Malang dikenal dengan nuansanya warisan yang muncul dari banyaknya bangunan bergaya antik yang bercokol di sana. Salah satunya adalah gereja untuk umat Katolik yaitu Herz-Jesu-Kirche atau disebut juga gereja tangan kayu.

Gereja dengan arsitektur unik di Indonesia ini bisa Anda kunjungi saat berkunjung ke Malang. Gereja Hati Kudus Yesus didirikan berkat kemurahan hati Monseigneur Edmundus Sybrandus Luypen, Vikaris Apostolik Batavia. Gereja ini kemudian dirancang oleh Marius J. Hulswit, arsitek terkenal Hindia Belanda, pada tahun 1905.

Sampai saat ini, Gereja Hati Kudus Yesus masih berdiri kokoh dan menjulang tinggi. Bangunan gereja tidak mengalami perubahan sejak didirikan hingga saat ini. Bentuk bangunan dan gaya arsitekturnya tetap sama seperti saat pertama kali didirikan.

Interior gereja yang indah akan membuat Anda betah mengikuti berbagai Misa, terutama Misa Minggu. Gereja yang satu ini dibangun dengan gaya neo-gotik dan sistem kubah yang memiliki menara dengan bentuk kerucut dan tinggi yang superior.

Rentang kaca juga terlihat cantik dengan desain menarik yang ditawarkannya. Menurut beberapa sumber, bentuk gapura runcing gereja ini juga dipengaruhi oleh unsur arsitektur Islam.

Gereja Merah, Kediri

Pasti sebagian dari Anda khususnya umat Kristiani mengetahui tentang Gereja Merah di Kediri. Gereja Merah Immanuel atau Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) yang terletak di Jalan KDP Slamet No. 43, Kediri bukan hanya tempat ibadah, tapi juga sudah menjadi warisan budaya nasional.

Seperti namanya, Gereja Merah didominasi oleh warna merah yang khas. Gereja Merah yang dibangun pada 21 Desember 1904 ini awalnya berwarna putih. Namun, pada tahun 1969 warnanya diubah menjadi merah dan tetap ada hingga saat ini.

Perubahan warna ini tidak mengubah bangunan gereja yang dibangun oleh JA Broers, seorang pendeta Belanda yang diutus ke Kota Kediri untuk mengajar agama Kristen Protestan. Pada tahun 1948 gereja ini diserahkan kepada pejabat gereja setempat oleh pemerintah Belanda.

Selain benda antik yang merupakan peninggalan pengurus gereja masa lalu, juga terdapat nilai sejarah yang dimuliakan di Gereja Merah hingga saat ini, yaitu Kitab Injil Belanda yang ditulis pada bulan September 1867.

Alkitab ini bahkan lebih tua dari gedung gereja. Karena itu, Alkitab disimpan dalam kotak kaca dan jemaat tidak boleh menyentuhnya. Beberapa bagian juga retak dimakan usia.

Gereja Kepanjen, Surabaya

Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau biasa dikenal dengan Gereja Kepanjen merupakan sebuah bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 19 Agustus 1899 oleh Pendeta Van Santen SJ. Konsep bangunannya berasal dari seorang arsitek Semarang bernama W. Westmaas. Gereja ini juga dibangun dengan gaya neo-Gothic, yaitu gaya arsitektur Eropa dengan ciri khas ruang melengkung.

Tiang dan kuda adalah satu. Atapnya membentuk kubah disertai tiang-tiang tinggi. Dilihat dari atas, bangunan ini berbentuk salib.

Pada tanggal 5 Agustus 1900 gereja ini resmi berdiri dan diberkati oleh Monseigneur Edmundus Sybrandus Luypen. Gereja ini awalnya bernama Onze Lieve Vrouw Geboorte Kerk. Namun pada tahun 1945 kemegahan gereja tersebut musnah dilalap api. Penyebab kebakaran belum diketahui secara pasti. Atap gereja hancur dan ukiran kaca indah yang dulu menghiasi dinding gereja sudah tidak ada lagi.

Pada tahun 1950 gereja direnovasi besar-besaran oleh Pastor Bastiaansen. Struktur bangunannya tetap tidak berubah, hanya kacanya yang polos, tidak ada ukiran lagi. Bangku yang digunakan untuk beribadah awalnya diukir dan dibuat halus.

Juga pada tahun 1950 nama Onze Lieve Vrouw Geboorte Kerk diubah menjadi Gereja Kelahiran Perawan Maria atau Kepanjen. Beberapa ornamen dan desain kaca lubang jarum iluminasi telah diubah. Turret depan telah dilepas. Bentuk menara Gereja Kepanjen yang sekarang ini merupakan hasil renovasi pada tahun 1996.

Gaya bangunan gereja yang unik ini sering menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung ke Kota Pahlawan. Di gereja tua ini Anda sering melihat pasangan muda merayakan pernikahan. untuk menyiarkan hari ValentineMisalnya, pasangan yang memiliki kisah cinta sering merayakannya di sini.

Gereja Kepanjen menampilkan arsitektur keren dengan desain yang unik Instagramable. Tak heran Gereja Kepanjen kerap dipilih sebagai lokasi shooting foto.

Gereja Blenduk, Semarang

Gereja Blenduk adalah salah satu gereja dengan arsitektur unik di Semarang. Gereja Blenduk adalah salah satunya Fitur tamasya di Kota tua. Berbeda dengan bangunan lain di Kota Lama yang umumnya berderet di pinggir jalan dan tidak menonjolkan bentuknya, bangunan bergaya neoklasik ini justru tampil kontras dengan bentuknya yang lebih menonjol.

Bangunan gereja saat ini terbagi secara vertikal menjadi tiga bagian dengan dua lantai. Gereja ini masih digunakan untuk kebaktian setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat beberapa bangunan kolonial Belanda lainnya seperti gedung Marba. Bangunan tua ini juga sering menjadi tempat pemotretan disukai.

Nama Gereja Blenduk diambil dari bentuk kubahnya yang disebut “Blenduk” atau menggelembung dalam bahasa Jawa. Hingga saat ini, nama asli gereja ini masih belum diketahui. Gereja Blenduk telah mengalami beberapa tahap renovasi yang telah dilalui hingga saat ini dan diuraikan sebagai berikut;

Fase pertama: Gereja Blenduk pertama kali dibangun pada tahun 1740. Namun baru pada tahun 1753 Gereja Blenduk digunakan untuk kebaktian. Gereja Blenduk awalnya berarsitektur khas Jawa berupa panggung serta konsep bangunan atapnya.

Fase Kedua : Fase kedua Gereja Blenduk, lebih tepatnya tahun 1787. Pada fase ini arsitektur Gereja Blenduk berupa rumah panggung Jawa, pada tahun ini direvisi habis-habisan.

Tahap Ketiga: Tahap ketiga Gereja Blenduk adalah tahun 1894. Tahun ini menandai dimulainya pendirian dua menara di Gereja Blenduk.

Fase Keempat: Pada masa penjajahan Jepang, Gereja Blenduk berubah fungsi dan kegunaannya dari tempat ibadah semula menjadi gudang senjata.

Tahap Kelima : Pada tahun 1948 Gereja Blenduk berganti pelayanan menjadi dibawah GPIB Immanuel.

Setiap renovasi dari fase-fase ini didokumentasikan pada sebuah batu pualam yang dipasang di bawah altar Gereja Blenduk. Renovasi tersebut tidak mengubah karakteristik bangunan yang mengadopsi gaya arsitektur klasik Eropa yang elegan dan aristokrat.

Gereja Blenduk berbentuk segi delapan atau denah segi delapan beraturan dengan balai utama di tengahnya, tepat di bawah kubah. Sampai di dalam gereja, lebih tepatnya di balkon, masih ada organ peninggalan zaman Belanda yang berumur ratusan tahun. Sayangnya, organ ini tidak bisa lagi berfungsi sebagai organ pengiring saat jemaat bernyanyi.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button