Kunjungan ke taman wisata Edelweis di Tosari - WisataHits
Jawa Timur

Kunjungan ke taman wisata Edelweis di Tosari

Kunjungan ke taman wisata Edelweis di Tosari

Voucher belanja bahan makanan melalui QRIS dikeluarkan oleh pengunjung Taman Wisata Edelweiss.

Tak ada lagi wisata singgah, jumlah kunjungan mencapai 38.836 orang
Kota Malang, Bhirawa

Bukan lagi stasiun jalan raya, Taman Wisata Edelweis di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan sudah menjadi tujuan wisata. Terbukti pada tahun 2022 kunjungan ke Taman Edelweis mencapai 38.836 orang. Padahal tahun 2021 hanya 19.000 orang.
Sejak didirikan pada tahun 2018, Taman Wisata Edelweis telah mengalami banyak perubahan dan pertumbuhan yang luar biasa. Saat ini sudah ada pasar wisata sehingga wisatawan memiliki pilihan kunjungan selain destinasi utama Taman Wisata Edelweis.
“Dulu hanya tempat persinggahan wisatawan yang akan ke Gunung Bromo. Tapi sekarang sudah jadi tujuan wisata,” kata Teguh Wibowo, Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang, Desa Wisata Edelweis Wonokitri.
Awalnya, keberadaan taman edelweis ini didasari oleh kebutuhan masyarakat akan bunga edelweis. Bunga ini merupakan bunga keramat bagi masyarakat Tengger untuk menghormati leluhurnya, digunakan dalam upacara keagamaan.
“Keberadaan taman edelweis ini merupakan salah satu solusi agar kegiatan keagamaan dapat terus berlangsung tanpa mengancam kepunahan bunga edelweis,” ujarnya.
Teguh yang disebut bunga Edelweiss disebut Kembang Tana Layu oleh masyarakat Tengger karena kondisi fisik bunga ini tidak mudah layu dan dapat bertahan 5 sampai 10 tahun. Bahkan, tidak berlebihan bila Edelweiss diidentikkan sebagai bunga abadi dan bunga cinta.
Pihaknya saat ini sudah mendapat persetujuan resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk budidaya. Bahkan satu-satunya untuk florikultur Edelweiss.
Bagi masyarakat Tengger yang membutuhkan bunga untuk kebaktian, mereka melakukannya secara gratis. Pengunjung bisa membawa pulang oleh-oleh Edelweis dengan harga mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 150.000.
Akses menuju Taman Edelweis cukup mudah karena taman ini memiliki luas 1.196 meter persegi. Pengelola menjual voucher masuk dengan harga Rp 10.000 per orang sudah termasuk welcome drink. Bagi yang ingin mengenyam pendidikan, vouchernya Rp 25.000. Anda akan mendapat informasi dari pemandu tentang kekhasan edelweis, mulai dari pembibitan hingga panen.
Ada tiga spesies Edelwais yaitu Anaphalis Javanica, Anaphalis Visida dan Anaphalis Longifolia yang dibudidayakan.
Anaphalis javanica telah ditetapkan sebagai tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.92/MenLHKSETJEN/KUM.1/8/2018 mengubah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MenLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Taman Edelweiss melanjutkan Teguh dan mendorong kegiatan ekonomi baru bagi anggota Kelompok Tani Hulun Hyang dan masyarakat desa Wonokitri. Keberadaannya semakin populer dan ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah, terutama di akhir pekan.
Pada tahun 2022, omzet kantin saja mencapai Rp 443.000.000, yang akan dibayar pengunjung secara cashless (QRIS). Bahkan 30 persen pengunjung membayar voucher dengan QRIS.
Bersama 26 kelompok tani dari Hulun Hyang, mereka merasakan manfaatnya secara langsung. Namun, katanya Taman Edelweiss ada dan berkembang pesat berkat campur tangan BI Malang.
“Kami patut berterima kasih kepada BI Malang, kami berharap dapat terus didukung dalam pembangunan Desa Edelweis,” lanjutnya.
Samsun Hadi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, menjelaskan KPw BI Malang mendukung program sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa promosi pengembangan pariwisata bagi Kelompok Tani Hulun Hyang.
Samsun memuji pengelolaan Taman Edelwaeis karena dilakukan secara profesional dan semua anggota kini menikmati hasilnya. “Ini sangat bagus, pemasukan besar dari kafe dan oleh-oleh mencapai ratusan juta, bahkan sekarang sudah bisa memberikan uang tunai ke desa,” ujarnya.
Taman Wisata Edelweiss saat ini telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti gapura selamat datang, loket karcis, TK Edelweiss, toilet, mushola, vantage point dan café, serta spot foto bagi pengunjung.
“Kami juga bekerjasama dengan Politeknik Negeri Malang dan Universitas Merdeka Malang, khususnya untuk pengembangan capacity building anggota Kelompok Tani Hulun Hyang terkait pengelolaan wisata, mulai dari pengelolaan souvenir, spot foto hingga kafe yang lebih modern,” imbuhnya.
Saat ini, pihaknya masih mengawal apa saja yang dibutuhkan untuk pengembangan dan kebutuhan taman ini. “Saya kira potensi ini masih bisa dikembangkan. Dan kami akan membantu setiap lapa yang dibutuhkan di taman ini,” pungkasnya. [Muhamad Taufik]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button