Kethak, jajanan langka dari Bantul, ini dia resep pembuatnya - WisataHits
Yogyakarta

Kethak, jajanan langka dari Bantul, ini dia resep pembuatnya

Harianjogja.com, BANTUL — Masyarakat Bantul dan sekitarnya mungkin sudah tidak asing lagi dengan jajanan yang disebut kethak, meski saat ini jajanan berbahan dasar santan sudah jarang ditemukan di pasaran.

Salah satu pembuat kethak yang masih eksis berada di Dusun Mangiran, Kecamatan Trimurti, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul.

Sulastri yang masih melestarikan pembuatan jajanan kethak. Sejak tahun 1980-an, nenek berusia 65 tahun itu masih setia membuat kethak dan menjualnya di beberapa pasar di kawasan Srandakan, namun ada juga yang datang untuk membelinya dari rumahnya.

DIDUKUNG: Dilarang Parkir di Jalan Gambiran Jogja yang sempit

Ia tetap membuat Kethak karena masih menjalankan bisnis Virgin Coconut Oil (VCO) yang sudah turun temurun.

Menyiapkan kethak, kata Sulastri, cukup sederhana. Gunakan hanya bagian bawah santan. Pertama kelapa dibelah, lalu dicuci dan direndam selama sehari. Kemudian kelapa yang telah direndam dan dicincang diparut. Kelapa parut diperas dan diambil santannya.

BACA JUGA: Bingung mencari tempat untuk quality time? Artotel Yogyakarta punya jawabannya

Santan kemudian dipanaskan dengan api dalam tong. Dihapus setelah 2-3 jam dan ditempatkan di mesin filter. Cairan yang disaring kemudian menjadi minyak kepala murni. Sedangkan ampasnya digunakan untuk membuat kethak.

“Proses pembuatannya seperti membuat berlian. Jadi pertama, gula merah dipanaskan dalam wajan besar sampai cair. Lanjut kethak [ampas santan kepala yang sudah terpisah dari minyak] tambahkan ke dalam panci dan aduk selama empat jam. Tidak bisa berhenti mengaduk, nanti terbakar,” kata Sulastri saat ditemui di rumah produksinya, Jumat (9/9/2022).

Setelah adonan matang kethak kemudian diangkat dan didinginkan. Kemudian dibentuk menjadi potongan-potongan kecil dalam plastik dan siap untuk dijual. Sekilas terasa seperti berlian, namun tidak kenyal dan lembut saat digigit, serta memiliki rasa gurih.

Menurut Sulastri, 47-50 kilogram minyak kelapa dan 27 kilogram dapat dihasilkan dari 500 biji kelapa kethak. Dari 27 kilogram kethak itu menghasilkan 1.500 butir kethak siap untuk dikonsumsi. Harganya Rp 1.000 per biji atau Rp 10.000 per 11 biji. kethak Kemudian ia menjualnya di pasar sekitar Srandakan, namun banyak juga yang datang ke rumahnya untuk membelinya.

kethak itu camilan seperti berlian. Tapi sekarang sudah jarang ditemukan. Mungkin saya satu-satunya di sini yang bisa melakukannya,” katanya.

Dalam sehari dia bisa menghasilkan 1.500 biji Kethak dari 27 kilogram kethak.

Selain menjual minyak dan kethak, ampas kelapa sebanyak 500 butir kelapa juga dijual dengan harga Rp 80.000 bahkan batok kelapa dijual dengan harga Rp 20.000 untuk dijadikan berbagai oleh-oleh.

Saat ditanya soal omzet harian, Sulastri menolak menyebutkannya. Namun, rendemen minyak kepala dijual dengan harga Rp 22.000 per liter dan Getak dengan harga Rp 1.000 per biji dari total 1.500 biji per hari. Adapun resepnya sudah turun temurun: “Awalnya kakak saya yang melakukan bisnis ini, kemudian saya bergabung sejak usia 20 tahun,” katanya.

Ia pun berharap anaknya bisa melanjutkan usahanya.

Untuk bahan dasar kelapa sendiri, Sulastri mengaku tidak sulit. Selama ini dia sudah menerima kiriman kelapa dari wilayah DIY dan Jawa Tengah. (Ujang Hasanuddin)

Source: wisata.harianjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button