Kemenparekraf Tetapkan Tujuh Desa Dengan Konsep Green Tourism, Berikut Profilnya - WisataHits
Jawa Tengah

Kemenparekraf Tetapkan Tujuh Desa Dengan Konsep Green Tourism, Berikut Profilnya

IWIP mempercepat pengembangan taman bisnis komponen baterai kendaraan listrik

Desa Panglipuran Bali Rabu 13 Juli 2022 | 12:35 WIB

Reporter: Azis Husaini Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah menginisiasi pengembangan desa liburan dengan mengacu pada konsep pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism.

Mengutip situs www.kemenparekraf.go.id, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik bagi masyarakat lokal maupun bagi wisatawan.

Kemenparekraf/Baparekraf memberlakukan pedoman dalam pengembangan destinasi wisata berkelanjutan, yang terdiri dari empat kategori, yaitu pengelolaan pariwisata berkelanjutan, eksploitasi ekonomi bagi masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung, dan perlindungan lingkungan.

Di antara ribuan desa wisata di Indonesia, berikut tujuh desa wisata yang bisa menjadi contoh keberhasilan konsep pariwisata berkelanjutan:

Desa Pujon Kidul (Malang)

Desa wisata ini terletak di Kecamatan Pujon, sekitar 30 km dari pusat kota Malang. Lokasinya berada di dataran tinggi sehingga memiliki lingkungan yang sejuk namun asri.

Desa Pujon Kidul mengandalkan pelestarian alam sebagai konsep pariwisata berkelanjutan yang ditawarkan kepada wisatawan, terutama di sektor pertanian dan peternakan. Beberapa tempat wisata yang bisa dilakukan di Desa Pujon Kidul antara lain menanam sayuran, memetik sayuran dan memerah susu sapi.

Desa Pentingsari (Yogyakarta)

Desa Wisata Pentingsari dikenal secara internasional sebagai salah satu desa wisata dengan penghargaan yang tak terhitung. Menariknya, Desa Pentingsari menjadi salah satu dari 100 destinasi wisata berkelanjutan versi Global Green Destinations Days (GGDD).

Desa Wisata Pentingsari tergolong desa wisata dengan konsep pariwisata berkelanjutan dalam kategori perlindungan lingkungan. Kehidupan sehari-hari masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam menjadi daya tarik utama desa liburan ini. Seperti membajak sawah, menanam padi, menangkap ikan dan belajar membuat tempe, bisa kita coba di desa Pentingsari.

Desa Ponggok (Klaten)

Potensi alam Desa Ponggok berasal dari 5 sumber. Sebelumnya, air yang melimpah hanya digunakan untuk mengairi sawah dan perkebunan. Namun kini masyarakat memanfaatkan mata air tersebut sebagai tujuan wisata.

Unggulan Desa Ponggok adalah Umbul Ponggok yang sempat viral beberapa tahun lalu. Di sini wisatawan bisa berenang, snorkeling, menyelam dan selfie di bawah air. Selain Umbul Ponggok, ada 4 mata air menarik lainnya yaitu Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Kapiller dan Umbul Cokro.

Menariknya, dengan memanfaatkan potensi alamnya, desa Ponggok menjadi salah satu desa terkaya di Indonesia dengan pendapatan desa 14 miliar rupiah per tahun.

Desa Kete Kesu (Toraja)

Kete Kesu merupakan desa adat yang mengusung konsep pariwisata berkelanjutan dalam kategori pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung. Tempat wisata Desa Kete Kesu yang paling terkenal adalah upacara adat Rambu Solo dan makam di puncak tebing yang diperkirakan berusia 500 tahun.

Selain itu, wisatawan juga bisa melihat rumah adat Tongkonan yang berjejer rapi di Desa Kete Kesu. Konon rumah adat ini berusia lebih dari 300 tahun. Selain peninggalan sejarah, desa ini juga dikenal sebagai penghasil segala sesuatu mulai dari ukiran hingga lukisan.

Desa Penglipuran (Bali)

Selain Desa Pentingsari, Desa Penglipuran juga masuk dalam 100 Besar Destinasi Berkelanjutan versi GGDD. Bahkan, desa wisata di Bangli, Bali ini dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.

Kesadaran pelestarian lingkungan di Desa Penglipuran muncul dari aturan kebiasaan desa. Salah satu aturan yang menarik adalah larangan menggunakan kendaraan bermotor di wilayah desa. Tujuannya agar udara di Desa Penglipuran tetap bersih sebagai bentuk perlindungan lingkungan.

Selain itu, penataan ruang desa Penglipuran juga diatur dalam aturan adat nasional, yaitu konsep tri-mandala. Tata letak tradisional ini membuat Desa Penglipuran terlihat lebih rapi dan teratur.

Desa Blekok (Situbondo)

Terpilih sebagai finalis Indonesia Tourism Village Award 2021 (ADWI), nama Kampung Blekok semakin ramai diperbincangkan. Desa wisata ini tidak hanya menjadi rumah bagi warga, tetapi juga menjadi tuan rumah berbagai jenis tanaman bakau dan ribuan burung.

Dengan tujuan melestarikan burung blekok yang terancam punah, masyarakat setempat mendirikan suaka burung di desa wisata ini. Wisatawan yang berkunjung ke desa ini dapat mengikuti kegiatan penangkaran, memberi makan burung dan merawat burung yang sakit.

Desa Umbulharjo (Yogyakarta)

Dalam pengembangan desa wisata, peran generasi muda kreatif menjadi salah satu kunci keberhasilan. Hal ini terlihat di Desa Umbulharjo, Yogyakarta. Sebuah ide kreatif lahir dari ketakutan para pemuda desa terhadap irigasi yang tampak kumuh.

Inovasi yang diberikan adalah menjadikan irigasi desa menjadi tempat budidaya ikan nila. Budidaya ikan nila di saluran irigasi tidak hanya bermanfaat untuk ketahanan pangan, tetapi juga menjadi salah satu tempat wisata di desa Umbulharjo dan viral di media sosial.

Inilah tujuh desa wisata yang berhasil dikembangkan dengan menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan. Harapannya, desa wisata ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak desa wisata lain di Indonesia untuk terus berinovasi dalam pariwisata berkelanjutan.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: jelajahekonomi.kontan.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button