Kecuali masyarakat diuntungkan, pengembangan pariwisata di Pangandaran akan sulit tercapai - WisataHits
Yogyakarta

Kecuali masyarakat diuntungkan, pengembangan pariwisata di Pangandaran akan sulit tercapai

KICAUNEWS.COM – Secara resmi, pemekaran dan pembentukan pemerintahan Kabupaten Pangandaran telah berlangsung lebih dari 7 tahun hingga saat ini. Sedangkan anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan bantuan kesejahteraan masyarakat berdasarkan APBD saja sudah lebih dari 10 triliun.

Namun hasil yang diperoleh baik dari segi keadaan umum perekonomian masyarakat dan pembangunan fisik yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang pariwisata, dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya pemerintahan ini. Hampir adil untuk mengatakan bahwa kemajuannya tidak terlalu signifikan. Meski namanya potensi Kab. Pangandaran, dalam pariwisata nasional sejak dulu berada di urutan kedua setelah Bali.

Namun, perkembangan terakhir minat masyarakat terhadap pariwisata di kabupaten tersebut. Pangandaran, kini posisinya ambruk. Jauh di bawah Bunaken Manado, Lombok Labuhan Bajo, Jogja, bahkan kalah dari Subang.

Hal ini terjadi karena pemerintah kabupaten tidak memiliki strategi yang tepat untuk mengembangkan pariwisata. Karena masyarakat dianggap tidak memberikan keuntungan yang berarti.

Contoh paling nyata adalah ketika beberapa waktu lalu di media sosial obrolan Hotman Faris yang dianggap dewa oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil viral, mereka membahas dan merencanakan pengembangan pariwisata melalui program dan promosi pariwisata.

Namun tak lama kemudian, menjadi ancaman dari BERBAGAI ormas Islam yang langsung memprotesnya.

Mengapa ini terjadi, apakah ini hanya persiapan agama, apakah itu benar-benar hanya masalah maksiat dan alkohol yang mereka takuti? Saya pikir itu hanya pemicu yang muncul dari masalah nyata yang dia sembunyikan dalam perasaan terdalamnya, karena mudah ketika pariwisata ramai, sedangkan mereka yang memiliki tempat hiburan atau restoran atau fasilitas wisata lainnya memiliki masalah komunitas.

Sementara orang-orang memilih tempat ini meskipun mereka tidak menyukainya atau merasa tidak setuju dengan penjualan alkohol dan tidak ingin tempat itu digunakan untuk amoralitas, mungkin ini masalah sederhana.

Lain halnya bila wisatawan menggunakan yang memiliki hotel, restoran dan fasilitas wisata bagi masyarakat di luar Pangandaran, yaitu investor dari Cilacap, Jakarta, dari Bandung dan Yogyakarta, Magelang.

Sementara orang-orang Pangandaran hanya menonton, atau hanya beberapa orang Pangandaran yang sudah kaya yang mendapat manfaat dari pariwisata ini, ini adalah yang paling tidak dapat diubah.

Dalam konteks ini, pemerintah Pangandaran tidak bisa lagi menetapkan program-program strategis yang diyakini pemerintah hanya baik dan hanya menguntungkan segelintir orang Pangandaran.

Seperti fakta saat ini, jelas dan nyata terlihat di musim liburan dan pariwisata di puncak keramaian, seperti waktu pasca Tahun Baru atau liburan Idul Fitri, ada banyak pengunjung, tetapi mereka yang menikmati dan nikmati lebih banyak Orang Pangandaran sendiri tidak memiliki kelebihan lain. Bahkan aktivitas mereka sudah tidak ada gunanya lagi, malah lebih diganggu oleh pemerintah, lebih disukai pengguna lahan dan pemilik pariwisata lebih banyak orang luar daripada masyarakat itu sendiri.

Terbukti ketika ada masyarakat yang memperjuangkan kepentingan rakyatnya untuk mendapatkan tanah. Sementara itu, pemerintah lebih memilih berpihak pada pengusaha yang menggusur rakyatnya, padahal tanah negara merupakan hak rakyat secara sah dan berdasarkan berbagai undang-undang pertanahan.

Pengarang: Augustiana

Cetak ramah, PDF & email

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button